-15-

15.5K 1.2K 0
                                    

Hari ke-79

Katanya cinta itu butuh perjuangan, namun apalah daya kalo sejak awal enggak akan ada yang berhasil. Ya, itu mungkin yang Neyza rasakan sekarang.

Seberapa pun Neyza kenal dengan Pak Ravin, mau itu tentang keluarganya masa kecilnya atau apa pun, Neyza enggak bisa untuk enggak jatuh cinta sama Pak Ravin. Rasanya terlalu naif buat Neyza yang harus membela diri, kaya perempuan yang di luaran sana. Yang mudah jatuh cinta hanya karena terlalu banyak moment yang dilewatkan bersama.

"Bun, salah enggak sih kalo Neyza suka sama dosen sendiri?" Neyza memejamkan matanya pas Bunda ngusap-ngusap rambutnya pelan.

"Kamu suka sama Pak Ravin?"

Neyza ngangguk, "Tapi Pak Ravin udah suka sama orang, Bun. Hari itu Neyza yang nemenin Pak Ravin jumpa sama calon istrinya."

Bunda berhenti ngusap rambut Neyza. Neyza nemenin Ravin jumpa sama istrinya? Bunda membatin. Kenapa disaat anaknya menyukai seseorang, orang itu sudah punya pujaan hatinya. Neyza pun terlalu bodoh rasanya, rela menemani Ravin yang jelas-jelas ingin berjumpa dengan calon istrinya. Bunda ngusap rambut Neyza lagi, "Enggak papa, nanti Bunda cariin. Bunda enggak main-main pas bunda minta kamu nikah."

Neyza cuman bisa ngangguk, setelah itu dia bangkit karena mau ke kamar mandi. Dan, pada saat itu juga hp Neyza berbunyi. Bunda melirik kearah hp Neyza, di situ terlihat jelas 2 pesan dari Pak Ravin. Bunda langsung ngambil hpnya, dan untungnya hp Neyza enggak makai kata sandi.

Dosen Kampret
Neyza, bisa tolong saya?

Dosen Kampret
Tolong kamu kerumah saya, ngoreksi soal-soal yang di kasih sama Pak Sam.

Bunda bersiap membalas pesan itu, tapi Neyza keburu dateng. "Siapa, Bun? Ada yang chat Neyza ya?"

"Eh, iya ni tadi. Bunda mau bales tapi kamu udah dateng. Enggak jadi deh."

Neyza ngangguk, Bunda langsung ngasihin hpnya ke Neyza. Neyza melotot, yang mengiriminya pesan adalah Pak Ravin. Bagaimana jika tadi Bundanya yang membalas? Pasti akan sangat kacau.

Neyza
Siap, saya segera kesana, Pak.

Dosen Kampret
Di tunggu.

"Bun, Neyza izin-"

"Mau kerumah Ravin, kan? Yaudah sana, nanti dia marah nilai kamu jadi sasarannya."

Neyza berkedip, "Yaudah, Neyza pergi bentar ya Bun."

***

"Sini kamu bantu meriksa yang ini."

"Bentar, Pak yang ini dikit lagi."

Neyza menghela nafas, capek juga rasanya. Capek meriksa soal, capek mencintai dalam diam, capek menjomblo, capek menjadi sekretaris Pak Ravin. "Pak, kalo Bapak nikah, Bapak enggak jadi dosen lagi, kan?"

Pak Ravin ngelirik sekilas kearah Neyza, "Kalo saya tidak jadi dosen lagi, isteri saya mau makan apa, Neyza?"

"Enggak usah sok gak punya kerjaan lain, Pak. Bapak kan punya perusahaan di Bandung."

"Ya, tapi saya malas mengurusinya. Saya tidak suka menjadi bos." Enggak suka jadi bos, tapi sukanya merintah orang ya kan.

"Ya, serah Bapak aja, saya cepet-cepet mau pulang soalnya." Neyza memeriksa dengan cepat, karena ia mau pulang dan langsung tidur sambil melanjutkan tontonannya.

Pak Ravin cuman diem enggak ngerespon apa yang Neyza bilang. Dia malah ngeliat hpnya yang kayanya ada pesan masuk.

0822xxxxxxx
Ravin, ini aku sila.

0822xxxxxxxx
Aku ada di depan rumah kamu, boleh aku masuk? Kata Mama aku sesekali harus ngunjungi rumah kamu.

0822xxxxxxxx
Jadi aku hari ini kerumah kamu, sekalian kita makan, aku bawa makanan nih.

Pak Ravin diam, matanya melirik kearah Neyza yang tengah membereskan semua soal. "Neyza, Sila ada di depan."

"Ya Bapak bukainlah pintunya." katanya enteng, kayanya Neyza belum menyadarinya. "APA?!"

"Neyza suara kamu." Pak Ravin ngebekap mulut Neyza, "Emm, tangan Bapak asin."

"Itu sudah selesai, kan?" Neyza ngangguk. "Kamu pulang dari pintu belakang." Neyza mengacungkan jempolnya.

"Yaudah, Pak. Saya pulang dulu, saya do'akan semoga cepat mendapatkan bayi ya, Pak!"

***

"Bunda, Bunda are you here?"

"Di belakang sayang!"

Neyza langsung ke halaman belakang rumahnya. Dia menemukan Bunda sedang menanam sayur-sayuran. Sementara Leo lagi berenang. Biar di jelaskan, halaman bekakang Neyza itu ada; tempat bercocok tanam untuk Bunda, dan ada kolam berenang untuk siapa saja, juga ada satu tempat lagi yang entah mau dibuat apa nantinya.

"Gabutnya Bunda bermanfaat ya, nanem sayuran." Neyza ngedeketin Bunda yang lagi ngasih pupuk.

"Kamu mau bantuin Bunda?"

Neyza nyengir, "Enggak dulu deh, hehe. Neyza mau berenang aja bareng Leo."

Bunda geleng-geleng kepala, Neyza langsung lari nyamperin Leo. Pas mau nyebur Bunda manggil, "Neyza, sini dulu deh."

"Bentar, Bun." Neyza langsung nyamperin Bunda. "Kenapa, Bun?"

"Emm, besok Bunda mau ngajakin kamu ketemu sama seseorang."

Neyza ngerutin keningnya, otaknya masih loading. Pas tau Neyza langsung senyum, "Oh, iya, iya pokoknya harus ganteng ya Bun!"

"Kamu kuliah kan, besok? Kamu kuliah dulu nanti Bunda nunggu sama dia aja."

"Enggak papa nih, Bun?"

Bunda menggeleng, "Enggak sayang, pokoknya besok kamu habis pulang langsung nemui Bunda."

Neyza ngangguk, sekarang hatinya merasa tenang.

"Mas ganteng, tunggu aku nanti ya!"

99 Days with Pak Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang