-19-

14.8K 1K 5
                                    

Hari ke-88

"Mas Arkan enggak papa kan? Kalo Neyza pergi ke Jepang?"

Arkana mengusap surai Neyza lembut, "Gak papa, kamu terusin aja sekolah kamu. Nanti kalau sudah siap bilang."

Neyza ngerutin keningnya. "Emangnya mau ngapain?"

"Nikahin kamu."

Neyza menahan senyumnya. Emang Arkana paling bisa buat hatinya dag dig dug. Jadi malu dedek bang. Neyza menghitung dengan jarinya, kemudian dia melihat kalender yang ada di hpnya. 3 hari lagi dia berangkat ke Jepang. Semua yang menyangkut tentang perkuliahan akan dia selesaikan di Jepang. Senang juga rasanya bisa terbebas dari dosen kampretnya itu. Tapi, Neyza akan rindu dengan Olivia dan Ocha.

Neyza menggigit pipi bagian dalamnya. "Mas, Arkan besok bisa Anterin Neyza enggak? Neyza besok mau ketemu sama Olivia sama Ocha."

Arkana mengangguk-angguk'kan kepalanya. Neyza memang udah beberapa hari ini enggak masuk kampus karena mau nyiapin pertukaran pelajarnya di Jepang. Itu semua suruhan Bu Cici, dosen yang membimbing siswa pertukaran pelajar. Kata dia juga, di Jepang itu enak. Jadi Neyza boleh santai-santai dulu di Indonesia. Pokoknya semua akan di selesaikan di negara sakura itu.

"Sekalian mau beli baju."

"Bajunya masih kurang ya?"

"Kata Bunda beli baju hangat gitu."

Arkana mengangguk-anggukan kepalanya. "Besok aku jemput."

***

H

ari ke-89

Neyza lagi jalan-jalan di mall sama Arkana. Ceritanya, dia jalan-jalan sekalian beli baju, sekalian juga mau ketemuan sama Ocha sama Olivia. Ocha sama Olivia katanya lagi di jalan. Dua orang itu langsung kesini setelah pulang kuliah.

"Mas, yang ini bagus enggak?" Neyza mengambil sweater polos bewarna hitam, membuat Arkana menggeleng.

"Enggak itu jelek, yang lebih bewarna aja." Arkan memilih. "Nanti dikiranya kamu orang aneh."

Neyza hanya bisa tersenyum. Entah kenapa bagi dirinya lama-lama Arkana itu seperti Pak Ravin. Bedanya kalo Pak Ravin itu tukang maksa, gak mau nurut sama orang. Tapi kalo Arkana sih maksa juga, tapi lembut, pelan bicaranya. Arkana pun nurut sama orang. Ya tapi kayaknya Arkana ini Pak Ravin versi baik.

"Ini aja." Arkana memberikan sweater merah muda yang langsung ditolak mentah-mentah sama Neyza.

"Mass..." rengeknya, Neyza itukan enggak suka warna merah muda alias warna pink.

Arkana tetep kukuh dengan pendiriannya, seweater pink. Sementara Neyza hitam. "Hitam aja nih cantik, nih-nih."

"Ini saja Neyza, biar kamu keliatan feminim."

"No no no, item aja atau kita gak jadi nikah."

Arkana membulatkan matanya mendengar ucapan Neyza. Kemudian dia membuang nafasnya kasar. "Oke, hitam aja."

"Yaudah, sekarang ayo Neyza mau bayar. Olivia sama Ocha juga udah nunggu di luar."

***

Ocha langsung memeluk Neyza saat gadis itu masuk tempat makan yang di janjikan oleh keduanya. "Huwee.... enggak mau Neyza pergiiii."

Olivia langsung menarik Ocha. "Jangan malu-maluin, kita gak lagi dirumah."

Ocha memanyunkan bibirnya, setelah itu mereka langsung memesan makanan. Arkana tadi sudah izin duduk di meja lain saja. Dia memberikan ruang agar tiga sejoli itu mengobrol dengan tenang tanpa canggung karena ada dirinya.

"Ney, besok ya berangkatnya?" Olivia memakan pelan sambil menunggu jawaban dari Neyza.

Neyza mengangguk. "Iya, besok pagi."

"Enaknya Neyza ke negara impian." kata Ocha.

Neyza menggeleng gak setuju. "Negara impian sih, tapi gue kesana kan bukan jalan-jalan, gue nuntut ilmu, supaya cita-cita gue tercapai."

Olivia mengaduk minumannya, "Kalo lo udah sukses jangan lupain kami ya? Apalagi Ocha, gini-gini juga dia temen lo."

Neyza mengangguk-angguk. Kemudian Neyza berdiri, "Emm, gue pulang dulu. Bunda udah nelpon, kasian juga Mas Arkan."

"Mas, ayoo..." Arkana mengangguk, menghampiri Neyza yang sudah bersiap.

"Kalian besok bisa kan? Nganterin gue, hehe."

Keduanya mengangguk.

"Hati-hati, Ney."


***
Dikit lagi 😥

99 Days with Pak Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang