XV. Sandaran Hati

1.4K 214 54
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









📚









One Summer Day, Apgujeong High School




"Kumpulkan tugas musim panas kalian pada ketua kelas, Ssaem tunggu di ruang guru, jangan pakai lama, oke?"


Kim Ssaem tersenyum manis, tetapi berkesan mengancam bagi seisi kelas Jaemin, tidak terkecuali Haechan, yang sepertinya belum menyelesaikan tugas musim panasnya.


"Sekarang istirahat! Makan yang banyak! Biar banyak tenaga untuk belajar lagi setelah ini!" ujar Kim Ssaem sebelum akhirnya melangkah pergi.


Tetapi tepat sebelum Kim Ssaem keluar kelas, pengumuman untuk berkumpul di aula sekolah sudah lebih dulu terdengar.


Kim Ssaem berbalik, menatap ke sekeliling kelas. "Uh, makannya ditunda dulu ya, sekarang ke aula dulu."


Gerutuan, keluhan dan rengekan manja terdengar. Memenuhi seisi kelas. "Eyyy! Ayolah! Semangatnya mana? Siapa tau di aula ada pembagian makan siang gratis, hm? Siapa tahu kan?" bujuk Kim Ssaem.


Dengan malas, seisi kelas Jaemin mengiyakan lalu bergegas menuju ke aula sekolah.


"Kira-kira, ada apa?" bisik Haechan, sedikit gelisah saat ia melihat Kepala Sekolah naik ke mimbar.


Jaemin mengangkat bahu. "Mungkin pengumuman tentang olimpiade atau semacamnya. Aku lihat iklannya di koran tadi pagi."


Dan benar apa yang Jaemin duga. Kepala Sekolah menyampaikan dengan semangat berkobar tentang acara olimpiade tingkat nasional yang akan di adakan akhir bulan. Beliau juga mengharapkan, untuk beberapa murid kelas satu dan dua bisa ikut mencalonkan diri dengan sukarela tanpa harus repot ditunjuk oleh pihak sekolah. Karena untuk olimpiade kali ini, murid kelas tiga dibatasi keikut-sertaannya karena harus fokus pada persiapan ujian akhir.


Selesai dengan pengumuman yang cukup singkat itu, semua murid dibubarkan. Semua langsung menghambur keluar dan berlomba menuju kantin. Sementara itu, Haechan dan Jaemin tersumbat di dalam.


Bukannya tidak mau keluar atau bagaimana, tetapi sesosok Beruang Madu yang sedang tersenyum penuh sedang menghadang keduanya saat ini.


"Mi... Ehehe," panggil Jeno, manja.


"Hmmm? Waee, Sunbae~"


"Aigoo-ya, bisa muntah aku..." keluh Haechan, yang langsung melesat pergi, meninggalkan keduanya yang kini saling tersenyum, tersipu.


Sepeninggal Haechan, Jeno lekas membawa Jaemin kembali ke kelasnya. Ia sudah hafal betul kalau kekasihnya itu membawa bekal sendiri dan pastinya, bekal untuknya juga.


The Chronicles of A Boy : The ThresholdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang