Kedua

8.3K 1K 29
                                    

Haechan menyukai Mark.

Kesimpulan yang Yuta ambil setelah melihat kedekatan keduanya sebagai trainee. Tidak sulit untuk ditebak, ia rasa bahkan seluruh dunia tahu betapa besar rasa cinta Haechan pada si pemuda asal Kanada.

Haechan menjadi lebih clingy di sekitar Mark.

Mencium, mendusal, memeluk, dan lain-lain yang terlalu banyak untuk Yuta sebutkan satu persatu.

Ia memandang Mark seolah Mark adalah ciptaan Tuhan yang paling indah. Konyol sekali.

Sepertinya rasa itu bertahan selama bertahun-tahun setelahnya. Haechan masih melihat Mark dengan cara yang sama.

Tersenyum lebar bahkan ketika Mark mendorongnya menjauh dan menghindari segala bentuk perhatiannya.

Cahayanya meredup di tahun yang entah ke berapa. Ada Winwin di sana. Menjadi objek favorit Mark, technically sosok favorit semua orang.

Termasuk Haechan sendiri.

"Mark sering menyentuhku belakangan ini," celetuk Winwin saat itu.

Wajah Mark memerah panik, buru-buru menjelaskan, "Aku menyukai Winwin Hyung akhir-akhir ini jadi aku ingin lebih dekat dengannya..."

Penjelasan yang sama sekali tidak membantu. Yuta melihat bagaimana tawa Johnny tak menyentuh sudut matanya. Melihat juga bagaimana Taeyong merangkul Haechan.

Haechan menjadi sensitif pada kata 'Winwin' beberapa hari setelahnya.

Tapi tetap menempel pada Winwin sepanjang hari, menolak keras memberikan Winwin pada member lainnya.

Mark muak. Berbagai macam umpatan dalam bahasa Inggris mengalir lancar dari bibirnya.

Lalu Haechan berlari ke kamarnya. Kamar Yuta di antara banyaknya kamar lainnya. Menangis keras dalam dekapan Doyoung.

"Keluarlah sebentar, Hyung," bisik Doyoung saat itu, "Haechan butuh waktu."

Yuta setuju. Ia berpapasan dengan Taeil di pintu. Taeyong berdiri di sampingnya.

"Donghyuck di dalam?"

"Masuklah, Hyung."

Taeyong menyelinap masuk tepat sebelum pintu tertutup di belakang Yuta.

Keputusan yang dibuat esoknya sama sekali tak mengejutkan. Doyoung berpindah ke kamar Haechan sementara Mark sekamar dengannya dan Winwin.

Yuta tidak keberatan. Toh, ia merasa nyaman di sekitar Mark.













Pukul 5 sore. Yuta ingat betul karena saat itu ia sedang menonton replay acara tv kesukaanya.

Sosok Jaehyun muncul di kamarnya. Menyelimuti tubuh Winwin dengan dekap erat. Berbagi tawa.

Ia melirik Mark. Jaehyun juga melakukan hal yang sama.

Mark terlihat terluka.

Tapi Jaehyun, manusia paling soft yang Yuta kenal, tidak berkedip barang sekali. Menolak untuk peduli.

Senyum Haechan kembali. Begitu pula segala tingkah manjanya pada Mark.

Kali ini yang lebih tua sedikit demi sedikit menyambut dengan tangan terbuka.

Seperti itu saja.

Tak pernah ada kata cinta di antara keduanya. Hanya terlalu bergantung pada satu sama lain dan terlalu sering saling mencuri kecupan di tengah sesi latihan.

Hubungan ambigu yang anehnya bertahan cukup lama.

Sampai Yuta memutuskan untuk berada di antara keduanya pada era Kick It. Melekatkan diri pada Mark Lee yang pesonanya terlalu kuat untuk dihindari.

Mark beberapa kali mendorongnya menjauh. Menjaga Haechan tetap di sisi.

Yuta tak keberatan. Menjadi dirinya yang keras kepala seperti biasanya.

Tingkahnya jelas menganggu sang maknae. Ah, tak cuma Haechan. Ayahnya juga.

Johnny memandangnya sengit di setiap kesempatan yang ada. Lengan besarnya akan merangkul Haechan menjauh dari Mark dan Yuta.

Dibantu Jaehyun yang masih agak lebih ramah daripada Johnny.














Tiga bulan? Entah berapa lama.

Haechan disibukkan dengan kegiatannya di unit Dream. Tak lagi memusingkan tentang Mark.

Ia kadang akan muncul di dorm mereka dan meneriakkan, "Selamat pagi, manusia-manusia purba!"

Cuddle dengan Johnny atau Jungwoo seharian lalu pulang kembali ke dorm Dream sambil bergelayut di lengan Jaemin, Jeno, atau Jisung yang datang menjemput.

Balas dendam?

Tidak juga. Yuta tak menangkap tatapan itu lagi dari mata yang lebih muda.















Mark Lee.

Coret.


Who Do You Love [YUHYUCK/YUCHAN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang