Eliza berkaca menggunakan kamera depan ponselnya. Jelek banget.
Ada beberapa bekas jerawat yang mulai mengempis. Sebulan belakangan Eliza memang mulai mencoba merawat wajah jelek ini.
Skin care yang Eliza gunakan jelas tidak semahal produk perawatan yang dulu dia gunakan. Ini hanya sabun batangan mengandung sulfur yang bisa meredakan jerawat membandelnya.
Rajin cuci muka dan tidak menyentuh jerawat-jerawatnya jelas menjadi kunci ampuh untuk membuat masalah jerawatnya teratasi.
Untuk bekas-bekas hitam yang tersisa, Eliza memilih cream anti-uv dan pencerah wajah dengan ekstrak vitamin C. Meskipun butuh waktu yang lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Eliza tidak akan menyerah.
"Put ! Bantuin ibu jualan dong... sekali ini aja... ibu lagi nggak enak badan. Nanti ibu cuciin baju seragam kamu," penawaran itu membuat Eliza bergegas membuka pintu kamarnya dan menatap ibunya jengkel.
"Oke aku jualan, tapi ibu yang cuci seragam sama bajuku yang lain ya ?"
Kesempatan untuk bebas dari tugas mencuci baju ini tidak boleh dilewatkan.
"Kamu itu tega-teganya sama ibu... yaudah yang penting ini dijualin sampe habis," Sukma menyerahkan keranjang kue pada Eliza dan membiarkan anak perempuan itu keluar rumah untuk menjajakan kue.
Sudah nyaris satu jam Eliza berputar-putar menjajakan kuenya, tapi karena sudah malam sepertinya tidak ada harapan agar sisa kue lima biji ini bisa terjual.
"Gue bagi ke anak-anak pengamen di perempatan aja kali ya," Eliza memutar langkah untuk kembali berjalan menuju jalan raya.
"Putri ! Putri !" Panggilan itu membuat Eliza mencari sumber suara dan tersenyum begitu saja saat melihat Mama Nathan.
"Tante Erisa... Tante ngapain malem-malem disini ?" Eliza mengamati sekitar dan menemukan mobil milik Erisa terparkir di dekat sebuah toko roti.
"Mau beli bahan kue, besok jumat tante mau baking cake buat perayaan kemenangan Nathan," Erisa tersenyum lebar, jelas merasa bangga dengan pencapaian Nathan, "Besok jumat kamu harus datang ya... Lesnya Noah libur dulu, biar kita bisa makan-makan bareng sambil ngobrol-ngobrol."
Eliza mengangguk senang, "Makasih ya Tante mau undang Putri."
Erisa menatap keranjang kue Eliza, "Kamu bantu ibu jualan ?"
Eliza melirik keranjang kuenya, "Ah... sampe lupa, sebentar ya tante," Eliza bergegas memanggil pengamen cilik yang ada dan membagikan sisa kuenya.
"Kok di kasih ke anak-anak itu Put ? Kamu rugi dong ?" Erisa menatap Putri heran.
"Nggak papa tante, ini udah laku banyak tadi. Sisanya emang rejeki mereka," jawaban sederhana itu membuat senyum Erisa merekah.
"Anak baik," Erisa mengusap lembut kepala Eliza, "Sudah malam ini, tante anter pulang yuk, tapi Tante belanja bahan roti dulu."
Eliza menggeleng, "Putri pulang sendiri aja, Tan. Rumah Putri sudah dekat kok ini," Eliza meraih tangan Erisa, menciumnya sopan untuk berpamitan.
"Hati-hati di jalan ya, Put. Besok jumat biar dijemput sama supirnya Tante. Nggak boleh nolak," Erisa memperingati sambil bercanda.
Putri mengusap tengkuknya sungkan, "Hehe... Nggak nolak kok, Tan. Makasih ya."
---
Eliza merogoh uang di saku celananya, mengeluarkan uang sepuluh ribuan untuk mengganti lima kue yang dia bagikan gratis.
"Ini Bu uangnya, laku semua kuenya. Jadi sesuai perjanjian, ibu yang cuci baju Putri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Replace
Short StoryEliza Yuvena Sastrawidjaya memiliki segalanya. Wajah cantik, kekayaan yang melimpah, dan otak jenius. Tuhan pasti sedang bergembira saat menciptakannya. Jangan ditanya berapa banyak temannya atau bahkan fansnya, Eliza jelas malas menghitungnya. Putr...