AUTHOR NOTE :
HALOOOOO!!!!
Selamat datang kembali di Coalesce.
Terima kasih banyak buat yang udah nungguin Coalesce.
Aku merombak ulang hampir keseluruhan isi cerita. Aku harap kalian suka dan kalau nggak sesuai sama ekspetasi kalian aku minta maaf yang banyak.
Sekali lagi selamat membaca!!WARNING : BANYAK MENGANDUNG KATA KASAR!
****
Hari pertama MOS dua tahun yang lalu, SMA Cendrawasih digemparkan dengan kehadiran seorang peserta MOS yang sangat cantik, saking cantiknya sampai tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata. Terbilang lebay memang, tapi orang-orang yang sudah melihat langsung rupa perempuan bernama Karina Classica itu pasti akan langsung setuju. Kulitnya putih bersih dengan badan tinggi semampai. Banyak yang menyebutnya sebagai bidadari yang turun dari langit.
Nama Karina Classica dengan cepat melesat menjadi trending topik di kalangan para murid SMA Cendrawasih. Bahkan tak jarang banyak kakak kelas yang memanfaatkan jam kosong hanya untuk melihat seperti apa sosok yang digadang-gadang sebagai perempuan tercantik se-SMA Cendrawasih itu.
Berkat kecantikannya itu, banyak lelaki dari berbagai golongan seperti Panitia MOS, peserta MOS hingga kakak kelas berlomba-lomba untuk mendekatinya—yang berakhir gagal karena cewek itu mengaku sudah punya pacar dari sekolah lain.
Namun ketenaran Karina tidak berhenti sampai di sana. Masih banyak yang curi-curi pandang dan menyapanya untuk sekadar meraih atensi cewek itu. Bahkan setelah naik menjadi kakak kelas—terlebih ketika tahu bahwa status Karina sekarang sedang single, makin banyak yang mendekatinya secara terang-terangan, bahkan kini para adik kelas juga tak mau ketinggalan ikut mencari perhatiannya.
Seperti pagi ini.
Karina tengah berjalan santai di koridor menuju kelasnya dengan kedua tangan yang memegang tali tas. Rahangnya agak kaku karena sepanjang perjalanan—dari awal ia turun dari motor sang kakak hingga koridor, tak henti-hentinya tersenyum membalas sapaan ramah dari para lelaki yang ia temui. Ia mengabaikan bisik-bisik tak suka dan lirikan sinis dari para perempuan yang juga ia temui di sepanjang perjalanan. Ini masih pagi, jadi Karina harus menghemat energi dan mengabaikan sesuatu yang tidak penting.
Langkahnya terhenti di tengah-tengah koridor ketika seorang cowok jangkung tiba-tiba berdiri menghalangi jalannya. Karina mengernyitkan dahi, merasa asing dengan cowok di depannya yang kini tersenyum riang menatapnya.
"Pagi, Kak Karina!" sapa cowok itu dengan nada riang.
Karina melirik sekilas badge kelas di lengan kanan seragam cowok itu yang ternyata merupakan anak kelas sebelas. Ah, adik kelas. "Pagi,"
"Ini buat lo sarapan," cowok itu menyerahkan sebuah paperbag dengan hiasan pita berwarna pink di tangannya kepada Karina yang sontak menatap paperbag itu dengan ragu.
"Eungg—"
"Nggak usah ragu gitu, Kak. Ini nggak berbahaya kok," melihat tatapan Karina yang enggan menerima, cowok itu menyodorkan paksa paperbag yang ia bawa dan dengan lancang menarik tangan Karina supaya menerimanya.
Mau tak mau, Karina menerima paperbag itu dengan sungkan. "Eung, makasih ya. Maaf ngerepoti,"
Senyum cowok itu mengembang lebar. "Sama sekali nggak repot kok, Kak."
Karina hanya tersenyum kaku, tak tau harus membalas apa.
"Duluan, ya, Kak. Jangan lupa dimakan!" pamit cowok itu yang hanya dibalas anggukan oleh Karina.