Hari Bersamanya

174 13 1
                                    

Mohon Tuhan. Untuk kali ini saja. Lancarkan hariku. Hariku bersamanya....

(Sheila on 7 - Hari Bersamanya)

(Bima POV)

Setelah Kenzo menelepon toko handphone yang dimaksud, kita berdua baru sadar kalau ternyata letak tokonya ada di dalam mall. Sesampainya di mall itu, Kenzo berusaha menunjukkan jalannya (berkat petunjuk si punya toko), tapi sering kali tersendat karena gue suka narik Kenzo kesana-kemari.

"Zo, liat deh, keren banget nih!" tunjuk gue ke etalase di toko sepatu Nike.

"Zo," senyum gue lebar ketika mampir ke toko optik dan menunjukkannya ke Kenzo saat mencoba kaca mata hitam.

"Anjir... wanginyaaaa. Beli the craps dulu, Zo." seret gue lagi ke arah yang berlawanan.

Kenzo tidak mengeluh sama sekal. Ya... ada sih keluhan dikit kaya buang nafas, atau tarik nafas dalam-dalam, atau decak pinggang, atau muterin mata... tapi enggak ngomel-ngomel yang kaya gue gue bayangin.

Dan siapa sangka juga ternyata ini menyenangkan.

Kenzo bersabar mungkin karena menganggap ini termasuk bagian dari tanggung jawabnya. Gue tertawa geli dalam hati.

Kami menemukan toko yang dimaksud pada akhirnya. Setelah berkonsultasi dan si abang toko memeriksa sekilas, ternyata kerusakan bisa diselesaikan dalam beberapa jam saja. Jadi gue memutuskan untuk menunggu sambil main di timezone.

"Enggak, gue mau pulang." keluh Kenzo yang bisa gue liat ada urat ketidaksabaran di jidatnya saat gue mengajak dia duel lempar bola basket.

"Yaaah, Zoooo. Ga seru nih kalau cuma main sendirian."

"Gue cuma nemenin lu benerin hape. Bukan main."

"Lha, ini kan lagi nunggu hape dibenerin. Atau lu mau kita nunggu sambil keliling mall?"

Kenzo berdecih. Main tampaknya lebih baik ketimbang jalan-jalan enggak jelas di mall.

"Sekali doang. Abis itu udah." Kenzo menyerah.

"Yes! Yang banyak masukin bola, dia yang menang." senyum gue lebar.

"Resek. Ini sik lo yang menang." gumamnya.

Gue tertawa puas. Bikin gue merasa menang duluan.

"Tenang, enggak ada taruhan. Main aja sepuasnya."

Dan yes...! 31 : 14. Gue yang menang! Gue senang bisa ngalahin Kenzo. Tapi diatas semua itu gue senang Kenzo mau diajak main yang lain. Mulai dari basket, balapan mobil, ding-dong... semua gue yang menangin. Lalu sampai di permainan terakhir... duel DDR (Dance Dance Revolution).

"Ugh...." keluh Kenzo, menujukkan ketidaksukaanya atau mungkin kelelahannya.

"Ikutin aja tanda panahnya pake kaki. Kaya gini, nih..." jelas gue sambil memperagakan.

"Iya, tau."

"Ok, mulai yaaa. GO!"

Dan... gue dapet 'booo' keras dari mesin DDR a.k.a KALAH.

Anjir, gue enggak nyangka dia jago main DDR. Jangan-jangan dia sebenarnya jago tapi pura-pura kalag dipermainan sebelumnya?

Selagi gue cemberut kesal, Kenzo menyapu rambutnya ke belakang. "Masih mau maen?"

"........"

Kenzo menatap gue heran karena gue diam mendadak. "Kenapa?" tanyanya.

"Baru menang sekali, enggak usah seneng!" seru gue gengsi.

Senyum samar Kenzo berubah jadi tawa. Lepas. Bikin gue sedikit kaget juga karena baru pertama kali liat Kenzo ketawa kaya gitu.

"K-ko ketawa?"

Kenzo mengatur nafasnya, "Enggak nyangka aja lu sekompetitif ini."

Gue menggaruk kepala yang tidak gatal. Malu.  Yaa gue juga enggak nyangka...

Suasana yang berbeda ini terhenti karena suara dering dari hape Kenzo. Sepertinya dari toko handhpone yang mengabarkan kalau hape gue sudah siap diambil. Kami berdua pun meninggalkan timezone, mengambil handphone lalu memutuskan pulang.

"Makan dulu, yuk. Laper." ajak gue sambil ngelus-ngelus cacing diperut buat tenang.

Kenzo memperhatikan jam seakan-akan waktunya habis, tapi gue cegah dengan menariknya untuk makan di luar mall.

"Ada bakso enak di seberang." Mata gue mengerling. 

Pergelangan tangan Kenzo yang kecil gue pegang dan dia nurut-nurut aja gue tuntun.

Tapi ini akan jadi moment termalu dalam hidup gue, karena gue baru sadar enggak bawa uang cash setelah kenyang makan bakso. Alhasil, gue jadi utang 15000 sama si Kenzo. 

.

.

(Author POV)

Mereka tidak tahu bahwa saat itu, tawa Kenzo menarik perhatian salah satu pengunjung timezone. Awalnya tidak yakin, tapi kemudian tidak percaya bahwa si pengunjung ini baru saja melihat kawan lama yang sudah satu tahun lebih hilang tidak ada kabar... sedang tertawa dengan pria tinggi-tampan di sampingnya.

"Kenzo?" gumamnya.

SECRET CONFESSIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang