3 | Disaster and Gift -Putri

28 1 0
                                    

Yang Putri ingat terakhir kali adalah dia ketiduran meringkuk diatas kasur setelah menangisi kemalangan hidupnya.

Putri mengucek matanya dan berjengit saat hawa dingin menyentuh kulitnya.

Apakah semalam hujan ? Kenapa pagi ini dingin sekali ?

Putri baru saja akan tidur lagi saat suara alarm memaksanya bangun. Matanya masih setengah terbuka saat tangannya meraba ke samping nakas dan mematikan alarmnya.

Putri mengerutkan dahi, sejak kapan kamarnya memiliki meja ?

Saat matanya terbuka lebar, Putri menatap ngeri seisi penjuru kamar.

Ini bukan kamarnya. Ini terlalu bagus untuk menjadi kamarnya. Nuansa putih dan rose-gold benar-benar membuat kamar ini terlihat berkali lipat lebih mewah.

Lihat TV plasma yang menempel di dinding, seumur-umur Putri hanya pernah melihat benda itu di internet atau selebaran penjualan alat elektronik.

Mata Putri beralih pada meja rias cantik dengan puluhan skincare dan make up yang berjejer rapih. Semua itu adalah produk kecantikan impiannya yang tidak pernah terbeli karena harganya terlalu mahal. Putri mendekat kearah meja rias itu, kalau ini mimpi sekali saja Putri ini mencoba menggunakan alat make up itu.

Barang pertama yang disentuh putri adalah parfum. Botolnya benar-benar indah dan baunya benar-benar wangi. Berbeda jauh dengan minyak wangi lima ribuan yang biasa dibelinya di pasar.

Putri menatap cermin di depannya kagum. Cerminnya benar-benar jernih dan bagus, tapi ada hal lain yang membuat Putri terbelalak.

Wajah di dalam cermin itu jelas bukan wajah miliknya.

Rambut ebonit dengan ikal di ujung, pipi tirus, warna mata coklat itu, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik... Astaga ! Bagaimana mungkin wajah seorang Putri Btari jadi menyerupai Eliza Yuvena Sastrawidjaya !

Putri menengok sekelilingnya dengan panik dan foto yang ada di dinding sebelah kirinya membuat Putri memekik girang.

Foto keluarga Eliza !

Madam Lunar benar !

Putri berhasil berubah menjadi Eliza.

Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Putri menoleh.

"Nona Eliza sudah ditunggu Bapak dan Ibu untuk sarapan," pesan itu membuat Putri bergegas mencari lemari dan kamar mandi. Putri harus bergegas ke sekolah dengan wajah dan kehidupan barunya. Kehidupan sempurnanya.

Putri membuka salah satu pintu dan menemukan ruangan penuh baju, tas, sepatu, dan aksesoris. Matanya melebar begitu saja. Astaga ! Ini yang namanya walk in closet !

Putri kembali menjelajahi ruangan mencari kamar mandinya. Putri meloncat girang mendapati kamar mandinya lebih mewah dari yang dia harapkan.

Sepertinya mulai sekarang hidupnya akan dilimpahi kebahagiaan.

Menuruni tangga dengan anggun, Putri langsung disambut sapaan dari kedua orang tua Eliza.

"Masih pusing, Liz ? Pap bilang kamu sakit kepala sampai nggak bisa nyusulin dinner ke Spore ?"

Putri tersenyum canggung sebelum duduk dihadapan Mama Eliza dan menjawab pelan, "Sudah baikan kok, Bu... Eh Ma."

Elina menatap putrinya yang terlihat aneh, "Kalau kamu masih sakit bolos aja. Nanti Mam telfon dokter Adnan buat bikin surat sakit."

"Aku udah nggak papa kok Mam...," Putri menatap meja makan yang penuh makanan. Ada nasi goreng dan udang goreng tepung yang sangat ingin dicobanya.

Putri baru saja akan mengambil nasi goreng saat Mamanya menegur, "Liz... kamu diet remember ? Makan salad saja."

ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang