-12-

15.9K 1.3K 11
                                    

Hari ke-62

Semenjak dosennya itu tinggal disebelah rumahnya Neyza mengurung diri dikamar. Dan hanya keluar jika ada yang dibutuhkan. Terutama sekarang, Neyza terpaksa keluar rumah karena stok jajannya habis. Dia udah nyuruh Leonard, tapi gak mau katanya lebih bagus dia jalan-jalan sama Olivia.

Oh, masalah Pak Ravin, dosen itu sering keluar rumah, juga ramah sama ibu-ibu komplek. Tapi anehnya, Neyza gak pernah liat istrinya ada dirumah. Sebenernya udah nikah apa belom sih?

Tapi Pak Ravin gak pernah tuh bawa perempuan kerumahnya.

"Paling enggak jadi nikah ya, kan?" Neyza bergumam sendiri, dan ini menjadi kebiasaannya mulai hari ini.

"Tapi, aneh juga kenapa enggak ngundang-ngundang gue gitu, hehe..."

Entah sebuah keberuntungan atau tidak, pas Neyza lewat rumah Pak Ravin, pintunya terbuka dan menemukan seorang wanita yang marah-marah pada Pak Ravin. Pak Ravinnya cuman diem sama ngangguk-ngangguk aja. Neyza jadi tambah curiga. Langsung aja Neyza nguping dari balik tembok.

"Ravin, Bunda tolong banget sama kamu. Ayo pulang kerumah, nak..."

Oh, Emaknya Pak Ravin toh guys.

"Ravin mau pulang, asalkan Bunda usir dulu perempuan itu." kata Pak Ravin yang ngebuat Neyza berpikir keras, jangan-jangan istrinya Pak Ravin? Tapi kenapa Pak Ravin enggak mau pulang? pikir Neyza.

"Ravin, kamu seharusnya tau. Dia itu pemaksa, dia akan melakukan apapun demi yang dia mau."

Pak Ravin ngusap wajahnya kasar, bingung dengan keadaannya. Serba salah, "Terus kenapa Bunda jadiin dia sebagai istri Ravin?"

Neyza semakin memasang pendengarannya karena ini yang dia tunggu-tunggu.

"Kamu sih, kamu udah cukup umur Ravin. Mau sampai kapan lagi kamu terus-terusan sendiri? Enggak mau punya istri apa?"

Pak Ravin menghela nafas, "Bunda, jodoh itu udah ada yang ngatur. Lagian Ravin udah punya calonnya kok."

Neyza ngerutin keningnya, berarti selama ini banyak dong simpanan Pak Ravin, pikirnya.

"Kamu serius?"

"Iya, nanti juga Bunda tau sendiri."

Dan pas itu juga, Pak Ravin ngeliat Neyza yang lagi ngintip. Neyza langsung muter balik dari halaman belakang.

"Sialan."

***

Hari ke-63

"Emm, permisi."

Semua orang yang ada didalam kelas itu langsung menoleh. Termasuk Neyza yang lagi ngerumpi cantik sama Olivia. Seorang gadis berdiri canggung di depan pintu. "Ada yang namanya, Neyza?"

Olivia nyenggol bahu Neyza, "Lo kenal, Ney?"

Neyza geleng, "Enggak kenal, baru jumpa juga."

Neyza langsung nyamperin orang yang nyari dia tadi, "Ada perlu apa?"

Gadis itu nampak gugup, "Di panggil sama Pak Ravin suruh ke ruangannya." katanya yang buat mata Neyza membulat.

Bisa gawat kalo Pak Ravin nanyain Neyza tentang yang semalem. Neyza langsung nelen ludah payah-payah, "H-harus s-sekarang, ya?"

"Iya, katanya ada yang mau di omongin."

"Y-yaudah, makasih ya informasinya." Neyza langsung lari ke ruangannya Pak Ravin. Kalo dibilang dia takut apa enggak, ya jelas takut! Cuman Neyza lebih milih nyamperin duluan dari pada Pak Ravin koar-koar marahin dia.

Dengan ragu, Neyza ngetuk pintu ruangan Pak Ravin. Terdengar suara berat yang nyuruh dia masuk. Disana Pak Ravin udah duduk sambil minum kopi, yang Neyza gak tau dari mana.

"Ada apa Pak, kok manggil saya?"

"Wajar saya manggil kamu, kamu kan sekretaris saya."

"Ya, tapikan-" Pak Ravin langsung motong ucapan Neyza, "Saya cuman mau bilang kalo nanti malam kamu harus kerumah saya."

"Ngapain?"

"Nanggung jawab'in perbuatan kamu." kata Pak Ravin yang buat Neyza berpikir. Loading please wait...

"Saya kan enggak ngamilin Bapak." kata Neyza polos, Pak Ravin jambak rambutnya kasar.

"Neyza, kamu tau apa alasan saya malas jumpa kamu?"

Neyza langsung melotot, harusnya dia yang bilang kaya gitu!

"Enggak tau, Pak.

"Kamu itu buat saya naik darah, Neyza."

Neyza mendecih.

"Tapi anehnya hati ini maunya sama kamu."

Inget sama istri di rumah Pak!! Neyza langsung melotot, jangan sampai ia di jadikan selir atau di jadikan istri keduanya Pak Ravin.

"Pak, Bapak tau enggak apa yang lebih tajem dari duri kaktus?"

Pak Ravin langsung menggeleng, "Emangnya apa yang lebih tajam dari duri kaktus?"

"Mulut Bapak."

***

"BUNDA YUHUU!! NEYZA BACK!!"

Bunda langsung menutup kupingnya, dia males juga ngedenger bacotannya Neyza, hehe.

"Bun, Bunda tau enggak sih?"

Bunda langsung menggeleng dan nanya, "Itu bawa apa?"

"Bunda tau kan tetangga kita itu? Dia ngundang kita nanti malem katanya."

Bunda ngerutin keningnya, "Kamu kenal sama tetangga kita?"

"Iya kan dosennya Neyza, bun."

"Dosen yang sering nyuruh-nyuruh kamu itu?"

Neyza ngangguk.

"Dia kok ngundang kita?"

Neyza geleng, Bunda langsung mukul lengan Neyza pelan, "Cemana sih kamu."

"Loh, jangan salahin Neyza dong Bun. Dia pun cuman bilang gitu kok!"

Bunda gak dengerin Neyza, dia langsung kedapur mau masak. Tapi kemudian Bunda balik dan natep Neyza was-was.

"Dosen kamu itu udah tua, kan?"





99 Days with Pak Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang