Pt. 12

21 6 16
                                    

Setelah mengatasi sedikit masalah kini Diyah dan Yui benar-benar lapar rasanya ingin sekali makan sebanyak-banyaknya.

Diyah dan Yui mulai menyantap makanan yang telah mereka beli, sekotak nasi, satu cup cappucino dan beberapa snack setelah berusaha mencari tempat duduk yang kosong dan nyaman tentunya.

"Btw, kenapa tadi ada tali di leher Lutfi? Apa dia ingin tahu berapa jumlah nyawanya jadi dia melakukan uji coba gantung diri?" tanya Yui di sela-sela makan siang mereka.

Diyah mengangguk pelan seraya menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. "Yah..begitulah dia, selalu terbawa suasana dan Lutfi adalah tipe orang yang mati muda."

"Hahaha..bicaramu seperti Sasori di film Naruto. Tapi kau benar seperti itulah Lutfi, dia psychopat murahan," kata Yui seraya tersenyum miring.

"Yui."

"Hm?" jawab Yui sambil terus mengunyah makanannya.

"Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi padamu dan wartawan tadi tapi apa dia bisa dipercaya?"

"Tenanglah dia sebenarnya lemah hanya saja berpura-pura kuat. Kalau dia berhianat serahkan saja padaku, aku akan mengirimnya ke Tuhan saat itu juga."

"Hai', wakarimasu (baik, aku paham)."

Di tengah-tengah aktivitas makan siang mereka tanpa sengaja Yui melihat seorang pria dengan pakaian rapinya yang lewat di dekat tempat duduk mereka.

"Hei..lihatlah pria itu," titah Yui seraya melirik pria itu.

"Dare (Siapa)?"

"Pria itu adalah asisten Wilten Tusmache ketua perusahaan musik terbesar di Amerika, namanya Mr. Bluisrack meski namanya terdengar aneh tapi kepintarannya tidak diragukan lagi. Dia bahkan bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki mata ketiga karena kemampuan dan kepintarannya dalam mengamati perusahaan lain sangatlah diluar nalar manusia karena itu perusahaan musik tempatnya bekerja selalu sukses dan menjadi perusahaan terbesar hingga saat ini. Menurutku dia sangat menguntungkan untuk kita."

"Tunggu, tapi memangnya dia mempunyai hubungan dengan perusahaan SHI?"

"Ya, apa kau tidak tahu perusahaan mereka sudah 4 tahun bekerjasama dengan perusahaan SHI."

"Kalau begitu baguslah dengan begitu semua akan berjalan lancar," ujar Diyah lalu kembali menyantap makanannya.

"Apa kau masih tidak berminat membalas dendam kepada mereka?"

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Yui membuat Diyah menatapnya tajam ia benar-benar tidak suka membahas tentang hal itu disaat santai seperti ini.

Tapi tiba-tiba dua remaja lelaki tampan tak dikenal duduk disamping mereka tanpa permisi berusaha akrab dengan Diyah dan Yui.

"Hei..gadis cantik, sendirian saja? Ehm..namamu siapa?" tanya seorang remaja lelaki dengan penampilan cukup keren dan style rambut jambulnya yang duduk di samping Yui.

"Kau juga cantik, sikapmu dan temanmu sangat menarik di saat gadis lain mengejar kami kalian malah mendiamkan kami. Jika boleh aku ingin bertukar nomer denganmu siapa tahu kita cocok," ujar remaja lain sembari merentangkan satu tangannya di belakang Diyah berniat memeluk pundaknya.

Entah datang darimana dan apa tujuan mereka mendekati dua gadis yang sangat sadis itu, dua remaja lelaki itu telah tertipu dengan wajah cantik Diyah dan Yui.

"Yui, kita harus cepat jika tidak Lutfi akan melakukan hal bodoh lagi kalau kita tidak memberinya makanan apapun," ujar Diyah sembari meninggalkan mejanya dan menuju sebuah toko.

"Ya kau benar dia sangat membenci makanan rumah sakit, semoga saja dia tidak berulah lagi," timpal Yui lalu menyusul Diyah.

Kedua remaja tampan tadi hanya bisa diam menatap kepergian Diyah dan Yui.

"Teman, ku rasa kita masih kurang tampan."

"Hm, kau benar. Kita coba lagi atau cari yang lain saja? Tapi mereka berdua sangat berbeda membuatku benar-benar penasaran."

"Kita lihat saja jika nanti kita dipertemukan lagi dengan mereka berarti Tuhan merestui kita untuk bisa dekat dan lebih mengenal mereka."

***

Saat Diyah dan Yui sudah sampai di toko yang ingin mereka tuju, mereka berdua langsung memilih beberapa snack dan minuman kesukaan Lutfi juga mereka sendiri.

"Apa kau tidak berminat memberi mereka nomor telfon?" ejek Yui seraya tertawa pelan.

"Meski sudah ku beri apa nomor itu akan bertahan lama?"

"Pastinya tidak karena itu akan membuat mereka rugi sendiri."

Setelah selesai mereka segera membayar barang yang mereka beli lalu segera pergi menuju rumah sakit.

***

Yui membuka pintu ruang rawat berwarna putih itu, dia sedikit terkejut kala melihat seorang suster tergeletak tidak bernyawa dengan kepala yang bersimbah darah.

Berulah lagi dia, gak bosen bunuh orang🤦🏻‍♀️.

Tapi emang gitu ceritanya mau diapakan lagi.

Yahhh, pokoknya....

Selamat membaca

Modern Human CultivationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang