Part 8 - Hello again, Doc!

2K 396 43
                                    

Setelah beristirahat penuh selama kurang lebih dua minggu dan setelah seluruh hasil observasi dokter baik, dia sudah bisa pulang dari MG. Arsyad, Mahen, Niko dan Hanif bahkan Brayuda sibuk dengan penyelidikan perihal pengeboman itu. Bapak besar alias Iwan Prayogo bahkan turun tangan sendiri karena mencium gelagat aneh organisasi bawah yang dia kuasai. Ayah mereka pun menjadi lebih resah sementara mereka semua menyimpan informasi ini dari mama.

Container-container yang mereka tandai berisi pakaian dalam impor, bukan senjata seperti yang diisukan. Itu yang membuat Arsyad makin geram karena si pelaku seolah ingin 'bercanda' dengan mereka. Menghinanya habis-habisan dan melukai keluarganya. Apa Mareno ikut serta dalam kesibukan itu? Jawabannya, tidak. Pikirannya malah dipenuhi dengan buruan barunya. Dokter Antania Tielman, anak tunggal dari Bapak Menteri Perdagangan menjabat, Bayu Tielman. 'Oh ini akan menarik sekali.'

"Hai Nik."

"Ya Ren, ada apa?"

"Masih sibuk?"

"Ya, sibuk mencari orang yang berusaha bunuh lo. Gue nggak akan heran kalau ternyata pelakunya salah satu dari wanita koleksi lo dulu, mungkin dendam pribadi." Niko terkekeh saja.

"Ya, memang nggak mudah melupakan gue," balas Reno sambil tertawa. "Gue mau minta tolong Nik. Gue pingin tahu soal Dokter Tania, Antania Tielman. Semuanya tentang dia."

Niko sudah menggelengkan kepalanya di sana. "Gila nih orang, kita sibuk cari pelaku lo malah flirting sama cewek? Sakit jiwa lo Ren. Kalau Arsyad tahu..."

"Ayolah Nik, biar lo nggak bosan."

"Minta tolong Mahen sana, gue nggak ikutan. Dia anak Bayu Tielman, gila dasar."

"Nik, come on. Help me please."

"You said what?" Tawa Niko sudah membahana saja.

Kali ini Reno tersenyum tipis, paham sekali dia hampir tidak pernah meminta tolong pada seseorang perihal ini. "Please, help me. Mahen nggak akan mau bantu."

Niko diam saja.

"Gue akan nego tambahan waktu cuti setelah semua ini selesai, dan bonus besar dari ADS."

"ADS punya Arsyad, bukan elo."

"Gue salah satu pemegang saham di sana, jangan lupa."

"Nggak semuanya soal uang Ren, serius. Apa yang Arsyad dan El Rafi kasih sudah sangat lebih dari cukup. Gue nggak butuh dari lo lagi."

"They can not give you time, cuti, berlibur, waktu untuk menikmati hidup sejenak. Setelah apapun urusan ini selesai. El Rafi karena terlalu posesif sama Nyonyanya, kakak gue karena control freak. Lo nggak pernah dapat libur yang layak, iya kan? Jadi gimana?"

Ada jeda yang panjang, lalu helaan nafas Niko. Dia harus mengakui Mareno makin mahir bernegosiasi. Paham benar apa sesungguhnya kebutuhan dirinya selama ini.

"Okey, tapi hanya untuk mencari tahu ya Ren. Informasi dasar dan umum saja."

"Satu lagi Nik..."

"I don't like this."

"Ayolah. Tolong pasangkan tracker device."

"No, dia perempuan dan anaknya Bayu Tielman, apa perlu gue ulang? Lo mau ngintipin dia apa gimana? Nggak mau gue."

Reno berdecak kesal, "Pasang TD yang paling basic, tanpa kamera dan suara. Pasang di mobilnya. Itu saja."

"Gue nggak janji. Udah dulu ya. Mr. Sableng."

Reno tertawa.

***

Sore ini mereka berjalan di taman luar rumah sakit. Danika mengenakan dress berwarna kuning pucat, rambutnya digerai saja. Sahabatnya itu melangkah sambil melompat ringan, seperti ketika mereka kecil dulu. Tapi perempuan yang dia sangat sayang itu masih asyik sendiri. Bersenandung sambil memetik bunga-bunga, tapi matanya tidak pernah menatapnya. Senyum itu bukan untuknya.

The Dangerous Game (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang