Sembilan Belas

6.7K 496 50
                                    

Mata Tay menyala ketika menatap mata New. Lelaki cantik itu benar-benar menatapnya tanpa dosa. Tidakkah dia tahu bahwa permintaan untuk memijatnya hanya akan menambah penderitaan Tay yang sedang dalam keadaan bergairah dan ingin dipuaskan? Bagaimana Tay dapat menahan diri ketika jemarinya menyetuh kelembutan kulit New di tangannya?

Tay mendesah dalam, "Baiklah. Balikkan badanmu." New tidak pernah meminta tolong padanya, dan kalau New melakukannya, itu berarti lelaki itu benar-benar kesakitan.

Jemari Tay bergerak menyentuh kepala New, berlama-lama ditengkuknya, membelai helaian surai hitam sehalus sutra yang terasa lembut dengan jari-jemarinya. Di sana biasanya adalah tempat Tay menenggelamkan kepalanya ketika dia mencapai puncak kenikmatannya yang luar biasa nikmat di atas tubuh istrinya.

'Sial! Jangan pikirkan tentang hal itu, Tawan!" Geram Tay dalam hatinya.

Tay terus memijat, membuat dirinya semakin tersiksa. Dan semakin tersiksa lagi ketika mendengar New mendesah merasakan kenikmatan karena pijatan Tay. Tidak hanya mendesah, terkadang New mengerang, sama seperti erangannya ketika Tay sedang memanjakkan tubuhnya, dan itu luar bisa menyiksa Tay. Kejantanan Tay sudah berkali-kali berdenyut-denyut, dan merasa dirinya hampir meledak karena gairahnya terhadap New.

"Apa sudah cukup?"

"Aku masih sedikit pusing di sebelah sini," New memiringkan kepalanya, memamerkan pundaknya yang halus dan seputih susu, membuat Tay ingin menggigit lembut disana.

'Sial!' Sambil terus memijat New, Tay terus saja bersumpah serapah di dalam hati, dan ketika New tampak santai, Tay melepaskan pijatannya dengan hati-hati.

'Bagus! Akhirnya dia tertidur juga.' Desah Tay lega. Dan mungkin saat ini dia akan mandi dengan air dingin, kalau tidak dia akan semakin menderita karena tidak terpuaskan hasratnya. Dengan pelan dan sangat hati-hati, Tay bergerak turun dari ranjang, hendak melangkah ke kamar mandi.

"Tay."

Hampir saja Tay terjerembab mendengar panggilan New yang tiba-tiba.

"A-apa New?" Desis Tay serak.

"Sekarang aku sudah tidak pusing lagi."

Hening..

Tay tertegun sejenak, kemudian menyadari arti dari kata-kata New, lalu dia langsung membaringkan tubuhnya kembali di atas ranjang.

"Bagus." Bisik Tay parau, lalu membalikkan tubuh New dan melumat bibir ranum berwarna merah muda itu tanpa ampun. Gairah Tay yang menggelegak tidak ditahan-tahan lagi, dia menyentuh New di mana-mana, menikmati kepemilikannya atas tubuh istrinya, menikmati betapa tubuh New yang lembut dan hangat itu menggelenyar di setiap sentuhannya.

Nipple New tampak lebih berisi, mungkin karena pengaruh kehamilannya. Ketika akan menyentuhnya seperti biasanya, Tay merasa terpesona menatap New.

"Apa aku akan menyakitimu jika melakukannya?"

New tersenyum penuh pengertian, "Sedikit nyeri di bagian sana," Desahnya.

Tay tidak mengatakan apa-apa lagi, lelaki itu hanya mengecup ujung nipple istrinya, lalu memainkannya lembut dengan lidahnya. Tangan Tay menelusuri ke bawah dan menyentuh kejantanan New, dan menemukan bahwa istrinya itu sudah sangat siap dan bergairah sama seperti dirinya.

Dengan menahan dirinya, Tay menindih tubuh New dan menyatukan mereka, menahan diri supaya berhati-hati karena istrinya ini sedang hamil.

Tubuh mereka menyatu, begitu pas, dan Tay bergerak selembut mungkin yang dia bisa. Tetapi gairahnya yang besar menyala-nyala di seluruh aliran darahnya ketika akhirnya New mencapai puncak kenikmatannya, yang juga membawanya terjun bebas dalam jurang kepuasan yang dalam. 

The Revenge (TAYNEW VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang