Take a deep breath and happy reading.
***
Taehyung sudah bangun dari tidurnya beberapa menit yang lalu. Seorang suster yang ditugaskan nyonya Jeon sedang menemaninya.
Tadi ia sempat menangis, berpikir jika Jeongguk meninggalkannya. Namun suster itu menjelaskan jika Jeongguk sedang pergi sebentar dan kakek neneknya sedang pulang mengambil keperluan.
Pintu ruang rawat Taehyung dibuka, menampilkan Eunha dengan balutan gaun sepaha yang tampak anggun. Mata Taehyung bergerak gelisah saat melihat Eunha masuk ke ruang rawatnya.
"Kau bisa kembali bekerja, aku yang akan menjaganya." Ujar Eunha tersenyum manis. Perawat itu langsung pergi keluar, tidak melihat Taehyung yang menyiratkan ketakutan.
"Kenapa kau masih disini sih? Kenapa tidak menyusul ibumu saja pergi surga?" Ujar Eunha menatap nyalang Taehyung.
"Jangan menangis Taehyung! Suaramu dapat merusak telingaku!" Bentaknya saat melihat Taehyung terisak.
"Kau tau? Karena dirimu aku tak bisa lagi mendekati Jeongguk." Eunha mulai menekan tangan Taehyung yang melepuh terkena air panas itu.
"Le-lepaskan hiks sa-sakit" Rintih anak malang itu kesakitan.
"Karenamu juga aku tak bisa mendapat harta Jeongguk. Jangan menangis Taehyung!"
"Kau mau tahu sebuah pengakuan? Dengarkan dengan baik ini. Karir modelku redup, dan jika aku tak bisa mendapatkan Jeongguk maka karirku hancur." Tangan Eunha terus menekan tangan kecil Taehyung.
"Dan itu semua karena dirimu! Karena dirimu Jeongguk tak mau kembali bersamaku!" Tangan kanan Eunha terangkat hendak memukul wajah Taehyung.
Sebelum tangan cantik itu mendarat pada wajah Taehyung, tangan Jeongguk sudah lebih dulu menahannya.
"Apa-apaan dirimu Eunha?!" Bentak Jeongguk pada Eunha.
"Jeongguk, tu-tunggu aku bisa menjelaskan semuanya." Ujar Eunha dengan wajah kalut.
"Kupikir dengan memaafkan mu kita masih bisa berteman, namun kau lagi-lagi merusak kepercayaanku." Ujar Jeongguk tak mau mendengar penjelasan Eunha.
"Tak ada yang perlu dijelaskan, aku sudah mengetahui semuanya. Lebih baik kau sekarang pergi atau aku benar-benar menghancurkanmu." Jeongguk berbicara menggunakan nada yang rendah, namun penuh dengan penekanan dan keseriusan.
Jeongguk tadi memang mendengar semua perkataan Eunha, ia sengaja menunggu beberapa menit diluar untuk mendengar pembicaraan Taehyung dan Eunha. Namun saat mengetahui semuanya Jeongguk sedikit lega, karena sudah tak memiliki perasaan khusus pada wanita itu.
"Ta-tapi—"
"Kubilang pergi Eunha! Jangan pernah menemui kami." Setelah mendapat bentakan dari Jeongguk, Eunha langsung pergi dari ruang rawat inap itu.
Jeongguk yang melihat Taehyung yang menangis kesakitan segera menekan tombol nurse call. Tak lama Seokjin datang dengan beberapa perawat dibelakangnya.
Setelah mengurus luka pada lengan Taehyung dan menyuntikkan obat penenang, Seokjin segera mendekat pada Jeongguk yang berada disofa.
"Luka pada tangannya semakin parah, ia perlu perawatan yang lebih ekstra karena lukanya, sedangkan pada bagian tubuh lain aku tak menemukan luka baru." Ujarnya pada Jeongguk.
"Kurasa saat ia sudah lebih baik nanti, kau bisa membawanya ke psikolog. Aku takut mentalnya terguncang karena wanita itu." Seokjin menepuk pelan bahu Jeongguk kemudian ia berlalu dari ruang rawat itu.
Jeongguk sedari tadi melamun menatap wajah damai putranya, namun matanya menatap nyalang memikirkan perbuatan Eunha. "Jika mental Taehyungku benar terguncang, aku akan menghancurkan karir modelmu itu." Gumamnya serius.
***
Ruang rawat inap Taehyung sangat ramai. Jimin datang menjenguk Taehyung setelah pulang sekolah bersama Yoonji. Nyonya Jeon dan Tuan Jeon juga berada disana. Bahkan Jeongguk yang harusnya bekerja, juga berada disofa ruangan sambil memangku laptopnya.
Jeongguk mengerjakan semua berkasnya dari rumah sakit, karena Taehyung akan menangis keras jika ditinggal. Tadi setelah berkonsultasi pada psikolog, mental Taehyung sedikit terguncang. Kematian ibu kandungnya dan perkataan Eunha padanya yang membuat mentalnya terguncang.
Anak itu benar-benar tidak ingin ditinggal oleh Jeongguk sedikitpun. Bahkan ketika orangtua Jeongguk datang, ia tetap tak ingin ditinggal oleh Jeongguk. Berakhirlah Jeongguk duduk diruang rawat Taehyung dengan mengerjakan beberapa laporannya.
Sedangkan anak itu malah asyik bermain bersama Jimin dengan mainan yang Jimin bawa. Namun sesekali matanya melirik kearah Jeongguk, memastikan bahwa sang ayah tidak meninggalkannya.
Untuk Eunha, wanita itu sudah diurus oleh tuan Jeon, mungkin karirnya berada diambang batas kehancuran sekarang.
Tadi pagi tuan Jeon menelfon anak buahnya untuk membuat berita tentang Eunha yang mencelakai Taehyung yang sudah resmi menjadi keluarga terpandang Jeon. Selain itu berita tentang penggelapan dana perusahaan juga sudah tersebar dimana-mana.
***
Taehyung tengah menyelami mimpi dengan tangan yang menggenggam erat tangan besar Jeongguk. Setelah Jimin pulang tadi, Taehyung merengek ingin tidur bersama sang ayah. Berakhirlah tangan kanan Jeongguk ia genggam dan tangan kiri Jeongguk digunakan untuk mengusap surainya.
Jeongguk terus-terusan mengusap rambut beraroma stroberi itu, mata tajam miliknya menatap wajah manis milik putra kecilnya.
Ia tersenyum mengingat pertemuan pertama dengan Taehyung. Mengecup puncak kepala Taehyung sebentar kemudian bergumam "Papa akan disini, tidak akan meninggalkanmu. Selamat tidur, malaikat papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Called Papa's Love [END]
FanficKaki kecilnya memar. Tangan kecilnya juga penuh luka. Bibi pemilik toko bunga mengusirnya. Dan sang mama juga mengusirnya. Dimalam penuh bintang dengan bulan yang bersinar terang, ia harus keluar dari rumah yang sudah ditinggalinya selama beberapa...