Bab 1

113 87 33
                                    

  Matahari menghangatkan Kota Pahlawan. Udara sejuk tetap menguar meski tidak terlalu menyegarkan ketika angin berembus. Burung-burung terbang secara berkelompok. Hiruk pikuk benar-benar menggugah seorang wanita muda yang diperkirakan berusia dua puluhan. Kekasihnya sedang syuting pada film yang akan tayang perdana.

  Bunga-bunga segar tampak memperindah latar syuting. Sutradara mengamati aktor dan aktris yang sedang  berperan menghayati. Memberikan beberapa arahan agar lebih menjiwai.

Wanita muda ini tersenyum tipis karena memang kekasihnya sangat mahir berimprovisasi jika ada kesalahan pada pemain lain. Namun, karena kemahiran itu pula yang membuat sebuah pemikiran menjadi terus berkembang.

  “Cut! Waktunya istirahat! Setengah jam lagi kita mulai!” teriak Tuan Chai—sutradara—sembari berdiri dan merenggangkan punggungnya.

  Wanita muda pun berdiri ketika kekasihnya datang. Ia berseru, “Syad memang keren!”

  Nakhlim Syad, itulah kekasihnya. Memiliki lesung di kedua pipinya. Rahang tegas serta tatapan teduh menjadi daya tariknya. Mereka sudah memiliki hubungan sejak menduduki bangku SMA. Keduanya sama-sama tidak mengakui jika memiliki pacar.

  Namun, siapa yang tidak tahu jika mereka memiliki hubungan spesial. Begitu kentara karena Syad seolah menjadi ojek pribadi ketika berangkat sekolah maupun syuting.

  Azima Raya, nama yang indah sesuai parasnya begitu rupawan. Memiliki bibir tebal semerah rasberi. Bola mata yang bulat selalu membuat terpesona.

  Raya seorang model yang sedang naik daun. Keduanya meniti karir pada bidang entertainment. Cibiran, hinaan, pujian, serta dukungan hanya akan membuat nama keduanya melejit.

  “Nanti siang ada waktu kosong?” tanya Syad mengelus lembut kepala Raya.

  Dengan mengangguk Raya menimpali, “Ada. Mau makan siang bareng?”

  Syad terkekeh dan tersenyum. “Ly! Pas siang, jadwal gue kosong, ‘kan?” teriak Syad pada pemuda yang sedang meneguk air.

  Pemuda itu tersedak karena terkejut. “Woi! Panggil gue Stanly! Kayak cewek ntar, bego lo!” sahutnya dengan tersinggung.

  Syad tertawa meledek. “Bodo amat! Kalo ada jadwal, kosongin punya gue!”

  Stanly mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya. “Asal lo bawain kue buat gue! Biar gue nggak jomlo, berduaan aja sama kue.”

  Raya terkekeh melihat kelakuan dari sahabat Syad. Meminta imbalan untuk hal sepele. Karena hanya Stanly satu-satunya aktor yang tidak memiliki pasangan di sini. Siapa yang peduli? Tidak ada.

  Gaya pacaran Stanly sungguh aneh. Mungkin hal itu telah diketahui hampir seluruh aktris di DRO TV. Dimana keanehannya? Stanly mengharuskan calon pacar memberinya kue tiap makan siang.

  Yang paling tidak habis pikir, harus mirip dengan wajah ibunya dan menyatakan cinta lebih dulu. Satu-satunya syarat yang paling bisa dimengerti hanyalah tidak boleh membatalkan janjian secara mendadak.

***

  Mentari telah terik tepat di atas kepala. Suasana panas begitu terlihat dari dalam ruangan VVIP yang sejuk. Dentingan garpu dan sendok menggema di sudut ruangan VVIP. Raya dan Syad ingin ketenangan dan tidak mau terusik dengan adanya paparazi.

  “Tadi siapa nama lawan mainmu?” tanya Raya disela-sela kunyahan karena penasaran.

  Syad mendongak dengan mengernyit. Ia mengangguk ketika paham siapa yang dimaksud kekasihnya. “Kaili. Kenapa?”

Don't Insecure Again [Tersedia di Shopee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang