Baskara membawa kehangatan usai hujan reda. Pagi yang menyenangkan ketika berkemas untuk pergi ke pantai. Terlukis senyum menawan dari seorang wanita muda. Hari ini merupakan momen yang paling ditunggunya. Bisa meluangkan sebagian besar waktu untuk menghabiskan kegembiraan dengan kekasihnya.
Jadwal yang padat membuat keduanya tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan hal-hal yang seru. Memang hanya untuk hari ini. Namun, Syad mengatakan jika tempatnya cukup jauh sehingga bisa mendapat ketenangan.
Raya sudah selesai berkemas. Ia masih menunggu kedatangan Syad menjemputnya. Tentunya, tidak boleh ada media yang berhasil meliput keduanya. Oleh karena itu, ia harus berhati-hati.
Ckiit!
Terdengar sebuah mobil terparkir manis di halaman depan rumahnya. Dengan segera, ia mengintip dari celah tirai. Senyumnya mengembang ketika Syad turun dari mobil.
“Nggak ada media yang meliput, ‘kan?” tanya Raya dengan was-was sembari menenteng tas mini.
Syad mengelus lembut kepala Raya. Ia menggeleng dan mengangkat koper mini milik Raya. “Udah aman, tenang.”
Seusai Syad memindahkan dalam bagasi. Raya pun mengunci pintu rumahnya. Senyum keduanya tidak luntur seperti cahaya mentari yang bersinar terang memihaknya.
***
Angin berembus menenangkan. Air laut melipir ke bibir pantai. Bergelombang begitu memukau. Kembali mengingat beberapa momen yang pernah Raya lakukan ketika di pantai. Dahulu, semasa tur perpisahan SMP. Banyak sekali momen menyenangkan bersama teman-temannya. Menaiki pelampung karet, mendayung perahu, dan menikmati saat angin mengibarkan rambutnya.
“Mau berfoto?” tawar Syad setelah mendapatkan dua payung sesuai keinginan Raya.
Raya mengangguk cepat. “Di sana, yuk!” tunjuknya.
Pakaian serasi untuk keduanya serta payung yang dipegangnya. Syad mengenakan pakaian tradisional khas Thailand berwarna hijau dan Raya berwarna merah muda.
Cekrik! Cekrik! Cekrik!
Menggemaskan! Syad terlihat sedikit kaku karena angin yang selalu berusaha menarik payungnya. Raya tertawa meledek dan mencubit gemas pipi Syad. Lesung tercetak jelas ketika Syad tersenyum bahkan tertawa.
Cekrik!
“Eh, aku belom siap!” rengek Raya ketika tersadar dari lamunannya.
Syad berlari di sekitar bibir pantai. Dengan meledek, ia mengayunkan ponselnya seolah tengah bermain dengan anjing peliharaan. Raya pun mengejar Syad karena ia takut jika foto dirinya tampak jelek dengan anggle yang tidak pas.
“Syad! Hapus fotonya! Tadi aku belom siap, Syad!” teriak Raya dengan berlari mengejar Syad yang tertawa terbahak-bahak.
“Salah siapa ngelamun?”
Raya mengernyit tidak suka. “Ih, kamu yang jail!”
Syad menjulurkan lidah. “Tetep cantik, kok, sayang!” pujinya sesekali menoleh ke belakang.
“Aku belom siap, Syad! Nggak mau tau, harus hapus!” sahut Raya di sela-sela larinya.
Kebahagiaan menguar meski lelah terus-menerus berlari sembari berteriak. Kerang-kerang di pinggir pantai merasa iri melihat dua sejoli sedang asyik kejar-kejaran sedangkan mereka hanya berdiam menunggu air laut yang menyeretnya.
Namun, siapa sangka seorang wanita dengan lesung di pipi kirinya tengah berdiam diri di dekat kasurnya. Memilih menjauh dari jangkauan cahaya. Ia menunduk dengan meremas kepala belakangnya yang berdenyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Insecure Again [Tersedia di Shopee]
RomansaWanita berparas rupawan dengan baju pasien tengah tersenyum. "Meskipun aku belum mengingatmu sepenuhnya. Aku sedikit paham tentang rasa insecure-mu, Ra," ujarnya sembari menepuk bahu Raya. "Aku harap, kamu segera mengingat segalanya. Karena kamu o...