Ketujuh

6.1K 896 43
                                    

Ada yang salah.

Sudah lebih dari sepuluh kali Yuta berganti posisi. Sempat membangunkan Taeil.

Taeil yang tidak pernah marah, keluar dan membanting pintu. Menuju tempat yang Yuta yakini sebagai kamar Mark.

Ia mengerang, mengambil laptopnya yang tergeletak di kolong tempat tidur.

Ah, ia harus memukul kepala Jaemin besok.

MV mereka sudah dirilis. From Home MV.

Menontonnya mungkin adalah pilihan terbaik saat ini. Setidaknya waktu Yuta dimanfaatkan untuk hal yang bermanfaat.

Alunan nada berputar apik. Nyaris membawanya pada kantuk selagi pandangannya berkelana meneliti setiap sudut ruangan.

Yuta jadi bertanya-tanya.

Sejak kapan ada bingkai berisi foto Doyoung di dinding?

Sejak kapan pula Taeil mengganti warna seprainya?

Kapan terakhir kali ia benar-benar melihat kamar ini dengan benar? Bukan hanya sekedar melempar diri ke atas tempat tidur.

Lalu matanya jatuh di sana.

Post it kecil yang ditempel rapi dalam salah satu lembar buku catatan miliknya.

Ada lima baris tulisan.

Entah kenapa matanya terfokus pada baris terakhir, satu-satunya yang belum dirusak oleh garis horizontal berwarna merah.

Yuta tidak menyukainya.

Fakta bahwa tulisan itu belum bisa ia coret.

"Fokus, Yuta. Fokus!"

Sayangnya, ia kembali fokus pada waktu yang tidak tepat.

Foto-foto masa kecil mereka bergulir satu per satu. Diiringi ucapan terima kasih dalam berbagai bahasa ibu para member.

"Aigoo," tanpa sadar, Yuta berbisik, "Bagaimana bisa kau semenggemaskan itu?"

"Yuta."

"Ya?" ia menoleh, Taeil berdiri di ambang pintu.

"Aku kemari ingin mengambil selimutku tapi....kau....baik-baik saja? Berbicara sambil tersenyum sendiri begitu?"

"H-hyung!"

"Tidak apa-apa," nada maklum Taeil berikan, "Aku senang kau ternyata punya sisi seperti itu juga. Silahkan lanjutkan, aku akan kembali ke kamar Mark."

"Taeil Hyung!"

BLAM

Yuta meraih bantal. Meredam teriakannya di sana. Ia pasti sudah gila.




















Tawa Haechan mengudara diiringi jatuhnya tubuh tinggi milik Jisung. Mendarat bebas di atas lantai tanpa sempat diselamatkan.

Yuta tersentak kaget.

"Ah, Hyung. Maaf. Apa aku mengagetkanmu?"

Gelengan singkat Yuta beri sebagai tanggapan. Ia buru-buru berlari keluar practice room.

Kakinya membawanya jauh dari sana.

"Nakamoto Yuta," gumamnya, "Kau ini kenapa?"























Sama seperti tahun 2018, mereka semua, kedua puluh tiganya, menghadiri Weekly Idol. Menjadikan tempat itu jauh lebih ramai daripada sebelummya.

Kwanghee dan Eunhyuk menyambut dengan penuh sukacita. Disambut bahagia oleh para member yang lebih muda dan energi mereka yang berlebih.

"Kalian semakin bertambah banyak..."

"Begitulah, Sunbaenim."

"Apa kalian sedang berusaha menstimulasi otakku supaya tidak mudah lupa karena aku sudah semakin tua?" Eunhyuk tertawa, menepuk pundak Taeyong akrab.

Ucapannya mengundang tawa. Jaemin dan Mark tertawa lepas, melepaskan diri dari temoat duduk mereka, dan nyaris berguling di lantai.

Taeil sendiri menyahuti dengan mengaku bahwa dirinya juga sudah semakin tua.

Semakin tua karena menghadapi keisengan maknae line yang tidak ada habisnya.

"Ah, benar juga!" seru Kwanghee tiba-tiba, "Kun bilang beberapa dari kalian berlatih untuk pertunjukan spesial hari ini!"

Kun dan Kwanghee memang menjadi lebih dekat setelah bersama menyambangi acara yang Yuta lupakan namanya.

Lucas bersorak antusias membenarkan.

"Apakah itu dirimu, Lucas-ssi?

"Ani, beberapa anggota maknae line kami yang menyiapkan ini."

"Ada member yang terkejut. Apa tidak semuanya tahu tentang hal ini?"

Well sepertinya begitu. Karena Yuta sama sekali tidak mengetahuinyan

"Kau benar, Sunbaenim."

"Ini sebenarnya adalah semacam surprise bagi para member," timpal Ten, "Mereka bahkan sampai meminta penyanyi aslinya untuk melatih mereka."

Diiringi rasa penasaran yang semakin membumbung tinggi, beberapa dari mereka berdiri membentuk formasi.

Renjun, Haechan, Yangyang, Shotaro, dan Chenle.

Lalu, alunan nada terdengar.

Psycho by Red Velvet.

Doyoung ber-ooh ria. Akhirnya tahu mengapa Seulgi sering bersandang ke practice room mereka tiga hari belakangan.

Bunuh saja.

Seseorang bunuh Yuta sekarang juga.

Karena saat ini. Tepat di hadapannya. Seorang Lee Haechan sedang menarikan koreografi milik senior mereka itu dengan begitu lihai.

Terkutuklah celana jeans ketat dan kaus putih yang mencetak lekuk tubuh si pemuda Lee dengan begitu apik.

Lagi-lagi, tatapan Yuta jatuh pada Sungchan.

Sungchan yang tertawa malu sambil menutup wajah setelah memperoleh kedipan manis dari sang pujaan hati.























Kapan sebenarnya Yuta bisa mencoret nama anak itu dari daftar yang ia buat?

Who Do You Love [YUHYUCK/YUCHAN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang