Kesepuluh

7.9K 926 175
                                    

"Donghyuck-ah."

Surai pirang itu bergerak sedikit. Memberi cukup ruang bagi pemiliknya untuk mengintip.

"Pergi."

"Bicara yang sopan. Aku ini Hyungmu."

"Jika niatmu ke sini hanya untuk mengomeliku, lebih baik kau pergi, Hyung."

Haechan itu sensitif. Fakta baru yang ia ketahui setelah sebuah pesan singkat Jaemin sampaikan tadi.

Aneh. Padahal selama ini anak itu membagikan tawa dalam jumlah yang tak main-main.

Karena itulah Yuta berjongkok, menyamakan tinggi matanya dengan yang lebih muda. Walau hasilnya, wajah Haechan ditenggelamkan lagi dalam lipatan tangan.

"Hei."

"Jangan lihat aku, Hyung. Wajahku sangat jelek sekarang."

"Kau tidak pernah jelek, tahu kan?" tidak ada kebohongan dalam nada suaranya, "Seperti yang pernah kukatakan, kau tetap manis bahkan ketika kau sedang mabuk."

Haechan semakin menunduk. Geraman malu ia keluarkan, sukses menerbitkan senyum di wajah Yuta.

Mereka tetap diam selama lima belas menit setelahnya. Tenggelam dalam lamunan masing-masing.

Susunan kalimat tersangkut di ujung lidah, tertahan ragu yang agaknya mulai berkurang.

Randomly, baris demi baris lirik lagu yang mereka berdua kenali dengan baik meluncur indah dari mulut Yuta.

Haechan mengangkat kepala. Sudah siap melayangkan berbagai macam protes kala matanya betsibobrok dengan manik kelam yang lebih tua.

Gawat. Detak jantungnya kacau sekarang.

"Kau tau? Ada yang salah dari liriknya."

"H-hah?"

"Karena untukku," pipi si manis ditangkup, "I start from you, my home."

Tangis pecah. Tubuh Yuta direngkuh erat.



























Haechan yang bahagia itu menakjubkan.

Tawanya bertambah lagi. Memberi warna cerah pada setiap individu di sekelilingnya.

Ekspresi kaku akan digantikan senyum dan titik-titik rasa canggung lebur bersama kehadirannya.

Renjun sudah mengucap maaf. Berakhir dengan pajamas party dadakan di dorm Dreamies. Semua menyambut sukacita.

Alasan utamanya ada di dapur. Deretan makanan yang dikirimkan ibu Chenle pada mereka.

Dan Yuta mulai membiasakan diri.

Pada pelukan, kecupan, rengekan, dan tingkah manja kekasih mungilnya.

Mengganggu tapi ia menyukainya. Lebih dari apapun di dunia ini.

Ia sempat hampir menerima kepalan tangan Johnny. Terima kasih yang sebesar-besarnya akan ia ucapkan pada leader mereka.

Taeyong dengan berani menjadi tameng untuk Yuta.

Paham betul, kadar cinta Johnny terlampau besar. Tak akan sampai hati memukul sang kekasih.

"Kau mati di tanganku jika sampai membuatnya menangis lagi, Nakamoto."

Yuta setuju. Tangis Haechan pun juga menjadi sesuatu yang ia benci.

Jeno menerima status mereka dengan lapang dada. Mengklaim Xiaojun sebagai hak milik seminggu setelahnya.

Who Do You Love [YUHYUCK/YUCHAN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang