Tangan kecil yang membawa bunga mawar itu bergetar ketakutan. Kaki kecilnya berusaha berlari secepat mungkin, menghiraukan rasa sakit ketika digerakkan.
Namun tak disangka kaki penuh memarnya itu tersandung batu yang tidak sempat dilihatnya.Saat akan berdiri, tangan kecil—yang tadinya memegang mawar—itu ditarik dengan cepat.
"Hey anak kecil, cepat berikan uangmu." Salah satu dari dua orang yang mengejarnya tadi memegangi kedua tangan penuh lukanya.
"A-aku tak pu-punya uang pa-paman." Balasnya dengan suara kecil.
"Ck menyusahkan, lebih baik kau geledah saja dia." Ucap seseorang yang memegang tangannya. Temannya yang tadi meminta uang padanya langsung menggeledah tubuh kecilnya.
"Pa-paman jangan, i-itu uang untuk bibi." Ujarnya saat seseorang yang menggeledahnya tadi menemukan beberapa lembar uang dari saku celananya.
"Aku tidak peduli, ayo kita pergi dan minum dengan uang ini." Tangan kecilnya dilepaskan, kedua orang itu pergi dengan menginjak mawar-mawarnya yang jatuh tadi.
"hiks ma-maaf bibi." Tangan kecilnya memunguti mawar-mawar yang sudah tak layak jual itu.
Tangan yang hendak memungut mawar terakhirnya, langsung diarahkan menuju kepala saat merasakan kepalnya berdenyut nyeri. Ia ingat seharian ini ia belum memakan apapun dan terakhir kali makan itu hanya kemarin siang.
Mawar yang tadinya sudah berada ditangan, kini ia jatuhkan lagi. Tubuh kecil penuh lukanya itu oleng dibawah lampu remang. Ia merasa melayang sesaat dan kemudian menutup mata ketika tubuhnya menapak tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Called Papa's Love [END]
FanfictionKaki kecilnya memar. Tangan kecilnya juga penuh luka. Bibi pemilik toko bunga mengusirnya. Dan sang mama juga mengusirnya. Dimalam penuh bintang dengan bulan yang bersinar terang, ia harus keluar dari rumah yang sudah ditinggalinya selama beberapa...