01

670 8 0
                                    

Suara dentuman musik menggema keras ke segala penjuru ruangan yang hanya di sinari oleh lampu warna-warni itu. Bau menyengat berbagai macam minuman beralkohol bercampur dengan asap rokok tidak menjadi halangan bagi makhluk di ruangan itu untuk bersenang-senang melepas segala beban penat masalah hidup walau sementara.

Sudah bisa menebak bukan tempat macam apa itu? Yap, Club. Namun club ini merupakan club khusus kalangan atas dimana yang berkunjung merupakan orang-orang berdompet tebal, berisikan uang atau kartu ATM tentunya. Bukan kertas struk bekas belanja.

Dentingan gelas yang saling beradu yang dimainkan oleh bartender, menemani seorang lelaki yang terlihat masih remaja sudah setengah mabuk itu. Terbukti dengan empat gelas wine yang sudah kosong, dan satu gelas yang tersisa setengah sedang di genggamnya. Tak lupa dengan racuan tak jelas dari lelaki itu.

Kepalanya terasa berat. Namun tidak menghentikan kegiatannya untuk meneguk wine nya yang tersisa setengah itu hingga tandas.

"Lima gelas lagi Bob!! Cepet!" Ucapnya dengan sisa kesadarannya

Bartender yang merasa di panggil itupun menoleh ke asal suara dan mengehela nafas, ia tak akan membiarkan sahabatnya itu mabuk berat kali ini, sudah cukup. Batinnya.

"LO DENGAR GUE NGGAK?!! LO MINTA DIPECAT BOB?!!!" teriak remaja yang sedang mabuk itu hingga membuat pengunjung lain menoleh ke arahnya. Ia tak peduli.

"Ayo gue anter lo pulang" Bob mendekat

"Apa lo tuli?! Gue pingin lima gelas wine lagi!" remaja itu masih saja ngotot dengan badan yang hampir limbung.

"Udahlah Rey! Sampai kapan lo bakal kaya gini? Lo cuma nyiksa diri lo sendiri, bukan kali ini aja lo mabuk, udah hampir satu bulan Rey, tiap malam lo habisin dengan mabuk, lo masih sekolah dan lo udah kelas 12 Rey! Gue lebih tua dari lo dan kita udah lama ber sahabat. Gue gak akan ngebiarin lo terpuruk kaya gini" ucap Bob tak kalah ngotot.

Tak ada sahutan dari lawan bicaranya. Remaja yang sudah dia anggap adik didepannya ini hanya terduduk di bar dengan menelungkup kan wajah tampan nya ke dalam tangan bertumpu di meja bar. Hingga terdengar suara isakan tangis.

Bob terkejut mendengar suara isakan tangis tertahan di depannya. Awalnya ia ragu jika Rey lah yang menangis. Karena keadaan yang cukup bising. Namus sepertinya memang Rey yang menangis.

"R-rey? Lo...nangis?" tanya Bob dengan nada ragunya

"Kenapa Bob? Kenapa dia tega ninggalin gue? Kenapa? Gue cinta banget sama dia Bob? Bahkan gue sudah berencana ngelamar dia setelah lulus. Apakah gue berbuat salah? Gue gatau dimana letak kesalahan gue Bob? Bilang Bob?! Apa salah gue?!!!" Rey dengan nada seraknya.

Kata orang, lelaki jarang bahkan pantang menangis. Namun, jika lelaki sudah menangis berati dia sudah merasakan sakit yang amat dalam. Dan itu sedang terjadi pada lelaki bernama lengkap Reynand Geovano Mckenzie itu. Isakan masih terdengar namun tidak sekeras tadi.

"Gue gak akan nasehatin lo dengan keadaan lo lagi mabuk kaya gini. Percuma. Sekarang gue anter lo pulang ke istana megah lo itu atau gue bakal nelfon tuan Geovano buwat jemput lo langsung?" tawaran yang di bumbui sedikit ancaman dari Boby.

Geovano merupakan ayah Reynand, bernama lengkap Geovano Mckenzie pengusaha bisnis yang masuk jajaran orang terkaya se Asia, memiliki bisnis di berbagai bidang dan berbagai negara pula. Jangan lupakan wajahnya yang sangat tampan, mata tajam, tubuh yang atletis meski sudah berkepala empat, jadi jangan heran jika Reynand lebih tampan dari ayahnya, cetakannya saja sudah bibit unggul. Tuan Geovano memiliki istri cantik bernama Cintia Mckenzie. Dan juga, Rey merupakan keturunan Russia-Indonesia. Rusia dari ayah dan Indonesia dari ibu.

Mendengar nama sang Ayah di sebut oleh bartender sekaligus sahabatnya itu, tubuh Rey menegak dan menatap tajam Boby dengan mata merah sembab, sedang yang ditatap tak merasa takut atau bersalah.

"Jangan berani-berani ngadu ke Papa atau lo tau akibatnya!" ancamnya balik sambil turun dari kursi bar dengan sedikit sempoyongan
"Gue nginep di sini aja, pesenin gue kamar VIP buat satu malam, gue males dapet pertanyaan dari Mama" lanjutnya.

Boby menaikkan satu alisnya
"Terus ngebiarin lo bolos sekolah gitu? Dan gue bukan kacung lo ya Rey! Gue lebih tua dari lo, hormat lah dikit" ucap Boby dengan nada kesal.

Memang sejak bersahabat dengannya hampir empat tahun ini, Rey tidak pernah memanggil Boby dengan embel-embel 'Kak'. Namun bukan karena Rey tidak sopan. Hanya saja Rey beranggapan agar lebih akrab dengan Boby. Lagian umur mereka hanya terpaut satu tahun. Boby tengah kuliah dengan jurusan bisnis di Universitas ternama di Jakarta saat ini.

Mendengar kekesalan Boby, pemuda Rey itu terkekeh
"Lo cerewet banget Bob, kemana Boby si Ice Prince yang di idolakan para kaum wanita?" ucapnya sambil terkekeh tidak jelas.

"Lo makin gak jelas, cepat ke lantai tiga gue bakal ke bawahan gue buwat nyiapin kamar lo" ucap Boby dengan nada berubah datar "Dan..."

Mendengar kalimat Boby yang menggantung, Rey yang sempat melangkah ingin meninggalkan bar berbalik menatap Boby

"Sepertinya gue kan mendapat keuntungan besar jika meluncurkan berita 'KETUA GENG MOTOR DARK WOLF YANG DI SEGANI SE INDONESIA MENANGIS DI CLUB KARENA PUTUS CINTA' bukan begitu tuan Mckenzie?" sambung Boby dengan senyum miring jahil nya.

Mendengar itu Rey melotot siap memberi sumpah sarapah "Lo-"

"Udah-udah sana naik, bisa sendiri kan? Gabakal kesandung kan?" goda Boby dengan alis naik turun

"Lo-"

"Udah cepet sana! Jangan buwat keributan di Club gue" potong Boby, lagi.

Rey pun menghela nafas untuk meredam emosi nya pada sahabat di hadapannya ini
"Club milik Daddy lo, bukan Lo" ucap Rey sinis sambil berlalu pergi.

Boby terkekeh mendengar itu tanpa mau membalasnya, dan segera menghubungi bagian administrasi untuk menyiapkan kamar Yang mulia raja.
Ngomong-ngomong Club ini memang milik Boby, ralat milik ayahnya Boby yang bernama Albert Parker. Boby sendiri bernama lengkap Boby Antonio Parker. Dan ibunya bernama Mariana Parker. Boby merupakan anak tunggal, jadi club ini dan seluruh aset keluarga Parker akan menjadi miliknya nanti.

---

Di sisi lain Rey dengan sempoyongan susah payah membawa dirinya sendiri yang masi setengah mabuk itu menuju lift. Jam menunjukkan pukul 01.15 dini hari.

Saat lift terbuka dirinya masuk dengan gontai danlangsung memencet tombol ke lantai tiga. Rey bersandar pada dinding kaca lift sambil memegangi kepalanya karena kepalanya terasa berat dan berputar.

Hingga suara pekikan dan sesuatu menghimpit tubuhnya, atau bisa dibilang menabrak(?) Entahlah kepalnya terlalu pusing untuk mencerna apa yang terjadi.

Sesuatu yang menghimpit nya menjauh
"M-maaf t-tuan mas bapak atau siapapun anda saya tidak se-"
ucapan sesuatu itu terpotong saat mendongakkan kepalanya dan netranya bertemu dengan netra Rey yang sayu setengah mabuk itu.

Dan jadilah kedua insan ini terhipnotis dengan tatapan masing-masing.

Rey merasa badannya ditimpa seseorang yang ia yakini seorang perempuan. Rasa berat di tubuhnya tak kunjung berubah menjadi ringan karena wanita itu malah sibuk terpaku memandangi nya. Walaupun dengan keadaan setengah mabuk, Reynand bisa melihat wajah konyol wanita di depannya yang memandanginya dengan tatapan memuja mulut setengah terbuka dan mata sedikit melotot. Oh ayolah tatapan itu lebih mirip seperti sedang menatap setan dari pada wajah tampannya. Di bawah minimnya caha lampu Club didalam lift yang berjalan.

Sudah melalui proses revisi, ada perubahan alur cerita.


Vote & Comment

~maghfiiiiii

Oh My BRONDONG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang