Saat ini Jeongguk sedang duduk berhadapan dengan sang ibunda di ruang kerjanya. Setelah tadi menidurkan Taehyung, ia langsung digiring oleh sang ibu menuju ruang kerjanya.
"Jadi? Bagaimana selanjutnya?" Tanya nyonya Jeon pada putra semata wayangnya.
"Aku akan mengambil hak asuhnya. Ibu kandungnya telah memberiku izin." Ujar Jeongguk pelan.
"Kau bertemu dengan ibunya?" Pekik nyonya Jeon.
"Iya, tadi siang aku pergi kerumahnya dan meminta hak asuh Taehyung, dan ya dia mengizinkanku mengambil hak asuh Taehyung." Ujarnya sambil memainkan bolpoin ditangan.
"Semudah itu? Bagaimana bisa?" Nyonya Jeon menggeleng tak percaya, bagaimana bisa seorang ibu menyerahkan putranya pada orang asing.
"Ma, ia memiliki alasan untuk melakukannya." Berakhirlah Jeongguk menjelaskan alasan mengapa ibu Taehyung menyerahkan hak asuh padanya secara cuma-cuma.
"Baiklah, mama percaya. Mama izin pulang dan besok mama akan kembali kemari bersama papa mu. Oh ya cepat urus dia, mama tak sabar memanggilnya Jeon Taehyung dan mengenalkan pada teman mama." Ujar nyonya Jeon sambil berlalu pergi.
Jeongguk memutar matanya malas dan ikut beranjak keluar ruangan. Ia ingin pergi tidur, berbaring diatas ranjang dan menyelami mimpi.
Saat membuka pintu kamarnya, ia melihat Taehyung memeluk bantal. Tampaknya ia tak bisa tidur jika tak memeluk sesuatu.
Jeongguk mengambil bantal dari pelukan Taehyung, menggantinya dengan lengan kekar miliknya dan kemudian ikut memeluk Taehyung. Ia memejamkan matanya dengan dagu yang menempel pada kepala Taehyung.
Menghirup nafas dalam, merasakan aroma stroberi yang menguar dari rambut halus sang putra. Tangan satunya ia gunakan untuk menepuk punggung kecil dihadapannya, hingga ia berakhir menyelami mimpi dengan posisi memeluk tubuh mungil Taehyung.
***
Netra hitam itu terbuka perlahan, mengangkat tangan kecilnya untuk mengusap matanya. Tubuhnya terasa berat dan saat ia melihat kebawah, sebuah tangan kekar mendekap tubuh kecilnya.
"Papa!" Pekiknya.
Ia mencoba menyingkirkan tangan itu namun tak berhasil, tangan kecilnya menepuk pelan pipi sang papa yang ada diatas kepalanya.
"Papa bangun, Taetae ingin mandi." Ujarnya sambil tetap menepuk pipi sang ayah.
Akhirnya mata Jeongguk terbuka, ia mengusap wajahnya dan kemudian beralih pada Taehyung yang cemberut.
"Selamat Pagi jagoan, kau kenapa?" Diciumnya pipi tirus itu dan kemudian bertanya.
"Papa susah dibangunkan, Taetae kan ingin mandi." Ujarnya dengan bibir yang masih cemberut.
"Maafkan papa ya?" Ujar Jeongguk dengan ekspresi yang dibuat-buat.
"Iya, tapi papa harus gendong Taetae ke kamar mandi."
"Baiklah ayo." Jeongguk beranjak dari ranjang sambil menggendong Taehyung menuju kamar mandi.
***
Kini Jeongguk sudah memakai baju santainya, sedangkan Taehyung, handuk besar berwarna putih masih melilit tubuh kecilnya.
"Pakai yang ini saja ya?" Jeongguk menunjukkan kaos berwarna merah kehadapan Taehyung dan langsung dibalas gelengan oleh anak itu.
"Tidak mau, Taetae ingin pakai yang bergambar singa." Ujarnya.
"Tidak ketemu yang itu. Pakai ini saja ya, nanti kau sakit lagi jika tak memakai baju." Ujar Jeongguk membujuk Taehyung.
Sedari tadi pasangan ayah dan anak itu berdebat mengenai baju yang akan dipakai Taehyung. Anak itu ingin memakai kaos bergambar singa yang kemarin baru dibeli bersama neneknya, namun Jeongguk tak menemukannya diantara tas belanja itu.
Akhirnya Taehyung mau memakai kaos berwarna merah yang ditemukan sang ayah. Ia mencebikkan bibirnya karena tidak memakai kaos baru yang diinginkannya.
"Jangan mencebikkan bibir seperti itu, kau mau ayam mengigit bibirmu?" Ujar Jeongguk sambil fokus memakaikan baju pada Taehyung.
"Memangnya ayam bisa mengigit?" Tanya Taehyung pada Jeongguk.
"Papa tidak tahu karena papa bukan ayam. Tanyakan saja pada ayamnya sendiri." Tanganya menyisir rambut halus Taehyung dengan pelan.
"Sudah ayo turun dan sarapan." Ajaknya pada Taehyung yang kini kembali semangat.
Jeongguk berjalan keluar kamar yang diikuti Taehyung yang mengekor dibelakangnya, bagai induk bebek bersama anaknya.
"Nenek!" Taehyung berlari menghampiri nyonya Jeon yang sedang membaca majalah diruang tengah.
"Cucu nenek yang tampan sudah bangun." Ujarnya sambil meletakkan majalah dan menciumi wajah Taehyung yang harum seperti bayi.
"Mama kemari bersama siapa?" Ujar Jeongguk yang melihat mamanya sedang tersenyum bersama Taehyung.
"Papamu, dia ada di halaman belakang." Jawab nyonya Jeon tanpa mengalihkan pandangannya kearah Taehyung."Ah ayo kita makan. Jeongguk panggil papamu cepat, katakan padanya kita akan makan bersama." Nyonya Jeon bangkit menuju meja makan dengan Taehyung disampinya yang berceloteh dengan riang.
Jeongguk memutar matanya malas, namun tetap menuruti perintah sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Called Papa's Love [END]
FanficKaki kecilnya memar. Tangan kecilnya juga penuh luka. Bibi pemilik toko bunga mengusirnya. Dan sang mama juga mengusirnya. Dimalam penuh bintang dengan bulan yang bersinar terang, ia harus keluar dari rumah yang sudah ditinggalinya selama beberapa...