Worth It in The End

14.5K 821 15
                                    

Of all the things I still remember

Summer's never looked the same

The years go by and time just seems to fly

But the memories remain

September - Daughtry

Naya POV

"So, tumben kalian bertiga dateng kesini barengan. Muka pada tegang gitu lagi. Kenapa?", tanya Mom dengan wajah bingung. Sedangkan Dad duduk disamping Mom dengan wajah tenangnya.

Aku, Nata, dan Daniel masih membisu ditempatnya. Detik demi detik, menit demi menit dilalui dalam keadaan hening, hingga akhirnya Daniel memutuskan untuk membuka suara.

"Nata's pregnant". Hening. Wajah Dad terlihat seperti shock, namun berhasil disembunyikan dengan baik. Mom? Drama queen itu, aku sudah memperkirakan reaksinya. Terkesiap dengan muka luar biasa kaget, dengan tangan yang terangkat mendekati mulutnya yang terbuka lebar. Khas Mom sekali.

"Siapa ayahnya?", kali ini Dad yang bersuara, karena tampaknya Mom belum pulih dari kekagetannya.

Hening. Aku menggenggam tangan Nata seraya berinisiatif menjawab.

"Daniel". Tidak sampai berapa detik, suara tamparan memenuhi ruangan ini. Aku kaget, tidak menyangka Mom akan menampar Daniel.

"How dare you! Bertunangan dengan Naya, tapi menghamili Nata. Mau kamu apa?! I love you! I care of you like you're my son. But why do you do this? To my daughters?", teriak Mom histeris. Air mata sudah menggenang di pipinya yang mulai mengkerut. Aku benci melihat Mom menangis. Daniel juga mulai menangis. Aku tau dia menyayangi Mom dengan sangat.

"Mom, it's not his fault. Tolong jangan bebanin semua ke Kak Daniel.", Nata mulai membuka mulutnya. Kenapa? Kenapa bisa aku sebagai kakaknya tidak membaca gelagatnya pada Daniel sedari dulu? Aku terlalu larut dalam kesedihanku dulu hingga tidak peka terhadap semuanya, bukan? Aku merasa seperti kakak yang buruk.

"Nat, kamu mending istirahat di kamar dulu ya. Kakak mau bicara sama Mom, biar Kak Daniel bicara sama Dad", bujukku pada Nata. Bagaimanapun, dia sedang hamil. Aku tidak mau dia stress hingga menganggu janinnya. Untung saja Nata bersikap kooperatif, ia mengangguk dan segera menuju kamarnya.

"Mom, sebaiknya kita bicara berdua dulu ya.", bujukku pada Mom. Dad lebih bisa berpikir rasional. Ada baiknya Daniel bicara dulu pada Dad mengenai rencana ke depannya, dan aku berusaha memberi penjelasan pada Mom. Mom pun mengangguk, dan aku segera membawa Mom menuju kamar Mom.

________________________________

Author POV

Hening mendominasi. Daniel masih diam dan menunduk, begitu juga dengan calon mertuanya ini.

"Dan...", Daniel mengangkat kepalanya, menyiapkan diri untuk dicaci maki, atau bahkan dipukul. Namun yang ditemukannya bukan itu. Calon mertuanya ini menatapnya dengan pandangan sulit diartikan, namun tidak ada amarah disana. Daniel semakin dipukul oleh rasa bersalah.

"Dulu, waktu saya deketin Mom, perjuangan saya ga gampang. Mom waktu itu baru aja putus sama calon tunangannya, karena keluarga calon tunangannya ga setuju sama Mom yang dianggep beda derajat. Dad yang nemenin dia, bertahun-tahun, sampai dia mau buka hati buat saya. Pas kami akhirnya nikah, saya senang bukan main.", ceritanya dengan tatapan mata menerawang.

"Awal pernikahan, seneng banget. Dunia serasa milik berdua. Ada aja hal yang bikin seneng, bikin ketawa. Sampe akhirnya, Naya lahir. Tiba-tiba aja, hubungan kami jauh. Karena Mom harus bagi waktunya buat urus Naya. Ditambah, setelah itu ada Nata. Saya makin merasa jauh sama dia. Sampe akhirnya, saya lakuin hal bodoh yang sampe sekarang bikin saya merasa bersalah terus, saya selingkuh."

(Re) - Married (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang