Penculikan

144 9 0
                                    

Kali ini, Kenzo tidak pulang dengan cepat. Sudah sekitar setengah jam selepas lonceng tanda pulang berbunyi, Kenzo masih saja di sekolah. Ia sedang membereskan sampah-sampah kelas dibelakang sekolah. Maklum, gilirannya piket hari ini. Perawakannya yang kecil tampak kesusahan saat ia mengangkut tong sampah yang besar.

"Perlu bantuan?" tanya sigap Dika saat ia melihat Kenzo sedikit oleng karena beban yang dibawanya.

"Thanks." senyum Kenzo.

Berdua, mereka mengangkut tong itu dimasing-masing sisi. Saling meringankan beban.

"Sampah terakhir kan nih? Taro aja tongnya di situ. Besok sama janitor tongnya dibalikin ke kelas."

"Enggak apa-apa?" tanya Kenzo tak enak. Karena kali ini sampah kelas menjadi tanggung jawab Kenzo, sudah sepantasnya ia sendiri yang mengembalikan tong sampah ke dalam kelas.

"Ck, iya, enggak papa. Ayolah balik, udah keburu sore." ucap si ketua kelas.

Kenzo mengangguk. Kalau itu yang dikatakan ketua kelas, Kenzo bisa apa?

Lalu tak lama setelahnya, mereka jalan pulang menuju gerbang sekolah bersama-sama. Langkah pulang mereka diselingi oleh gelak tawa tak kala Dika melontarkan candaan. Sedikit membuat Kenzo senang karena merasa tidak sendiri. Namun, senyum Kenzo lama-lama memudar saat melihat sosok tinggi tegap, membelakangi cahaya senja, sedang bersandar di pagar menatap dirinya.

"Hei, Bim!" seru Dika menyapa. "Gue kira lu udah balik."

Bima membalas Dika sebentar lalu beralih ke Kenzo. "Ada waktu?"

Tahu ini sesuatu yang serius, Dika sadar diri untuk mundur. "Oh, oke, kalau begitu penggangu ini pulang duluan deh__"

Ucapan Dika terhenti begitu pula langkahnya. Ia terkejut melihat lenganya di tahan oleh Kenzo. Yang menahannya pun sama terkejutnya. Nampaknya Kenzo tak sadar apa yang baru saja dilakukannya.

"So-sory, Dik!" Kenzo menepis.

Dika merasa kikuk karena ia juga bingung kenapa Kenzo begitu. "Enggak apa-apa. Oke, gue balik duluan yah." Tepok Dika di punggung Bima seakan memberi dukungan.

"Sebegitunya lo enggak mau berduaan sama gue?" sindir Bima saat Dika sudah tak lagi terlihat.

Kenzo yang sedari tadi meremas-remas tali tas ranselnya, mengelak. "Ngomong apa deh?" ucapnya sambil tersenyum.

Lalu pandangannya menjadi waspada. Ucapan Bima benar. Sebegitunya Kenzo tidak ingin terlihat berduaan dengan Bima. Karena itu ia refleks menahan Dika tadi.

"Ada apa Bim? Sorry gue harus cepet-cepet pulang. Paman gue--"

"Enggak di sini." Bima menarik lengan Kenzo, memaksanya untuk mengikuti langkahnya. Kenzo yang terkejut reflek menahan diri bahkan berontak minta lepas. Namun Bima yang kuat tentu tak bergeming dengan tingkah Kenzo.

"Bim! Mau kemana?!"

"Udah ikut gue aja. Masuk ke mobil."

Kenzo terperangah. Sejak kapan Bima bawa mobil ke sekolah? Dia bukan anak yang suka pamer meski punya rumah segede istana. Ini beneran serius. Bima tak bisa lagi dicegah.

Kenzo gugup juga takut karena sudah terperangkap di dalam mobil Bima. "Bim... kita mau kemana? Lu enggak berniat nyulik gue kan?"

Tatapan memicing dari Bima membuat Kenzo bergidik.

"Kalau iya, gimana?"

SECRET CONFESSIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang