Ponselnya berbunyi dan Jeki tahu itu pasti dari Yeri, namun kakinya justru melangkah maju menghampiri gadis yang masih menangis lirih. Ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan posisi si gadis.
“hei temennya Lisa kalo mau nangis jangan disini” hanya itu kalimat yang bisa ia ucapkan karena tidak mungkin dia mengatakan sejenis kalimat sayang kamu kenapa kok nangis?
Memangnya dia siapa? Tidak, Jeki bukan pembual atau perayu ulung seperti Aming dan Deka.
Merasa tidak asing dengan suara dan panggilan itu, Una pun mendongak, Bukannya berhenti, gadis itu justru menangis lebih keras. Mengutuk hidupnya yang selalu saja sial. Kenapa ia selalu bertemu dengan pria ini disaat yang tidak tepat.
Pertama di gerbang mansion June saat ia di usir satpam. Kedua di apotek saat Una membeli obat-obatan aneh milik Lisa, dan sekarang di Kafe, saat ia menangis di depan toilet seperti ini, benar-benar memalukan.
Tidak bisakah mereka bertemu dalam suasana yang lebih baik. Rasanya ingin menenggelamkan diri ke dasar bumi saja. Jeki panik bukan main saat volume tangisan Una semakin keras. Sebab kini bukan Cuma Una yang jadi tontonan, dirinya pun ikut jadi pusat perhatian.
“eh udah dong nangisnya, nanti disangkanya saya ngapa-ngapain kamu lagi”
OK Una kendalikan dirimu, tarik nafas yang panjang dan buang perlahan.Gumamnya dalam hati, perlahan Una pun mengangkat kepalanya, menghapus sisa-sisa airmatanya lalu berdiri tegak.
“maaf tapi saya nggak pernah minta om ada disini, kalo om risih pergi aja sana”
Jeki membeku, kemana sifat lugu gadis itu, habis nangis kok berubah jutek “kamu kenapa kok nangis?” tanya Jeki yang masih setia menunggunya
“nggak apa-apa, permisi om saya harus pergi sekarang”
Ia sudah tidak peduli dengan wajah sembabnya, karena malam ini dirinya benar-benar kacau. Otaknya blank dan hatinya hancur setelah mendapat kabar dari bibinya bahwa ibunya harus segera di operasi dan ia harus mendapatkan uang 20 juta malam ini juga. Kalau tidak nyawa sang ibu yang jadi taruhannya.
Harus kemana lagi ia mencari uang sebanyak itu. Bahkan tabungannya saja semakin hari semakin menipis, hanya Lisa satu-satunya harapan. Semoga gadis itu tidak pernah lelah menolongnya.
“tunggu, kamu mau kemana?” Jeki mencekal tangan Una saat gadis itu hendak melewatinya.
“mau pulang”
“sama siapa?”
“bukan urusan om, jadi lepasin tangan saya sekarang”
“kalo saya nggak mau”
“pliss om, Saya lagi pusing, jadi tolong lepasin tangan saya, karena masih banyak urusan yang harus saya beresin”
“urusan apa?”
“Om nggak perlu tahu, itu urusan saya kenapa juga om sok peduli”
“karena kamu temennya Lisa”
alasan bodoh macam apa ini Jeki. Rutuknya dalam hati
“ya terus kalo aku temennya Lisa, apa om juga bisa kasih aku uang 20 juta sekarang, HAH?”
Jeki terhenyak, jadi gadis ini menangis karena lagi butuh uang “buat apa?” tanyanya tegas
“ibu saya sekarat dan harus di operasi secepatnya, butuh dana 20 juta untuk biaya operasinya”
“OK saya akan kasih, tapi ada syaratnya?”
“tcihh” Una mendecih sinis, “udah saya duga akhirnya akan seperti ini, kalo syaratnya saya harus menyerahkan tubuh saya, maaf Om, saya nggak bisa memberikan itu, karena buat saya kehormatan wanita tidak bisa dibeli dengan apapun termasuk uang. PERMISI!!!” Una menyentak tangan Jeki kasar, dan genggaman pun terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Daddy
FanfictionUna tengah dilema menentukan jalan hidupnya. Disatu sisi ia benci untuk menjadi kucing peliharaan om-om mesum di depannya ini namun disisi lain ia sangat membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ibunya. Jadi apa yang akan Una lakukan sekarang. Temuka...