Skenario

158 10 2
                                    

Kenzo POV

Gue tengah di perpustakaan ketika mendapatkan telepon dari paman. Dering hape gue yang nyaring membuat gue minta maaf ke sekeliling karena perpustakaan yang tenang menjadi sedikit terganggu.

Gue setengah terbatuk dan berbisik dari balik masker yang mengutupi hidung dan mulut gue.

"Hallo, paman."

"Lho, kamu kok bisik-bisik? Lagi di kelas?" tanya sebrang.

"Enggak, ini lagi istirahat tapi lagi diperpus. Kenapa paman?"

"Walah... kamu kok istirahat malah di perpus? Ini.... Paman nemu nomor telepon temen paman yang kamu minta."

Mata gue mendadak berbinar-binar.

"Nanti paman kirim nomor nya lewat watsapp yah. Salam buat temen kamu itu... siapa, Bismo? Bilang sama dia: tenang... kalau dibenerin sama temen paman, hapenya pasti bisa nyala lagi. Bagus kaya kembali baru!"

Gue tersenyum geli mendengar kalimat paman yang kaya jargon iklan itu. "Makasih paman."

Telepon pun terputus dan tidak lama kemudian paman menepati janji. Ia mengirimkan nomor itu lewat whatsapp dan gue catat ulang di kertas kosong.

Lalu gue menghela nafas panjang. Gue tahu HP Bima rusak karena dia nolongin gue di sungai waktu itu. Gue merasa bersalah dan anggap aja memberi-nomor-toko-buat-benerin-hapenya-ini sebagai bentuk tanggung jawab gue. Tapi... gimana cara gue ngasih ini ke Bima?

Skenario :

"Eh, nih nomor telepon toko handpone buat benerin hape lo...."

"Eh, hape lo masih rusak? Nih buat benerin. Dari paman gue."

Atau langsung lempar aja kertasnya ke dia tanpa ngomong apa-apa?

Kayaknya point terakhir yang paling memungkinkan, mengingat sepanjang hari ini Bima tidak seperti biasanya. Jika sebelumnya Bima gentol nyaris memaksa untuk mengakrabkan diri, kali ini ia bahkan menganggap gue nyaris enggak ada.

Kaya tadi, ketika dilorong sekolah kami enggak sengaja bertemu dia jalan gitu aja melewati gue.

Brengsek.

Kenapa di saat gue merasa hutang budi, dia malah bertingah kaya gini?

Tapi... bukankah gue berharap Bima enggak ganggu? Lalu, ketika sudah sesuai harapan, kenapa gue malah jadi gelisah gini?

Gue gelengkan kepala, menghapus segala pikiran yang enggak jelas itu. Buat ini sesimple mungkin: kasih nomor toko handphone ini ke dia—sebagai bentuk tanggung jawab—lalu jalani hari-hari seperti biasa kembali.

SECRET CONFESSIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang