prologue

5.9K 472 4
                                    

(Y/n) POV

Kau baru saja kembali ke kantor tempatmu bekerja setelah satu bulan belakangan ini melaksanakan tugas baru. Beruntungnya, kau pulang dengan membawa hasil yang memuaskan. Tidak hanya untuk dirimu, tetapi juga ayahmu yang notabenenya berpangkat lebih tinggi darimu.

"Kerja bagus, (y/n)! Kau memang tak pernah mengecewakan"

Sapa satu-satunya teman seangkatanmu yang kau tau. Namanya Kim Mingyu. Entah nama asli, atau nama samaran. Yang jelas orang-orang memanggilnya dengan sebutan itu.

"Terimakasih, Gyu"

Kau kembali melangkahkan kakimu menuju ruang kerja ayahmu. Rasanya selalu sama. Ketika pertama kali beliau mengembankan tugas padamu, dan pertama kali kau menginjakkan kakimu di ruangannya, kau selalu merasa gugup. Sekalipun beliau adalah ayahmu, tapi hubungan kalian berdua tak pernah sedekat ayah dan anak pada umumnya. Bahkan lebih asing dari orang asing sekalipun.

Tok tok tok

Setelah mengetuk pelan pintu kayu di depanmu, kau menghela napas gugup. Ini memang bukan pertama kali kau bertemu ayahmu sendiri di dalam lingkungan kerjanya, tapi rasanya sulit sekali untuk tak sopan padanya.

"Masuk"

Kau mendorong pelan pintu kayu tersebut hingga kau bisa melihat sosok wibawa yang selama ini kau kagumi. Ayahmu.

Beliau berdiri dengan menyatukan tangannya di belakang tubuhnya. Lengkap dengan seragam dan lencana yang tersemat di baju kebanggaannya.

Segera kau memberikan hormat sebagai anak buah yang bekerja di bawah tanggung jawabnya.

"Salam saya, Jendral Kim"

Laki-laki yang berusia lebih dari 50 tahun itu mengangguk, mengisyaratkan bahwa beliau menerima penghormatanmu.

"Lapor, tugas yang anda embankan satu bulan yang lalu telah saya laksanakan. Bukti telah saya kumpulkan, dan kejahatannya akan segera terungkap. Laporan selesai."

Laki-laki bernama lengkap Kim Gunjae itu mendekatimu sembari menepuk pundakmu dengan raut wajah bangganya.

"Kerja bagus, Sersan Kim."

Setelah memperlihatkan rasa bangganya, Jenderal Kim kembali ke tempatnya dan duduk sembari memperhatikanmu dengan seksama.

"Kau tumbuh dengan sangat baik, putriku"

Kau yang masih dalam posisi tegak hanya bisa meliriknya sekilas. Tak biasanya beliau melewati batasnya seperti ini. Memperlihatkan hubungan kekeluargaan adalah hal yang terlarang, mengingat menjaga kerahasiaan merupakan tugas utama seorang mata-mata kepolisian sepertimu.

"Tak akan ada yang tahu. Kau bisa mengendurkan bahumu sedikit, nak."

Awalnya kau merasa ragu untuk mengikuti perkataan ayahmu. Karena kau terdidik dengan sangat disiplin selama ini, bahkan ayahmu sendiri yang mendidikmu seperti itu. Dan ayahmu jugalah yang menciptakan dinding besar diantara kalian selama ini.

Tapi kali ini, ada rasa rindu seorang anak yang mendorongmu untuk menurutinya. Kesempatan langka ini tidak akan kau sia-siakan.

"Siap, Jenderal"

Setelah itu kau dapat bernapas lega sembari menatap ayahmu dengan pandangan bingung.

"Ada apa, Jenderal?"

"Jika kita sedang berdua, panggil saja aku ayah. Jangan terlalu kaku. Aku juga merindukan putriku"

Kau tersenyum lebar mendengarkan penuturan ayahmu, tapi begitu teringat sesuatu kau langsung memasang wajah datarmu. Kau tidak boleh mengekspresikan rasa senangmu dengan berlebihan.

"Ekhem... ayah. Sebenarnya ada apa? Kenapa menahanku disini?" Tanyamu mulai dalam mode rileks.

"Ayah tau kau pasti sangat kesulitan selama ini. Sebenarnya ayah ada tugas penting untukmu, tapi mengingat kau baru saja menyelesaikan tugasmu, ayah akan alihkan tugas ini ke orang lain saja" jelas ayahmu

"Aku siap, ayah. Tugas apapun itu. Ayah lupa? Aku bahkan pernah menyamar menjadi pemulung. Tidak ada yang perlu ayah khawatitkan, semuanya bisa aku atasi." balasmu meyakinkannya.

"Baiklah, jika kau mengatakan demikian. Kau yang akan menangani kasus ini. Ayah percaya padamu. Tapi setelah itu, ayah ingin kau berhenti menjadi mata-mata."

Kau mendelik. Menatap ayahmu dengan tatapan terkejut dan penuh tanya.

"Jadi maksud ayah, ini tugas terakhirku begitu? Kenapa ayah? Apa aku melakukan kesalahan?" Tanyamu

"Mengerti dan turutilah, nak. Ayah melakukan ini bukan sebagai seorang Jenderal, tapi sebagai seorang ayah yang mengasihi putrinya."

Kau terdiam. Ini adalah kali pertama ayahmu memiliki keinginan yang ia paksakan padamu. Meski beliau selama ini sangat keras dalam mendidikmu, tapi disisi lain beliau tak pernah memaksakan sesuatu padamu. Mengikuti jejaknya untuk bekerja menjadi mata-mata sepenuhnya adalah keinginanmu. Lolos dan berhasil menjadi intel juga tanpa adanya campur tangan ayahmu.

"Ayah ingin melihatmu menikah dan bahagia bersama keluarga kecilmu. Bukan melihatmu melaksanakan tugas-tugas seorang intel yang bahkan menjadi pemulung."

Seketika itu hatimu luluh. Perkataan ayahmu mengenai masa depan tak pernah terlintas sedetikpun di benakmu. Selama ini yang kau pikirkan hanya melaksanakan misi dan membanggakan ayahmu. Bahkan tak ada waktu untuk berkencan.

Kau sempat hampir melupakan identitas aslimu karena terlalu sering mendalami karaktermu yang terus berubah-ubah. Menjadi ibu rumah tangga sampai menjadi pelacur sekalipun pernah kau dalami.

"Baiklah, ayah. Setelah menyelesaikan misiku kali ini, aku akan mengundurkan diri. Jadi, apa misi yang harus aku jalani?"

Ayah mu tersenyum dan menghela napasnya lega. Seperti satu beban di pundaknya telah terangkat begitu kau menyetujui permintaannya itu.

"Kali ini, kau harus mendapatkan hati seseorang."

Kau mengerutkan dahimu bingung.

"Maksud ayah?"

Laki-laki itu hanya tersenyum kearah putrinya tanpa berniat melanjutkan perkataannya. Dalam benaknya, sudah tersusun rencana yang harus dilancarkan putrinya kali ini.

***

WARNING! NC

Chapter chapter kedepannya sudah rating mature ya. Walaupun bukan mature yang NC-21, tapj tetap aja cerita ini banyak mengandung kata kasar, seksualitas, dan adegan dewasa lainnya.

Jadi tolong bijak dalam membaca.

Buat yang kamaren comment umurnya masih masih 17 apalagi 15 tahun ke bawah, lebih baik baca cerita yang sesuai ya.

Kalo masih ngotot, resiko diranggung sendiri.

Thank you😘


When The Sun Goes Down [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang