VII. Kisah Yang Tak Sempurna

2.6K 348 53
                                    




📚









Lembayung jingga sudah memayungi langit ketika Jeno sampai di rumah Jaehyun. Ia sempat ragu ketika hendak membuka pintu gerbang, tetapi setelah memikirkan sekali lagi tentang maksud kedatangannya, akhirnya ia membulatkan tekad dan mendorong pintu gerbang kayu itu dengan cepat.


Begitu melangkah masuk, ia disambut oleh Kakak Iparnya—Doyoung—yang sedang menyuapi putrinya di teras depan.



"Loh, Jen? Kenapa tidak bilang kalau mau datang?" tanya Doyoung, cukup terkejut atas kedatangan Adik Iparnya itu.


Jeno tersenyum simpul. "Maaf, Hyung. Oh, aku bawa ini." Ia memberikan jus alpukat yang ia bawa pada Doyoung.


"Whoa! Apa ini jus yang dijual dekat rumahmu, Jen?"


"Ya, Hyung."


"Eehh? Dari mana kau tahu aku sedang menginginkan jus ini?"


Jeno menggaruk telinganya canggung. "Jaehyun Hyung yang mengatakannya padaku tadi, Hyung."


"Aaahh..." Doyoung mengulas senyum manis sembari memperhatikan cup plastik berisi minuman kesukaannya itu lalu beralih pada Jeno. "Ayo masuk," ajaknya, "aku buatkan teh, ya."


"Umm, tidak perlu repot, Hyung. Aku ke sini hanya untuk bertemu dengan Jae—"


Desisan sebal Doyoung memotong kalimat Jeno dengan cepat. Akhirnya, mau tidak mau, ia mengiyakan dan mengekori Doyoung masuk ke dalam rumahnya.


Selama menunggu Jaehyun pulang, Jeno tidak hentinya merasa gelisah dan cemas. Dan itu berhasil ditangkap oleh Doyoung, yang menemaninya mengobrol di ruang tamu.


"Apa yang sedang kau cemaskan?" selidik Doyoung.


"Y-ya, Hyung? Kenapa?"


Menggeleng heran, Doyoung lalu menuangkan teh ke dalam cangkir Jeno yang sudah kosong. "Jeno..." panggilnya pelan.


"Ne, Hyung?"


"Aku tahu, Jaehyun dan aku hanya orang lain di keluargamu. Tetapi, itu bukan berarti kami berdua—"


"Eyy! Apa yang Hyung katakan? Hyung berdua adalah Kakakku, kenapa bisa bilang kalau kalian adalah orang lain?" koreksi Jeno sebal.


Doyoung terkekeh kecil. "Bagaimana kabar Jaemina? Lalu Jisung? Apa mereka sehat?"


"Mereka baik, Hyung. Jisung masih sering rewel kalau malam. Apalagi jika kepanasan."


"Ahhh, apa dia mempunyai masalah iritasi kulit?"


"Iya, Hyung. Di setiap lipatan kulitnya banyak ruam merah yang akan sangat gatal jika kepanasan."


"Hmm..." Doyoung melirik pada putrinya  yang sedang bermain dengan boneka teddy bear-nya. "Haeun-ah, tolong Momma, mau ya?"


Putri kecil keluarga Jung itu mengangguk cepat dengan manik yang membulat ceria.


"Momma minta tolong ambilkan salep Haeun yang di dalam laci, yang untuk gatal-gatal itu, tahu kan?" pinta Doyoung yang langsung mendapatkan anggukan cepat.


"Hyung—"


"Haeun dulu juga sering seperti itu. Tetapi sekarang sudah tidak, mungkin karena dia semakin besar dan bisa mengadaptasikan dirinya dengan baik. Tetapi aku masih sering membeli salep itu, mungkin karena kebiasaan." Doyoung menjeda, menerima tub salep dari uluran tangan putrinya. "Terima kasih, Sayang," ucapnya sembari menggusak poni putrinya.


The Chronicles of A Boy : The ThresholdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang