Yui yang sudah peka mulai berjalan menuju teras depan.
"Sepertinya kita tidak punya waktu istirahat," kata Yui seraya meregangkan tubuhnya.
Sementara Diyah mulai menyusulnya tapi sebelum itu ia sempat mengambil sesuatu di laci.
"Baiklah, ayo berangkat!"
Setelah menempuh waktu cukup lama untuk menuju ke Toranomon Hills Tower dengan mengendarai mobil milik mereka sendiri, akhirnya kini mereka sudah sampai di tujuan.
Diyah menghampiri beberapa pria yang tengah berkumpul di dekat gedung tinggi itu.
"Ini masih siang seharusnya pria seumuran kalian sedang bekerja."
"Hahaha...bekerja? Kami ini hanya lulusan sekolah dasar bahkan diantara kami ada yang tidak sekolah sulit bagi kami mendapat pekerjaan di era modern seperti ini. Kami hanya pengangguran," balas salah satu dari mereka.
Diyah tersenyum miring. "Kalau begitu aku punya pekerjaan untuk kalian, belikan aku sebuah trampolin di toko terdekat dari gedung ini lalu cepat letakkan tepat di bawah sana," ujar Diyah yang membuat para pria pengangguran itu tersenyum.
Ia melemparkan amplop tebal berisi uang yang tadi dia ambil dari laci pada salah satu dari mereka. "Itu uang untuk membeli trampolin dan beberapa barang yang mungkin akan dibutuhkan sisanya untuk kalian. Oh iya..itu hanya untuk DP-nya saja kalau kalian melakukan pekerjaan dengan baik dan cepat, aku akan berikan lagi."
"Siap bos!" jawab mereka serempak.
Diyah berbalik dan mulai melangkahkan kakinya untuk menyusul Yui yang sejak tadi sudah naik ke atas untuk menemui Lutfi.
"Tapi untuk apa kau menyuruh kami membeli trampolin?"
Mendengar pertanyaan itu Diyah menghentikan langkahnya, ia sedikit menoleh kebelakang. "Nanti juga kalian akan tahu sendiri."
***
Diyah baru saja sampai di atap gedung tertinggi itu, ia berdiri di samping Yui memperhatikan Lutfi yang tengah duduk di tepi atap.
"Sekarang apa?" tanya Yui.
"Tunggu saja."
Setelah beberapa jam, Lutfi mulai beranjak dari duduknya.
Ia berdiri sambil merentangkan kedua tangannya dan menutup matanya, menghembuskan nafasnya pelan lalu tersenyum.
Entah apa yang ada di pikirannya, Diyah justru begitu tidak sabar ingin melihat Lutfi melompat dari ketinggian ini.
"Apa sudah selesai?" ujar Diyah setengah berteriak membuat Lutfi kaget bukan main.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Hanya ingin melihat matahari tenggelam," ucap Diyah yang membuat Yui tersenyum tipis.
"Kalian-" belum sempat Lutfi menyelesaikan kalimatnya tapi Diyah sudah memotongnya.
"Lompatlah!" ujar Diyah seraya melipat kedua tangannya di depan dada jangan tanya bagaimana ekspresinya tentu saja sama seperti biasannya DATAR.
"Ha?" Lutfi yang kebingungan mencoba memastikan kalau ia tidak salah dengar.
"Apa maksudmu?!" Yui yang juga sama-sama bingung mulai sedikit menaikkan volume suaranya.
Tanpa menghiraukan Yui, Diyah mulai berjalan mendekat ke tempat Lutfi berada.
"Ayo lompatlah!" ujar Diyah setengah berteriak.
"Hya, kenapa denganmu Diyah?" tanya Yui yang masih bingung dengan sikap Diyah.
Sementara Diyah yang kini sudah berdiri di depan Lutfi dengan jarak kurang lebih 50 cm kembali berteriak saat perintahnya di acuhkan oleh sahabatnya yang satu ini.
"Aku bilang lompat!"
Lutfi mulai bergidik saat menatap manik mata Diyah yang tajam, ia hanya bisa menunduk ketakutan.
"Ckk," Yui berdecak sebal ia memutuskan untuk berjalan mendekati mereka.
Namun sebelum Yui sampai Diyah lebih dulu melakukan aksi gilanya.
"Kau ini lama sekali!" ujar Diyah lalu mendorong Lutfi dari atas atap gedung itu.
•
Wahh, mungkin ini adalah cerita yang kusuka untuk sekarang ini.
Karena aku bisa mendorong temanku ini ke suatu ruang kebebasan yang membuat bebannya hilang untuk "sementara".
Disisi lain saat pembuatan cerita ini temanku itu mulai menghindari ku, takut jika aku beneran dorong dia:(
Tak apa lah
Selamat membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Modern Human Cultivation
ActionIni tentang dunia di abad ke 21 pada masa ini persaingan begitu akrab dengan kehidupan manusia modern mereka akan melakukan apapun untuk menjadi pemenang. Kejahatan dan kecurangan menjadi sesuatu yang wajar di saat nafsu benar-benar bertahta dalam h...