Ia mengaitkan tali itu di besi yang terpasang di atap ruangannya, ia benar-benar kehilangan tujuan dan semangat hidup. Ia berpikir bahwa tak seharusnya ia masih hidup lebih lama.
Seorang gadis tengah berlari kecil tak lain tak bukan yaitu Diyah untuk menuju ke ruang inap sahabatnya, entah kenapa dia mempunyai firasat buruk dan benar saja saat ia sampai dan membuka pintu ruangan itu kedua matanya membulat sempurna ia melihat sahabatnya, Lutfi.
Sahabatnya itu sudah kejang-kejang tampaknya kurang sedikit lagi ia akan meninggalkan dunia yang penuh bahaya ini.
"Chikushou (sialan)," umpat Diyah.
Dengan gerakan cepat ia segera mengeluarkan pisau yang selalu berada di balik jaketnya, ia memotong tali tersebut membuat Lutfi jatuh.
"Uhuk..uhuk..."
"Ini," ucap Diyah seraya menyodorkan pisau yang ia pegang.
"Ha?"
"Cara bunuh dirimu itu terlaku klasik dan terkesan biasa saja."
"Jadi, kenapa kau memberiku pisau?"
"Pakai pisau saja, tusukkan tepat di jantungmu maka kau bisa pergi dengan damai."
Lutfi menelan salivanya susah payah dengan tangan gemetar ia mengambil alih pisau itu tapi setelah itu ia hanya diam tidak berani melakukan apa-apa lagi.
"Kenapa? Apa kau tidak suka dengan saranku?"
"Diyah, sebenarnya kau ini menganggapku atau tidak? Apa benar aku selalu menyusahkanmu? Tapi kenapa disaat aku ingin menyerah dengan hidupku ini kau malah selalu menggagalkannya. Kau ini sebenarnya musuh atau sahabatku?" ujar Lutfi seraya menatap pisau yang dipegangnya bukan menatap gadis itu yang tidak lain adalah Diyah.
Seketika suasananya berbeda menjadi tegang dan penuh tekanan tapi itu tidak berlangsung lama karena kehadiran Yui dan Candy membuat suasannya berubah seperti biasa.
Dengan cekatan Lutfi segera menyembunyikan pisau yang ia genggam di balik punggungnya.
"Kenapa kau membawanya?" tanya Diyah.
"Dia tadi ingin kabur beruntung aku bisa menangkapnya," jawab Yui.
"Apa yang kalian mau?" tanya Candy yang berusaha melepaskan cengkraman tangan Yui ditangannya.
"Mungkin membunuhmu."
"Jangan! Apa salahku? Aku tidak pernah mengganggu hidup kalian, meski aku membunuh seseorang demi membuat laporan menarik dan mengejutkan aku sama sekali tidak pernah berniat untuk menganggu kalian. Aku hanya ingin mendapatkan beritanya setelah itu aku akan pergi."
"Emm..setelah aku pikir-pikir dia akan sangat berguna untuk kita nantinya. Informasi dan profesinya bisa membuat kita lebih mudah melakukan apapun, aku akan mengawasinya jika perlu kalau kau takut dia akan berhianat nantinya atau perlu kita tugaskan seorang psikopat saja yang menjaganya agar saat Candy berhianat ia bisa langsung mati di tempat," ujar Yui seraya melirik Lutfi di akhir kalimatnya.
Diyah menatap tajam Candy seakan-akan siap untuk menerkam membuat Candy hanya bisa menunduk.
"Baiklah, begini saja akan aku beri dua pilihan. Dibunuh atau membunuh?" ujar Diyah.
Candy mengangkat kepalanya ia menatap Diyah, Yui dan Lutfi secara bergantian. "Maksudmu?"
"Kau mau kami bunuh atau kau bergabung bersama kami untuk menyelesaikan misi memberantas orang-orang munafik meski harus membunuh puluhan orang sekalipun."
"Apa untungnya bagiku?"
"Nyawamu aman," jawab Lutfi setelah sedari tadi hanya diam.
"Ekhm..baiklah aku akan bergabung dengan kalian kurasa ini juga tidak buruk. Jadi apa yang harus kulakukan?"
"Jelaskan Yui, kau yang paling pintar dalam hal menjelaskan," pinta Diyah.
"Pertama kau tidak boleh melaporkan kami atau membuat laporan tentang kami, kedua kau tidak boleh menghubungi kami jika tidak perlu kami juga tidak selalu menggunakan nomer yang sama jadi percuma saja jika kau membagikan atau berusaha melacaknya justru kami yang akan melacakmu, ketiga kau harus siap apabila kami membutuhkanmu tidak ada alasan untuk menolak kami. Yah..cuma itu, jadi kau bisa berjanji sekaligus melaksanakannya?"
"Baiklah, aku akan mematuhi semua peraturan itu, aku juga akan melaksanakannya daripada hanya berjanji saja, sekarang apa aku boleh pergi?"
"Ya."
Setelah mendengar jawaban singkat dari Yui, Candy langsung pergi.
"Kita mendapat anggota baru yang menguntungkan, apa kau senang...Lutfi?" tanya Diyah seraya menatap tajam Lutfi.
"Ya..tentu," ucap Lutfi datar tanpa ekspresi kelihatan sekali kalau ia masih kesal.
"Apa kau masih ingin meneruskan yang tadi? Tindakan yang sangat bodoh," ejek Diyah.
"Tidak, aku saat itu hanya sedang terbawa suasana saja," jawab Lutfi yang membuat Diyah lega.
"Lagipula bukankah aku akan mendapat target baru jika wartawan itu tidak menepati janjinya," lanjutnya.
"Sudah, sekarang kembalilah berbaring di kasurmu jika kau tetap di lantai perawat akan mengira jika kami yang membuatmu di situ," ujar Yui seraya membantu Lutfi untuk kembali ke ranjangnya.
Setelah membaringkan sahabatnya itu Diyah memasangkan kembali infus yang dilepas Lutfi tadi.
"Ini," ujar Lutfi seraya menyodorkan pisau pada Diyah. "Aku tidak membutuhkannya ambil lagi saja mungkin kau mau melakukan hal yang sama denganku nanti," lanjutnya seraya ternyum lebar.
"Aku tidak sebodoh itu."
"Haha..aku hanya bercanda."
•
Seharusnya gak ditolong, biar mati aja sekalian.Diyah kenapa denganmu, astaga sudahlah.
Yang penting kalian Suki desu
Selamat membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Modern Human Cultivation
ActionIni tentang dunia di abad ke 21 pada masa ini persaingan begitu akrab dengan kehidupan manusia modern mereka akan melakukan apapun untuk menjadi pemenang. Kejahatan dan kecurangan menjadi sesuatu yang wajar di saat nafsu benar-benar bertahta dalam h...