Ada yang Aneh

166 14 0
                                    

Kenzo POV

Bibi sedikit khawatir ketika gue memutuskan untuk berangkat sekolah. Dia mengecek kening gue berkali-kali. Meski sudah tidak demam, tetap aja dia khawatir. Bibi yang maksa buat gue pake masker. Katanya, sembuh bukan berarti enggak bisa sakit lagi. Pencengahan, tambahnya.

Selagi naik angkot menuju sekolah hingga jalan menuju kelas, batuk masih setia nemenin gue. Meski enggak separah kemarin, tapi otot perut gue sakit setiap kali gue narik nafas.

Kondisi kelas ketika gue masuk, seperti biasa, ramai karena pelajaran belum di mulai. Gue berjalan menuju meja gue sambil melewati anak-anak yang tengah bermain. Sesekali mereka menyenggol gue, lalu seperti tidak terjadi apa-apa, mereka bermain lagi. Gue duduk di bangku lalu memalaskan badan di atas meja. Gue coba mengisi waktu luang dengan tidur sejenak.

"Morning, Bimaaaa!"

Tubuh gue tegang seketika saat mendengar Lisa menyapa seseorang yang baru masuk. Entah kenapa, kuping gue menjadi siaga.

"Bim, hape lo masih rusak, ya? Gue hubungin enggak bisa mulu."

Bima nampaknya enggak menjawab pertanyaan Lisa itu, tapi bisa gue rasakan melalui suara Lisa yang semakin dekat, Bima sedang berjalan kemari—ke mejanya—yang tepat berada di depan gue.

"Benerin dong, Bimaaa. Dari nyemplung ke sungai kemarin masa belum dibener-benerin juga?" ujar Lisa menuntut.

Kini, Bima sudah duduk dibangkunya. Bahunya yang lebar membelakangi gue.

"Kenapa, Lis?" tanya Bima sabar, seperti tingkah Lisa ini seperti ada maunya.

"Hehehe. Lo free enggak after school ini? Temenin gue ke mall, yuk! Sekalian gue traktir deh!" pinta Lisa girang.

Ada desahan berat di sana. "Berdua doang?" tanya Bima dengan malas.

"Iya, berdua doang dong. Kan lo janji waktu itu."

Tidak ada anggapan dari Bima. Ia sedang sibuk merapihkan peralatan sekolahnya ke laci meja. Lisa pun nampak sabar menunggu jawaban dari Bima.

"Bisa yah, please!" bujuk Lisa lagi. Nampaknya Bima enggak punya alasan untuk menolak. Mungkin Bima mengangguk mengiyakan karena selanjutnya ekspresi suara Lisa terdengar begitu senang. "Asiiikkk! Beres sekolah gue samper yah!"

Lisa lalu kembali ke kursinya dan meninggalkan Bima sendiri. Selagi Bima sendiri itu, gue mendadak canggung. Maksudnya, setelah apa yang terjadi kemarin, haruskah gue ucapin sesuatu? Seperti: dapat salam dari bibi....?

Tapi, selagi gue setengah berharap buat Bima yang nyapa gue duluan (hal yang biasa dia lakuin), dia nengok ke gue pun enggak.

Bima bertingkah seakan-akan enggak ada gue dibelakangnya....

"Oi, Bim! Udah nyampe aja lo, tumben." Sapa Dika, si ketua kelas yang baru sampai dan duduk tepat di samping Bima. "Gue whatsapp lo kemarin tapi cuma ceklis satu. Hape lo masih rusak?"

Sekali lagi, enggak ada jawaban dari Bima, tapi gue merasakan tatapan Dika beralih ke gue. Entah kenapa.

Bel pelajaran pertama pun akhirnya berbunyi, seakan-sakan memecahkan keheningan antara gue dan Bima....

SECRET CONFESSIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang