My Fiance

26.2K 1.4K 10
                                    

Renaya POV

        Aku mengambil baju dari lemariku secara acak. Sungguh, aku sudah sangat terlambat hari ini. Dan bodohnya masih sempat-sempatnya aku membuat drama tadi pagi dengan mom.

Blouse transparan berwarna tosca menjadi pilihanku. Aku memadukan blouse tersebut dengan rok pensil hitam beberapa centi di atas lutut. Cantik, pikirku melihat bayangan diriku di kaca.
Hey, sebagai wanita aku harus percaya diri bukan?

        Aku mengemudi mobil dengan kecepatan penuh. Bahkan untuk menata rambut pun aku tak sempat. 

Dan sialnya, jalanan macet. Rupanya nasib baik sedang tidak berpihak padaku.

Sesampainya di kantor, aku segera menuju lift dan menekan tombol naik. Double shit, lift nya penuh. Mau tak mau aku berlari menaiki tangga meskipun ruanganku berada di lantai 10. Mau bagaimana lagi? Bos ku bisa menjadi sangat galak apabila aku melakukan kesalahan.

Sesampainya di depan pintu ruangan, aku segera membukanya tanpa repot-repot mengetuknya.

"Maaf Bos saya terlambat", ucapku dengan nafas terengah.

Daniel Tanuwijaya, bos ku, CEO Tanuwijaya Group, terlihat sibuk dengan file file di hadapannya. Ia bahkan tidak mau repot-repot mengangkat wajahnya. O - ow, pertanda buruk. Dia pasti marah padaku. Mau bagaimana lagi, bukan mauku untuk terlambat. 

"Bos, maafkan aku.", ucapku sekali lagi setelah nafasku mulai normal.

Daniel masih berpura-pura tidak menyadari kehadiranku. Emosiku mulai terpancing.

"Bos"

"......."

"Bos....."

"........"

Aku menghela napas berusaha menahan emosiku yang benar-benar sudah di ubun ubun

"Hey kau brengsek!! Berhenti berpurapura sibuk! Tatap dan jawab akuu!!!!!!!!!", teriakku dengan kemampuan penuh. Dadaku naik turun menahan amarahku. Aku BENCI diabaikan. 

Dia tersentak kaget dan akhirnya mendongakkan kepalanya. Aku berani bersumpah, mukanya terlihat sangat lucu. Ekspresi orang ketakutan dan bingung. Aku yakin dia tidak benar benar marah tadi, dia hanya mencoba merajuk. Dan sayangnya moodku tidak baik hari ini. Namun melihat ekspresinya itu, moodku seketika membaik.

"Maafkan aku Baby. Aku tidak bermaksud marah padamu. Aku hanya kesal karena kau terlambat, padahal aku sudah sangat merindukanmu.", katanya dengan wajah menyesal.

Aw, Daniel selalu seperti itu. Dia tidak akan pernah marah kepadaku. Kecuali saat aku makan coklat kebanyakan.. atau saat aku lupa mematikan kompor di rumahku.. atau saat aku , sudahlah itu tidak penting.

Aku berjalan ke arahnya dengan langkah yang (sengaja) ku buat seksi , mendekatkan bibirku ke telinganya, dan dengan suara yang (lagi lagi sengaja) ku buat serak, aku berbisik

"Maafkan aku Tuan Tanuwijaya, aku tau itu. Maaf untuk keterlambatanku. Well, aku juga merindukanmu Baby."

Seketika matanya menggelap. Tubuhnya mulai gelisah. Daniel mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mulai melumat bibirku dengan rakus. Aku pun membalas lumatannya.

Sejujurnya, aku merasa jijik pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku mencium bibir Daniel saat yang aku ingat hanya bibirnya?

Tidak. Aku tidak boleh teringat lagi padanya.

Di hadapan ku sudah ada Daniel yang sempurna.. yang menerima ku dengan segala masa laluku.. dengan segala kekuranganku.. dan aku tidak boleh lagi mengingatnya karna Daniel adalah......

Tunanganku.

Daniel POV

                Lagi lagi Naya terlambat. Mood ku menjadi buruk saat aku tidak menemukannya di kantor. Tidak tahu kah dia bahwa aku merindukannya?! Seminggu kemarin aku ditugaskan pergi ke Singapura dan artinya tidak dapat melihat Naya.

Pintu ku terbuka. Aku tau itu Naya , namun aku berpura pura tidak menyadarinya. Dia menyapaku dengan napas terengah. Apakah dia berlari kesini? Hah tampaknya aku harus menyediakan lift khusus untuknya di kantor ini? Aku tidak suka gadisku kelelahan. Beberapa kali aku mengabaikannya, hingga akhirnya dia berteriak sekuat tenaga. Tentu aku kaget.

Aku tidak berniat membuatnya marah. Tidak pernah. Aku menyesal bercanda seperti tadi. 

"Maafkan aku Baby. Aku tidak bermaksud marah padamu. Aku hanya kesal karena kau terlambat, padahal aku sudah sangat merindukanmu.", kataku dengan wajah menyesal.

Ekspresinya berubah, tidak lagi marah. ia berjalan ke arahku dengan langkahnya yang -oh so sexy - itu dan berbisik di telingaku

"Maafkan aku Tuan Tanuwijaya, aku tau itu. Maaf untuk keterlambatanku. Well, aku juga merindukanmu Baby.", katanya .

Dan dia berhasil membangunkan macam tidurku. Aku pun segera melumat bibir mungil merahnya yang menggoda itu. Dan dia membalas lumatanku.

Aku teramat sangat merindukannya. Dan bibirnya. Kami berciuman cukup lama. Aku senang sekarang dia mulai bisa membalas ciumanku, tidak seperti beberapa tahun lalu, dia bahkan tidak mau dicium olehku. Namun di satu sisi, hatiku pun merasakan sakit. Karena aku tau, bukan aku, bukan bibirku, yang dia pikirkan setiap kali kami berciuman.............

(Re) - Married (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang