05

4.1K 544 8
                                    

Malam harinya Seungcheol benar-benar melancarkan aksinya tanpa kenal lelah. Ia menyetubuhimu berkali-kali seperti orang kesetanan. Bahkan kau sampai tak bisa berkata-kata lagi saat ia menghujammu dengan sangat dalam dan tempo yang cepat. Tubuhmu rasanya sudah remuk karena pergulatan panas selama lebih dari 3 jam itu.

Entah pukul berapa ia berhenti melakukan aksinya, yang pasti saat itu kau sudah terbaring lemah tak berdaya lengkap dengan keringat yang membasahi tubuhmu.

Saat kau terbangun di pagi menuju siang hari ini, kau mendapati Seungcheol yang memandangimu dengan lekat. Laki-laki itu menyangga kepalanya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya berada di pinggangmu.

Kau berniat untuk memindahkan tangannya dan berbalik arah memunggunginya, tapi ia tak memberikan ijin dan justru beralih ke atas tubuhmu.

"Permainanku belum selesai, sweety."

Saat ia hendak menjangkau bibirmu lagi, dengan segera kau mengalihkan wajahmu.

"Kenapa tidak bunuh saja aku sekalian? Aku jelas-jelas menipumu kan? Setidaknya itu yang kau pikirkan karena kau bahkan tak percaya pada penjelasanku." Tuturmu sembari menahan rasa sakit di pusat tubuhmu.

Kemarin, sebelum ia melakukan aksi bejatnya, kau beralasan bahwa perbedaan marga itu terjadi karena orang tuamu bercerai dan kau mengikuti marga ibumu. Tapi ia yang sudah diliputi emosinya langsung menarikmu ke ranjang dan menyetubuhimu sampai puas. Bedebah sialan, memang.

"Aku tidak pernah membunuh orang, sayang. Aku punya cara tersendiri untuk menyakiti orang-orang yang tak lagi ku percaya. Contohnya kau. Menyetubuhimu sampai lelah adalah caraku menyakitimu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Seungcheol kembali melakukan hal bejat itu pada tubuhmu. Tak peduli rasa sakit dan nyeri pusat tubuhmu akibat perbuatannya semalam. Sekarang ia melakukannya lagi.

Ia sedang menaburkan garam di atas lukamu dan kau rasa kau benar-benar akan menyerah.
.
.
.
.
.
Kau baru bangun dari ranjang pukul sebelas siang tepatnya ketika Seungcheol pergi dengan terburu-buru setelah mendapat telepon dari seseorang. Entah siapa, tapi dari suaranya, kau yakin dia seseorang yang begitu dihormati Seungcheol. Jika tidak, mana mungkin ia bergegas pergi di saat ia belum mencapai pelepasannya? Jika bukan hal penting dan mendesak, kau yakin Seungcheol akan melanjutkan aksinya pada tubuhmu.

Yah, meski kau akui telepon itu menyelamatkan tubuhmu dari hujaman kasar Seungcheol untuk yang kesekian kalinya. Tapi itu hanya bersifat sementara.

"Sepertinya aku salah strategi." Gumammu pelan.

Kau memutuskan untuk membersihkan tubuhmu, tapi jangankan mejangkau kamar mandi, berdiri saja rasanya sangat menyakitkan.

"Lelaki brengsek!" Kau tak bisa menahan mulutmu untuk tak mengumpatinya. Kata-kata itu keluar secara natural, sehingga tak bisa ditahan.

Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama hanya untuk membersihkan diri, kau kembali ke kamarmu dan mendapati dua orang pelayan tengah membersihkan tempat tidurmu.

"Selamat siang, nona. Kami datang atas perintah Master. Kami membawakan pakaian ganti dan makan siang untuk nona. Selamat menikmati. Kami undur diri." Ucap salah satu dari keduanya

"Ah! Tunggu!"

Pelayan tersebut diam seiring dengan perkataanmu yang menghentikannya.

"Maaf, tapi apa kau tahu kemana perginya Seung- Master?" Ucapmu dengan revisi di akhir kalimatnya.

Kedua pelayan tersebut menggelengkan kepalanya dengan ekspresi takut. Kau yakin Seungcheol tak memperbolehkan kedua pelayan tersebut untuk berinteraksi lebih jauh denganmu.

When The Sun Goes Down [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang