Part 9 - Game On and Game Over

2.1K 409 48
                                    

Chip pintar itu sudah selesai tahap uji coba. Prototype chip juga sudah selesai dibuat dan Mareno serta Arya DIrga sedang membahas proses transfer yang akan dilakukan, juga pembagian pekerjaan nanti. Pemerintah sudah memulai dengan resmi tender penyediaan chip itu. Ada tiga perusahaan yang turut serta. Innovation Digital Technology (ID Tech) milik keluarga Daud, PT Samarya Karya milik keluarga Wiratmaja, dan juga Global Trias Technology (GT Techno) milik Robert Straussman.

Dia dan Arya yakin benar bahwa tidak akan ada masalah yang terlalu berarti, karena mereka memang sudah memiliki kesepakatan bersama. Departemen Perdagangan juga menganggap tender ini sudah pasti akan dimenangkan oleh ID Tech dan Samarya. Tetapi karena nilai yang besar, maka proses tender harus diadakan sebagai syarat kontrol pemerintahan.

"Jadi minggu depan. Hari dan waktu akan ditentukan beberapa jam sebelumnya." Niko menyimpulkan.

"Apa perlu detail seperti ini?" Arya menatap Niko dan Reno bergantian.

"Kamu sudah lihat apa kemampuan chip ini Arya. Banyak yang sudah mendengar kabarnya dan pasti ada pihak-pihak yang tidak akan suka jika chip ini mulai digunakan," ujar Niko.

"Juga akan ada pihak yang ingin merebut dan mengembangkan lebih lanjut. Sekalipun saya nggak yakin mereka punya teknologi yang mumpuni atau..." Reno menunjuk kepalanya sendiri sambil tersenyum miring. "...atau otak yang jenius seperti adik saya untuk bisa mengoperasikannya. Tapi untuk berjaga-jaga, kita harus memastikan proses transfer aman."

Arya tertawa. "Ya ya, adik kalian hebat."

'Adikmu juga hebat Arya, dia hebat di ranjang.' Mareno mengulum senyumnya sambil berujar dalam hati.

"Saya beruntung bisa ambil bagian dari bisnis ini sekalipun semua hak cipta tetap ada di tangan kalian. Anyway, saya hanya perlu kepercayaan dari pihak pemerintah saja. Sisanya saya tidak tertarik." Arya DIrga meneruskan kalimatnya.

"Kamu juga butuh profitnya. Kita pengusaha, tolong lewatkan basa-basi dengan saya." Mareno sudah berdiri saja sambil mengambil jas yang dia sampirkan di kursi dan mengenakannya.

"Business is always about profit." Arya juga sudah berdiri lalu berjabat tangan dengan Reno dan Niko. "Saya harap semua akan lancar saja."

"Komandan Brigade ADS sendiri yang akan mengawal. Jangan terlalu khawatir." Reno berujar lagi.

Arya sudah berlalu dari situ, menyisakan Niko dan Mareno. Mereka menghubungi Arsyad dengan video. Melaporkan hasil pertemuan mereka.

"Apa perlu Niko yang handle Syad?" tanya Reno juga penasaran.

"Selama ini chip itu berada di dalam lab kita dengan high security access. Orang-orang di luar sudah dengar. Gue sudah mulai dengar beberapa desas-desus dan juga, jangan lupa kasus pengeboman kemarin. Si pelaku akan buat ulah lagi, atau mungkin akan berusaha ambil apa yang kita punya. Proses transfer chip jadi rentan, tapi bisa memancing si pelaku ke luar. Kita bisa tahu siapa pelakunya jika mereka bergerak."

Reno mengangguk perlahan. "Okey got it. Apa gue perlu ikut? Sepertinya gue bisa jadi umpan, siapa tahu siapapun dia yang mau bunuh gue masih kejar gue kan?"

"Akan diputuskan beberapa jam sebelum chip itu diantar. Jika diputuskan sekarang dan informasi bocor ke luar, bisa lebih berbahaya," jawab Arsyad.

"Lagian yang nge bom lo itu belum tentu si penjahat. Gue udah bilang tebakan gue mah itu salah satu dari cewek barisan sakit hati lo Ren," sahut Niko sambil terkekeh saja.

Arsyad tersenyum kecil, itu jarang sekali terjadi. "Bisa jadi dan masuk akal. Dan Reno, stop menguntit anak Pak Mentri. Jangan dekati dan bikin ulah dengan Dokter Tania. Hubungan kita dan Bayu Tielman sangat baik. Jadi hentikan apapun yang kamu ingin mulai."

The Dangerous Game (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang