Setelah suasana mencekam dan sesak itu berakhir, Seungcheol kembali merengkuh pinggangmu dan mengajakmu untuk pergi entah kemana.
Di perjalanan, ia kembali menjadikan pahamu sebagai bantalannya, sementara kali ini kau mengalihkan pandanganmu ke arah jalanan.
Dalam waktu sempit itu kau mulai berpikir keras tentang mengapa Seungcheol meminta gadis tadi untuk menemui pamannya lebih dulu? Jangan-jangan pamannya lah yang selama ini menutupi kejahatannya. Tapi apakah pamannya adalah seorang polisi dengan pangkat tinggi, itu yang harus kau cari tau lagi.
Di tengah-tengah keheninganmu, Seungcheol tiba-tiba menarik tanganmu dan memintamu untuk mengusap kepalanya dengan lembut. Tck! Mengganggu saja. Memangnya dia seekor kucing?
"Kau takut adikmu tak ku lepaskan?" Tanyanya sembari kembali memejamkan matanya.
"Aku tidak melihatnya dibebaskan, bagaimana aku bisa percaya pada kata-katamu." Tuturmu sembari terus mengusap kepalanya dengan setengah hati.
"Aku memang kriminal tapi aku bukan tipe orang yang suka melanggar janji." Balasnya
"Sebenarnya untuk apa kau menculik adikku? Dan sekarang, untuk apa kau menahanku sebagai jaminan kebebasannya? Apa aku begitu berguna untukmu? Tidak kan?" Cercamu
"Kau bukan jaminan kebebasannya. Sebenarnya aku bisa saja membebaskannya tanpa menahanmu di sisiku." Balasnya asal
"Lalu untuk apa kau membuat kesepakatan itu?" Tanyamu dengan nada yang cukup dingin. Kau juga menghentikan usapanmu di kepalanya, sehingga membuat Seungcheol beranjak dan menatapmu tak kalah dinginnya.
Sial!
Kau lupa orang ini punya temprament yang buruk. Kau malah menyulutnya sejak tadi.
"Kau benar-benar tak takut padaku ya? Padahal aku bisa saja menjual organ tubuhmu atau menjadikanmu pelacur laki-laki tua di luaran sana. Aku bisa menukarmu dengan uang. Kau masih tak takut padaku?" Tanyanya
"Apa bedanya dengan sekarang? Bukankah saat ini aku juga sudah menjadi pelacurmu? Sekalian saja kau jual organ tubuhku agar lebih bermanfaat. Aku tak pernah merokok dan jarang minum, aku rasa kau akan mendapatkan banyak uang dari menjual ginjalku." Ucapmu menantang.
Entah mengapa rasanya ketakutanmu padanya benar-benar tipis. Bahkan kali ini kau menantangnya untuk menghabisimu, meski harus kau rutuki perkataanmu itu pada akhirnya.
Selama beberapa saat Seungcheol hanya memandangmu dalam diam. Bahkan kau sampai risih dibuatnya. Bukannya kenapa, tapi mengenai feromon laki-laki itu, kau benar-benar tak kuat untuk menolaknya.
"Kau berbeda dari gadis lainnya. Kau memberontak dan terus menantangku meskipun kau tahu nyawa dan harga dirimu ada di tanganku. Aku suka gadis pemberani sepertimu, itu yang membuatku menahanmu di sisiku. Oh ya, dan tentang pelacur..."
Seungcheol tersenyum kecil sebelum kembali merebahkan kepalanya di atas pahamu dan melanjutkan perkataannya
"-akan ku tunjukan nanti ketika kita di apartment. Kau akan tau bagaimana peran yang kau sebut pelacur seorang Choi Seungcheol itu. Persiapkan dirimu, babe."
Double sial.
Perkataannya membuatmu bungkam. Bukannya clue yang kau dapatkan, justru hukumanlah yang menantimu. Jika harus memilih, kau lebih baik terperangkat di sel tempat gadis bernama Haerin tadi, daripada harus mengangkang di depan Seungcheol kapanpun yang laki-laki itu mau.
.
.
.
.
.
Awalnya kau pikir ia akan langsung mengajakmu ke apartement dan menggagahimu saat itu juga, tapi ternyata laki-laki itu membawamu ke sebuah restaurant masakan Tingkok yang terlihat sangat mewah.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down [M] ✔
Fiksi PenggemarLaki-laki di sudut lorong itu tertawa nyaring ketika melihat wanitanya tengah menyeret tubuhnya sejauh mungkin dari hadapan laki-laki itu. "Pergilah, babe. Tapi akan ku pastikan kau kembali ke sini. Karena aku adalah nerakamu. Tempat dimana para pen...