Harus Sembuh

3K 887 84
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya ✨✨

How's your day? Jangan lupa vote dan comment ya ✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

§§§

Dari dalam sebuah ruangan yang sudah di sediakan komputer yang bersikan rekaman terapi Jean. Ajun, Ben, Yudis Jafar, Diyaz, dan Adam masih belum melihat nya. Apalagi Ajun masih terkena serangan panik, tangan nya tidak berhenti bergetar dari tadi. Ajun belum siap melihat keadaan Jean. Ajun benar benar belum bisa menerima kenyataan menyakitkan ini. Dulu Ajun tidak pernah terbayang jika hidup nya akan seperti ini.

Semuanya berubah terlalu cepat menggerogoti jiwa Ajun yang sudah jelas jelas tidak siap. Menghabisi segala harapan dan kebahagiaan yang Ajun punya. Tangan Yudis menggeser sebuah botol yang berisi air putih ke hadapan Ajun.

"dah ya, kita liat."kata Ben.

Rekaman mulai di putar, terlihat Jean bersama seorang psikiater. Baru melihat keadaan Jean yang begitu kacau membuat Ajun menahan napas nya. Begitu juga dengan kelima orang lain nya. Foto foto yang sudah Ajun siapkan di taruh satu persatu di hadapan Jean.

"Jean, kenal ini siapa?"

Tadinya Jean bergeming di tempat dengan air mata yang masih menghiasi wajah cantik nya yang kini kian mengurus hingga memperlihatkan tulang pipi nya.

"bunda..."lirih Jean.

Tangan Jean mengambil foto yang memperlihatkan wajah bunda dengan Jean. Senyum merekah di wajah Jean yang membuat Ajun terpaku. Ajun tidak pernah melihat senyum Jean yang seperti ini. Senyum Jean seperti memperlihatkan emosi rindu dan kecewa sekaligus.

"Jean, sama Bunda."

Psikiater mengambil satu foto lagi, foto Jean bersama Ajun. Reaksi Jean berbeda, dia menangis. Ajun tidak mengerti kenapa Jean menangis. Apakah Jean takut kepada nya? Si psikiater yang mendampingi Jean menenangkan Jean. Tangis pilu terdengar dari rekaman yang membuat Ajun meneteskan air mata nya. Jean ketakutan, itu sudah bisa di tebak.

Yudis yang berada di samping Ajun segera memberikan Ajun sebuah sapu tangan. Mata Yudis sudah memerah akibat menahan tangis, Yudis dengan sebisa mungkin menahan tangis nya. Sedangkan Jafar dan Adam sudah menangis. Ben sibuk mengendalikan emosi nya. Serta Diyaz yang sedang menatap Jean dengan tatapan kosong.

"Bang Ajun,"lirih Jean.

"Jean takut sama Bang Ajun?"

Kepala perempuan tersebut mengangguk kecil. Dia mengigit bibir begitu kencang hingga terluka. Tangan Jean bergetar. Saat ini, Jean sebisa mungkin mengendalikan rasa takut nya. Tapi rasanya sulit sekali, Jean takut. Jean takut kepada laki laki. Jean takut mereka akan melukai Jean lagi. Jean takut mereka akan datang lagi dan melakukan hal itu kepada Jean.

"tapi Jean sayang Bang Ajun."

"iya Jean, Bang Ajun juga sayang Jean."

Kepala Jean menggeleng kekanan ke kiri menyangkal penuturan si psikiater.

CANDALA ⁻[ᵀᴿᴱᴬˢᵁᴿᴱ'ˢ ⁰⁰'ˢq]⁻ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang