Kesembilan

6.2K 891 14
                                    

Apakah ini akhir karirnya sebagai pengamat?

Yuta memang sudah sangat lama mengamati sosok adiknya itu.

Sayangnya, ia tidak pernah benar-benar mengamati.

Yuta hanya mengamati ketika Haechan sedang berdua, bersama kandidat-kandidat yang ia tentukan dan susun rapi.

Bukan Haechan.

Bukan Lee Donghyuck seorang.


















Haechan menyandarkan kepalanya di pundak Johnny. Memperhatikan dalam diam selagi Yuta dan Mark saling berbagi tawa dalam perjalanan mereka menuju restoran langganan.

Ia menghela nafas.

Satu kali, dua kali, dan kali-kali lainnya yang sukses memperoleh rangkulan hangat dari sosok menjulang di sisinya.

Lagi dan lagi Haechan memupuk kesabarannya melihat kebersamaan kedua orang itu.

Awalnya, ia kira ia tidak nyaman melihat Mark dan Yuta terlalu dekat sementara ia dan pemuda asal Kanada itu sedang berbagi kisah.

Sebuah kisah tanpa status yang mirisnya memakan banyak sekali usaha dan air mata.

Namun kini hatinya meraung keras.

Ia tidak suka ketika Yuta disentuh oleh Mark. Bukan sebaliknya.

Haechan bersorak bahagia ketika para member WayV benar-benar bergabung dengan mereka. Berlari memeluk Kun erat sambil meneriakkan 'Eomma', tahu betul bahwa itu dapat membuat Kun kesal.

Maaf. Haechan hanya takut. Ada satu nama yang membawa rasa takut untuknya.

Winwin.

Haechan tidak bodoh. Mungkin Yuta berlagak bercanda ketika menyatakan rasa sukanya pada Winwin, tapi Haechan tahu.

Yuta sangat mencintai Winwin kala itu.

Ia tidak ingin mengulang problem yang sama. Walau kali ini untuk orang yang berbeda.

Saat itu, Jaehyun akan menjadi dosis penenang. Kehadirannya seolah mengingatkan Haechan.

Winwin sudah dimiliki oleh Jaehyun seorang.

Hubungan keduanya berjalan mulus walau ditengahi oleh jarak dan untuk itu Haechan besyukur.

Lalu, tepat di depan matanya, di acaranya sendiri, Yuta merangkul Winwin dengan penuh kasih sayang.

Mengucap kata-kata manis yang menyakitkan.

Haechan diam-diam membenci Taeil karena mengangkat topik tersebut.

Ia tersenyum lagi. Lagi dan lagi.

Menekan perasaannya dan berakhir menangis dalam pelukan Jaemin malam itu.























Rambut Yuta kembali panjang. Membingkai wajah tampannya dengan sempurna.

Haechan suka. Suka sekali.

Karena itulah ia melayangkan banyak pujian.

Juga menghabiskan banyak waktu di depan cermin untuk meratapi pipinya yang semakin kenyal dan warna rambutnya yang rasanya semakin usang.

Haechan menyempatkan diri untuk mengganggu jadwal olahraga Johnny setidaknya empat kali dalam seminggu.

Si beruang besar tentu heran melihat tindak tanduk beruang kecil yang tidak seperti biasanya.

Menentang keras keinginan Haechan untuk menurunkan berat badan namun tersenyum lebar ketika Haechan berdalih ingin lebih sehat.

"Oh, Haechan-ah?"

"Halo, Hyung."

"Kau di sini lagi."

"Begitulah."

"Aku mungkin akan menambah jarakku hari ini. Apakah tidak masalah?"

"Tidak apa-apa, Hyung. Akan kutemani."

Ah, Haechan juga menemani Kun lari pagi.

Berhasil. Bobot tubuhnya berkurang dan ia mewarnai rambutnya.

"Hyung, bagaimana rambut baruku?"

"Kau jadi terlihat manis, Donghyuck-ah."

Seandainya Yuta tahu betapa senangnya Haechan.

Haechan akan ada setiap kali pemuda asal Jepang itu menangis. Menumpahkan air mata seusai mereka menampilkan 'From Home'.

Ia akan membawa tisu di kantung celana. Sigap bahkan sebelum Yuta benar-benar mulai menangis.






















Tapi,

Sekeras apapun ia berusaha. Yuta tidak menoleh padanya.

Yuta akan tetap tersenyum lebar pada panggilan 'Oppa' yang Mark layangkan. Mengecup pipi Mark di hari ulang tahunnya.

Haechan pergi lebih cepat. Menyerahkan kadonya begitu saja.

Berpapasan dengan Jisung dan tampang khawatirnya.

"Haechan Hyung, kau baik-baik saja?"

"Hm. Pergilah. Kau ingin menemui Jaehyun Hyung, kan?"

Jawabannya tidak diterima. Jisung tetap di sana.

"Diam sebentar. Aku akan menelepon Sungchan Hyung."

"Yak! Ak—"

"Diamlah! Aku akan tetap di sini sampai Sungchan Hyung datang!"

"Jisung-ah..."

Jisung kelimpungan ketika Haechan menangis keras dalam pelukan. Mengucap puluhan kata maaf karena meninggikan nada bicaranya.




















"Aku ada di sini. Jadi jangan merasa sendirian. Aku harusnya tidak bilang begini, sih, tapi Hyung itu rumahku. Jadi jangan goyah ya, Hyung."

Yuta bodoh.

Bagaimana bisa ia tidak menyadarinya?

Yuta berhenti. Tepat di depan sosok mungil yang meringkuk pilu.

"Donghyuck-ah."

Who Do You Love [YUHYUCK/YUCHAN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang