Yui membuka pintu ruang rawat berwarna putih itu, dia sedikit terkejut kala melihat seorang suster tergeletak tidak bernyawa dengan kepala yang mengeluarkan cukup banyak darah.
Tapi tidak lama setelah itu Yui kembali pada ekspresi datarnya, ia menghembuskan nafas pelan. "Coba lihat dia, kenapa dia membunuh suster itu?"
Diyah yang baru saja masuk ke ruang rawat Lutfi kini harus bersabar lagi. "Apa ini?" tanyanya seraya menunjuk jasad suster itu.
Gadis yang tengah duduk bersandar di brankar sambil menggigit ujung kukunya mulai tersenyum mendengar pertanyaan yang dilontarkan Diyah.
"Jasad," jawab gadis itu yang tidak lain adalah Lutfi seraya tersenyum lebar.
"Kenapa kau membunuhnya?"
"Aku ingin snack dan dia melarang ku jadi ku dorong saja tapi suster ini terlalu lemah dan terbentur ke dinding karena itu kepalanya berdarah, terus kejang-kejang nggak tahunya langsung meninggal. Jadi bukan salahku kan?"
Mendengar penjelasan Lutfi membuat Diyah tersenyum tipis. "Ck, lemah sekali."
"Seperti itulah Candy, wartawan itu lemah kita bisa percaya padanya kalaupun dia berani berkhianat bukan hal sulit untuk mengalahkannya," ucap Yui.
"Baiklah, apa kalian sudah selesai? Aku sangat lapar dan snack yang kau bawa itu, aku sangat menginginkannya. Cepat berikan!" ujar Lutfi sembari mengulurkan tangannya.
Diyah melempar sekantung plastik berisi snack dan minuman kemasan pada Lutfi yang masih duduk bersandar di brankar.
"Yui, itu tugasmu cepat selesai kan sebelum ada yang datang ke sini," perintah Diyah lalu duduk di sofa panjang yang berada di dalam ruangan itu.
"Hm, sepertinya akan sangat mudah untuk menghilangkan jejaknya tapi aku rasa itu tidak perlu, mengingat lantai ruangan ini terbuat dari kayu VINYL dan suster ini juga memakai hils yang cukup tinggi kita tinggal mengarang cerita saja," ucap Yui sembari menekan tombol sos atau darurat.
Sedangkan Diyah tengah meneguk kaleng soda sprite sembari mengangkat dua kakinya ke atas meja begitu tenang hingga dokter datang bersama dua suster membuat Diyah terpaksa menurunkan kedua kakinya dan berusaha bersikap baik.
Mereka berteriak histeris melihat seorang suster tergeletak tak bernyawa, wanita paruh baya yang berprofesi sebagai dokter itu mulai berjalan mendekati Lutfi mencoba meminta penjelasan.
"Ada apa? Kenapa dia bisa meninggal?"
"Ini semua karena saat dia ingin memberiku makan, dia tergelincir karena sepatunya yang terlalu tinggi jadi tanpa sengaja kepalanya terbentur ke dinding dengan keras. Dokter tahu kan kalau tulang kakiku ini tidak baik-baik saja aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya dan saat teman-temanku datang lalu mengecek kondisinya dia sudah meninggal dunia, maaf kan aku tapi aku memang tidak bisa melakukan apapun saat kondisi ku seperti ini," jelas Lutfi dengan ekspresi yang dibuat sesedih mungkin.
"Sudahlah, anda istirahat saja kalau begitu dan jangan terlalu banyak bergerak suster ini meninggal karena kecerobohannya sendiri," ujar dokter seraya mengusap lembut lengan Lutfi mencoba menenangkannya.
"Kalian berdua tolong panggil perawat pria untuk mengangkat jasad suster ini," perintah dokter itu.
"Baik dok."
Setelah semua kembali tenang mereka kembali pada aktivitasnya masing-masing, Diyah dan Yui memutuskan untuk berbincang-bincang sembari meneguk sekaleng soda sementara Lutfi lebih memilih menghabiskan snack yang dibelikan Diyah dan Yui.
"Rumah sakit ini mulai berubah sejak pimpinannya juga berubah. Semua menjadi sangat lemah, tidak seperti dulu bahkan ada perawat yang bisa membuat pasien terkuat pun tumbang," ucap Diyah.
"Iya, bahkan saat aku ke sini banyak pasien yang ingin cepat-cepat pulang karena dokter dan perawatnya terlalu tegas dan lebih mementingkan uang. Mereka bahkan tega menghabisi seseorang dengan alih-alih pengobatan hanya demi kesepakatan bersama seorang penjahat yang bersedia membayar mereka jika melakukan itu dan kau ingat saat ada penyakit yang berbahaya dan menyebar di negara ini mereka memanfaatkannya agar bisa mendapatkan uang lebih dari pemerintah dengan cara membunuh pasiennya sendiri atau memfitnah pasien yang sehat agar dia mau membayar lebih," jelas Yui panjang lebar sembari sedikit bernostalgia.
"Itu semua karena salah satu dari mereka menjadi pembunuh berantai dan pimpinannya ketahuan korupsi."
"Hm..karena itu kita juga harus waspada mengingat Lutfi masih di rawat di rumah sakit yang buruk ini bisa saja dia menjadi sasaran selanjutnya karena mereka berpikir orang yang patah tulang tidak akan bisa melawan lagi. Oh..ya seingatku kau dulu ingin menjadi seorang dokter kan tapi sayang kita malah dikeluarkan tanpa alasan."
Lutfi yang mendengar itu berusaha memberi kode lewat lirikan matanya pada Yui sementara Diyah terlihat sangat marah dan langsung pergi keluar.
Lutfi memutar bola matanya malas ia menggeleng pelan, "Ck, ck, katamu jangan pernah berbicara sembarangan padanya tapi kau sendiri bicara seperti itu padanya. Jadi lain kali jangan pernah menasihatiku lagi karena aku tidak suka dinasehati khususnya kau."
Yui mendengus sebal. "Kenapa dia tidak berubah juga padahal dengan kemampuan yang dia miliki sekarang dia bisa saja membalas dendam ke orang itu tapi gadis dingin itu memilih diam dan tidak melakukan apapun. Hyaaa!! Ini membuatku semakin gemas dengan keadaannya."
"Dia itu bukan orang yang ceroboh dan mengambil keputusan secara terburu-buru sebenarnya dia bisa saja melakukannya dalam 1 hari tapi hacker itu masih memikirkan karyawan yang bekerja di sana, bagaimana dengan keluarga mereka? Perekonomiannya? Mereka akan makan apa jika perusahaan itu bangkrut dan bla..bla..bla.. Dia selalu saja memikirkan orang lain, memikirkan itu, memikirkan ini. Itulah Diyah sangat berbeda denganku dan kau juga," jelas Lutfi yang tersenyum sembari menunjuk Yui diakhir ucapannya.
"Ternyata orang berhati es dan juga sadis sepertinya masih mempunyai kelembutan hati," ujar Yui sembari tersenyum tipis.
•
Wahh, pemikirannya sebegitu dalamnya🙂. Meski sebaik apapun itu, dia tetap saja berhati dingin.
Karena membunuh adalah dosa paling jahat di peraturan perikemanusiaan.
Ingat satu hal ini, "manusia tidak akan membunuh atau menyakiti selama mereka tidak disakiti".
Jadi jangan heran kalau ada pembunuh di muka bumi ini🙂
Selamat membaca🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Modern Human Cultivation
ActionIni tentang dunia di abad ke 21 pada masa ini persaingan begitu akrab dengan kehidupan manusia modern mereka akan melakukan apapun untuk menjadi pemenang. Kejahatan dan kecurangan menjadi sesuatu yang wajar di saat nafsu benar-benar bertahta dalam h...