Suara percikan air memecahkan kesunyian di rumah besar bernuansa cerah siang itu. Di pinggir kolam terlihat sosok mungil dengan rambut kuning keemasan yang tampak muram. Tangan kecilnya tak henti melemparkan beberapa batu yang dijadikan hiasan disekitar kolam.
Seharusnya hari ini jadi hari yang menyenangkan untuknya, akhir pekan adalah hari kesukaan pria bermanik mata bulat itu. Alasannya simpel, karena biasanya keluarga harmonisnya akan lengkap dihari minggu. Tidak ada yang pergi bekerja, ataupun bersekolah. Tapi sepertinya untuk hari minggu ini ia harus menenggelamkan ekspetasinya dalam-dalam.
Ini semua karena Ten, ibunya pergi 2 jam yang lalu dengan alasan berkumpul bersama teman-temannya. Arisan.
'Arisan kan hanya cara lain untuk menghabisi uang Dad ', pikir Haechan kemudian semakin kencang melempar batu batu ditangannya. Pria manis itu kembali mendumal ketika mengingat ibunya yang biasa dipanggil Mae itu tak ada dirumah.
Hendery, si sulung dari keluarga Seo hanya bisa bergidik menatap punggung adiknya yang tengah berjongkok didekat kolam dengan aura yang menyeramkan. Kalau saja adik manisnya itu sedang tidak merajuk, Hendery pastikan kaki kekar pria itu sudah menghempas bokong Haechan dan membiarkan adiknya itu jatuh kedalam kolam ikan.
"Haechanie, sampai kapan kau akan memukuli ikan ikan tidak bersalah itu..." ucap Hendery sambil mendudukan diri disofa empuk nan nyaman bewarna abu.
"Aku tidak memukuli koi-koi!" bantah Haechan, menyebut ikan koi yang biasanya ia sebut koi-koi karena jumlahnya yang lebih dari satu.
"Bagaimana kalau batu itu mengenai permukaan tubuh koi-koi? Sungguh kau tidak berperi ke-i-kan-an!" balas Hendery dramatis yang tanpa sadar membuat adiknya semakin jengkel.
"Dari pada Mae, tidak berperi keanakan," balas Haechan sarkas.
"Kalo Mae mendengar ucapan Echan, Dad yakin Echan tidak akan diberi jatah makan selama 3 hari."
Johnny, si kepala keluarga itu baru saja turun dari lantai dua, tepatnya ruang kerja karena dirinya habis mengecek jadwal kerja untuk besok senin.
Ucapan telak dari ayahnya cukup membuat Haechan terdiam, sedangkan Hendery tertawa puas diikuti oleh kekehan sang ayah. Haechan jelas masih ingin bernafas dan menjalani kehidupan bahagianya.
Menatap punggung anak terakhirnya yang tampak sudah tak bersemangat hidup, Johnny akhirnya memutar otak untuk membuat bungsu kesayangannya kembali senang.
"Echan, mau ikut Dad jalan-jalan?"
Dan benar saja, Haechan menoleh dengan mata berbinar. Sangat lucu.
"Mau Dad mau!" pria manis bertubuh gembul itu mengangguk antusias.
"Baiklah, kalau begitu Echan siap-siap. Dad tunggu dimobil oke?"
Dengan semangat, si mungil segera memberikan posisi hormat, kemudian dengan kecepatan kilat mengecup pipi Johnny dan segera berlari ke kamarnya.
"Dery tidak ikut ya Dad, Dejun sebentar lagi akan datang kemari, tidak apa-apa kan?" tanya Hendery sambil menatap Johnny yang tengah mengambil kunci mobil.
Mata Johnny menyipit menatap putranya itu, "Tidak apa-apa asal kamu tidak macam-macam."
"Yes Dad, Dery kan anak baik." ucap Hendery bangga yang tentu saja tidak dipercayai oleh Johnny. Pria itu bahkan pernah memergoki pacar anaknya itu berjalan mengangkang keluar dari kamar Hendery.
"Bohong! Hyung pasti akan mengurung calon kakak iparku dan melakukan sesuatu yang tidak berperikepacaran!" tuduh Haechan frontal sekembalinya pria manis itu dari kegiatan bersiap-siap. Laki-laki itu bergelanyut manja dilengan Johnny, mengejek kakaknya yang sudah melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Doctor [ MARKHYUCK ]
Fanfiction[ Romance ] [ B x B ] Mark Jung, dokter dengan wajah bak pangeran dari Kanada itu memutuskan untuk memindahkan perkerjaannya di cabang rumah sakit terkenal di Korea Selatan. Dan Mark mungkin dengan segera harus mengucapkan selamat tinggal pada Kanad...