Makan pagi kali ini cukup tenang namun sesekali alat makan milik Taehyung akan berdenting dengan keras karena cara makannya yang sedikit belepotan, dan Jeongguk yang disebelahnya akan siap siaga membantunya.
"Merepotkan." Ujar tuan Jeon saat melihat Jeongguk membantu Taehyung yang kesulitan dengan alat makannya.
"Ma-maaf." Taehyung langsung menunduk takut dengan bahu yang sedikit bergetar menahan tangis.
"Papa." Tegur Jeongguk menatap sang ayah, sedangkan yang ditatap langsung memalingkan wajah dan melanjutkan makan.
"Sudah tidak apa, ayo lanjutkan makanmu." Jeongguk mengusap sebentar bahu Taehyung dan mulai menyuapi sang anak. Sedangkan nyonya Jeon melirik tajam sang suami.
Makan pagi itu berakhir dengan Jeongguk yang menyuapi Taehyung.
***
Taehyung bosan. Duduk sendiri disofa ruang keluarga, dengan televisi yang menayangkan animasi anak-anak. Biasanya di jam segini ia akan berkeliling berjualan bunga mawar, namun sekarang ia hanya duduk bosan sambil menatap televisi yang menyala.
Sang nenek tadi menyuruhnya pergi dari dapur karena akan membuat sesuatu. Sang papa pergi setelah makan pagi tadi, entah kemana. Sedangkan seseorang yang harusnya ia panggil kakek juga tak terlihat setelah makan pagi berakhir.
Taehyung memutuskan keluar dari ruang keluarga setelah mematikan televisi. Kaki kecilnya melangkah ke sembarang arah, karena ia belum menjelajahi rumah sang ayah.
Kakinya membawa kehalaman luas yang ditanami berbagai jenis bunga, juga sebuah pohon besar yang membuatnya teduh. Ia melangkah menuju sebuah bunga dengan kelopak banyak, ia ingat sering menjual bunga ini saat masih bekerja di toko bunga, mawar.
Tangan kecilnya mengusap pelan bunga itu, bunga yang tampak cantik dan segar, namun dibalik itu ia memiliki duri disekujur batangnya.
"Kau juga suka bunga?" Taehyung menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Badannya sedikit tegang saat tau siapa pemilik suara tersebut."I-iya, ma-maaf." Ujarnya sambil menunduk dalam.
"Maaf untuk?" Tuan Jeon mengerutkan keningnya saat menyadari kata maaf yang keluar dari mulut Taehyung.
"Ka-karena me-memegang bunganya." Ujarnya takut-takut.
"Hey, tak apa. Mau membantuku menanam bunga?" Ujar tuan Jeon semangat.
"Boleh?" Taehyung mendongak dengan mata berbinarnya.
"Tentu saja, ayo kita ambil peralatannya." Taehyung mengekori tuan Jeon menuju gudang tempat menyimpan alat berkebun.
Disisi lain nyonya Jeon tersenyum saat melihat suami dan cucunya itu mulai akrab. Ia melihat interaksi berkebun itu dari jendela yang menghubungkan dapur dan halaman belakang.
***
Jeongguk sedang mengemudikan mobilnya kearah rumah. Tepat saat jam menunjukkan pukul 10 malam ia baru tiba dirumah. Diruang tamu ada nyonya Jeon dan tuan Jeon yang tampak menunggu kedatangannya.
"Kau baru pulang? Duduklah sebentar disini." Ujar nyonya Jeon sambil menepuk sofa disebelahnya.
"Kau yakin dengan dia?" Jeongguk tau ke arah mana pembicaraan malam ini.
"Tentu saja. Jika aku tak yakin mana mungkin aku pergi seharian ini untuk mengubah marganya menjadi Jeon Taehyung." Jawabnya sambil menekan kata 'Jeon Taehyung'.
"Kau sudah mengubah marganya?" Tanya nyonya Jeon dengan wajah yang berseri-seri.
"Iya. Sekarang ia putraku Jeon Taehyung." Ujarnya penuh keyakinan.
"Baiklah, kami percaya padamu." Ujar tuan Jeon tersenyum tipis.
"Pa, kau tak marah?" Tanya Jeongguk hati-hati.
"Tentu saja tidak, mana mungkin aku bisa marah dengan cucuku yang manis itu." Ujar tuan Jeon sedikit kesal.
"Lalu tadi pagi?"
"Hanya ber-akting, kau tahu akting tidak?"
"Kupikir papa tidak akan menyetujui keputusanku."
Berakhirlah percakapan malam itu saat tuan dan nyonya Jeon memutuskan pulang. Sedangkan Jeongguk langsung menuju kamarnya dan terlelap sambil memeluk tubuh mungil Taehyung, putranya.
***
"Papa kemarin dari mana saja? Kenapa pakaian papa seperti ini?" Tanya Taehyung pada Jeongguk yang sedang memakaikan putranya baju.
"Papa kemarin mengurus sesuatu yang penting, yaitu mengubahmu menjadi Jeon Taehyung, putra dari Jeon Jeongguk." Ujarnya sambil mencubit pipi Taehyung.
"Benarkah?" Mata kecil Taehyung berbinar bahagia.
"Iya. Hari ini kau bersama nenek dan kakek ya? Papa harus kerja, nanti sore papa akan menjemputmu." Ujarnya memberi pengertian.
"Iya, Taetae akan bersama nenek dan kakek."
"Yasudah ayo pergi." Jeongguk segera menggandeng tangan mungil itu menuju garasi dimana mobil hitamnya ditempatkan.
Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang dan sesekali melirik Taehyung yang tampak ceria mengikuti lagu anak-anak dari speaker mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Called Papa's Love [END]
FanficKaki kecilnya memar. Tangan kecilnya juga penuh luka. Bibi pemilik toko bunga mengusirnya. Dan sang mama juga mengusirnya. Dimalam penuh bintang dengan bulan yang bersinar terang, ia harus keluar dari rumah yang sudah ditinggalinya selama beberapa...