17 | Rekonstruksi

9 0 0
                                    

Putri tidak pulang ke rumah, dia memilih meninggalkan supirnya yang masih menunggunya keluar dari pasar malam dan kabur menggunakan taksi.

Malam ini Putri bermalam di hotel bagus yang biaya sewa kamarnya 5 juta per malam. Putri merebahkan tubuhnya lelah.

Sepertinya dia memang tidak punya pilihan lain selain meminta —kalau perlu memaksa– Eliza untuk bertukar raga dengannya.

Sekarang Putri punya banyak uang, dia hanya perlu memikirkan cara agar Eliza mau membuat perjanjian tukar raga.

"Apa gue bayar orang buat culik Eliza dan bawa dia ke Madam Lunar ya ?" Putri mengeluarkan amplop tebalnya dan melihat masih banyak uang yang bisa dia gunakan.

Sebelum Putri sempat menghubungi orang yang bisa dia perintah untuk menculik Eliza, pintu kamar hotelnya terbuka dan Mamanya memasuki ruangan dengan wajah menahan marah.

Detik itu juga Putri tahu, kalau ramalan Madam Lunar soal awan hitam dan pemakaman akan menjadi kenyataan.

---

Pagi ini, Eliza datang sendirian ke ruang BK. Ibunya sedang sakit dan bapaknya tidak bisa libur dari pekerjaannya menyupir angkot.

Di dalam ruang BK Eliza melihat papanya sudah duduk sambil berbincang-bincang dengan guru BK. Eliza merindukan Pap-nya.

Eliza mengetuk pintu pelan sebelum mengucap salam, "Selamat Pagi, Bu."

"Pagi, Putri silahkan duduk," guru BK menunjuk salah satu kursi sofa yang kosong yang membiarkan Putri duduk.

"Sebelumnya saya minta maaf karena orang tua saya tidak bisa hadir. Ibu saya sedang sakit dan bapak saya harus bekerja, Bu," Eliza melirik Papanya yang memperhatikannya dengan seksama, "Soal masalah kemarin saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Bu."

Bu Asri menatap Putri mengerti, "Tapi harus ada wali yang datang untuk mendampingi kamu."

"Saya sudah cukup dewasa untuk mewakili diri saya sendiri, Bu."

Bu Asri mengangguk dan mulai menjelaskan permasalahan pertengkaran Eliza dan Putri.

"Kemarin saya sudah bertanya pada keduanya dan menurut pengakuan Eliza, dia memukul Putri karena kesal melihat Putri mendapatkan piala,"

Ezra mengerutkan dahi, "Setau saya Eliza tidak pernah memukul orang lain. Mungkin sebelumnya Putri pernah menjahili Eliza duluan."

Eliza tersenyum tipis, "Mohon maaf sebelumnya, Om, tapi Eliza memang sering menindas saya sebelum ini," Eliza menyodorkan ponselnya yang memutar video pemukulan yang dilakukan Eliza pada awal kelas sebelas.

"Kejadian itu sudah setahun lalu... itu sebagai bukti kalau selama ini Eliza memang menindas saya. Selama ini saya diam karena saya takut Eliza semakin menyiksa saya."

Ezra melihat video itu tidak percaya. Anaknya tidak mungkin sebodoh ini !

"Itu tidak mungkin benar. Apa video ini bisa dipercaya ?" Ezra mendorong ponsel itu kembali pada pemiliknya.

"Ada saksi mata, Om. Teman sekelas saya," Nathan pasti mau belain gue kan ?

"Kamu bisa dituntut atas pencemaran nama baik kalau video ini terbukti bohong,"

"Saya tidak berniat menyebarkan video ini dan hanya menunjukkan video ini untuk membela diri. Saya juga tidak punya uang dan sumber daya untuk membuat video palsu," Eliza memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Saya akan mengecek rekaman cctv, Pak dan jika terbukti benar, saya khawatir Eliza harus mendapatkan hukuman," Bu Asri beranjak menuju ruang keamanan untuk meminta salinan rekaman cctv sesuai tanggal dan waktu yang telah disebutkan Eliza.

ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang