"Abis ini lo gue antar balik, ya?" ucap Renaldi sambil memakai kaos oblongnya.
"Oke" sahut Sisil yang kini sudah berpakain lengkap.Akhirnya Renaldi mengantar Sisil kembali ke rumahnya.
"Gue langsung balik deh!" ucap Renaldi sambil memakai helmnya.
"Oke, gue masuk, ya?" ucap Sisil dengan senyum yang menggoda.Akhirnya Renaldi pun pergi dari rumah Sisil, ia hari ini ingin pergi ke suatu tempat yang mana tempat itu adalah awal mula pertemuan ia dengan seseorang yang ia tunggu sekian tahun. Renaldi melewati jalan yang sama saat malam itu bertabrakan dengan dia—Najwa. Pas sampai di depan gerbang kampus mata elang itu terus mencari sosok yang ia rindukan selama ini. Saat dengan telitanya mencari sosok Najwa seorang pria paruh baya berseragam security itu menghampiri Renaldi dan bertanya.
"Dek, kamu mahasiswa di sini?" tanya security itu. Renaldi mengengok ke arah security itu.
"Eh, bukan, Pak lagi cari orang," ucap Renaldi.
"Oooh.. Siapa? Teman?" tanya security itu.
"Iya, Pak"
"Namanya siapa? Barangkali bapak kenal," tanya security.
"Najwa, Pak"
"Najwa Savira anak Psikologi?" tanya Pak security itu kepada Renaldi, namun Renaldi tak tahu Najwa ambil jurusan apa di kampus ini. Tapi Renaldi yakin dengan nama lengkap itu, itu pasti Najwa.
"Iya, Pak dia" ucap Renaldi yang terkesan yakin dengan apa yang ia ucapkan.
"Ooh, dia baru saja masuk, ada kelas pagi," ucap Pak security itu.
"Hmm.. Kira-kira kalo masuk pagi keluarnya jam berapa ya, Pak?" tanya Renaldi.
"Kalo Nak Najwa sih biasanya siang menjelang sore, soalnya dia ada kegiatan tambahan," jelas security itu.
"Oh gitu, ya? Baiklah, saya titip salam saja boleh?" tanya Renaldi.
"Bolehlah, mau titip salam apa?" tanya balik security tersebut.
"Bilang sama dia, ditunggu sama Renaldi di taman kota sore ini!" ucap Renaldi.
"Oke, nanti disampaikan!" ucap Pak security tersebut.
"Makasih, Pak?" akhirnya tak lama Renaldi pun pergi dari kampus Najwa ia berharap kalau Najwa ingin menemui dirinya."Semoga saja kau mau menemuiku, teman kecilmu"
••0••
Jam menunjukkan pukul 2 siang, Najwa yang dari tadi pagi masuk kampus akhirnya keluar juga. Saat motor bebek kesayangan itu keluar dari gerbang kampus tiba-tiba Pak Tono menghadangnya.
"Neng, tunggu!" kata Pak Tono.
"Iya, Pak kenapa?" tanya Najwa.
"Tadi ada yang nanyain Neng Najwa," ucap Pak Tono.
"Siapa, Pak?" tanya Najwa.
"Namanya.... Re Re Renaldi!" jawab Pak Tono yang sedikit memikirkan nama itu. Najwa sontak kaget mendengar nama itu.
"Renaldi?" tanya Najwa untuk meyakinkan.
"Iya, Neng, Neng Najwa disiruh menemuinya di taman kota sore ini!" jawab Pak Tono.
"Ya udah, Pak, makasih infonya". Tanpa menunggu jawaban dari Pak Tono Najwa langsung pergi begitu saja.Motor bebek itu membelah jalanan ibu kota ditengah panas dan polusi yang mengelilinya. Sesampainya di taman kota Najwa langsung memarkirkan motornya dan langsung melangkahkan kakinya untuk lebih dalam memasuki taman kota itu. Mata Najwa menelisik mencari sosok itu, namun tak ia temukan. Akhirnya Najwa pun duduk di bangku yang memang bertebaran di taman itu.
"Memang gak pernah berubah, dari dulu tetap aja ngejailin gue" ucap Najwa dengan nada kesal sambil menyilangkan tangannya di dada.
Najwa pun geram, akhirnya dia pun bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pergi namun, suara bass seseorang membuat langkah Najwa terhenti.
"Renal kira Wawa gak akan datang!" ucap seorang pria yang sudah berdiri di belakang Najwa. Najwa membalikkan tubuhnya dan menangkap sosok yang kemarin malam bertemu olehnya.
"Renaldi!" ucap Najwa, Renaldi mendekat yang sekarang sudah tepat di depan Najwa, Najwa hanya menatap mata elang itu pekat. Najwa tak habis pikir, setelah bertahun-tahun terpisah olehnya kini ia bertemu lagi oleh anak laki-laki yang dulu sempat menyatakan perasaannya, entah itu hanya sebuah lelucon atau benar adanya.
"Udah kali ngeliatinnya! Renal tau kok Renal ganteng" ucap Renaldi yang berhasil membangunkan lamunan Najwa.
"Dih, kegeeran banget sih!" ucap Najwa.
"Hehe, Renal kira Wawa sudah lupa, ternyata masih ingat, ya? Tapi kok kemarin malam seperti orang tak kenal?" ucap Renaldi dengan kalimat yang begitu mengintimidasi.
"Ooh itu... Karena.. Karena.. Wawa lagi buru-buru," jawab Najwa dengan terbata-bata.
"Bikin gemes aja!" ucap Renaldi di telinga Najwa, sontak ia pun membulatkan matanya, sekujur tubuhnya seperti kaku.
"Hmm.. Renal kenapa ngajak Wawa ke sini?" tanya Najwa untuk mencairkan suasana yang begitu panas untuknya. Renaldi tersenyum devil sambil menatap gadis menggemaskan itu.
"Kalo ngajak bikin dede bayi Wawa mau gak?" tanya Renaldi yang lagi-lagi di telinga Najwa, sontak mendengar pertanyaan itu Najwa terkejut.
"Iiih rese deh, Wawa serius!" ucap Najwa dengan nada sedikit keras.
"Hehehe, bercanda kok, Wa," balas Renaldi. Akhirnya mereka pun mengambil posisi duduk di bangku taman itu. Renaldi mencoba seserius mungkin berhadapan dengan Najwa."Wawa?" kini nada bicara Renaldi menjadi serius.
"Iya?" tanya Najwa.Mereka saling tatap, mata mereka bertemu. Entah apa yang mereka pikirkan, yang jelas mata itu menunjukka ke arah masa lalu, menyelami lebih dalam hingga kedua mata anak cucu Adam ini menjadi sendu dan sayu. Renaldi memegang pipi Najwa sambil sedikit mengelusnya, Najwa hanya diam dengan mata yang tak lepas dari tatapan itu.
"Renal senang bisa bertemu lagi sama Wawa," ucap Renaldi. Najwa memegang tangan Renaldi yang berada di pipinya.
"Wawa pun sama, Renal,". Renaldi pun tersenyum setelah mendengar Najwa berkata seperti itu, begitu pun dengan Najwa. Mereka sama-sama tersenyum tanpa penghalang di antaranya, mata mereka bertemu, saling tatap. Renaldi terhanyut dengan tatapan itu, ia mendekatkan wajahnya, semakin dekat dan semakin dekat. Sontak Najwa sadar akan hal yang ingin dilakukan oleh Renaldi, ia pun mengelak dan membuang pandangannya."Hmm, Renal sepertinya sudah sore banget sebaiknya Wawa balik, ya?" ucap Najwa dengan gugup. Renaldi sadar, seorang Najwa pasti tak ingin melakukan ciuman dengan begitu saja, apalagi di antara mereka tak ada ikatan apa-apa dan meski pun memang ada mungkin Najwa takkan mau. Namun Renaldi ingin memiliki Najwa seutuhnya, tanpa ada sekat dan, suatu hari nanti Najwa akan ada di pelukannya.
"Oke, tapi sebelum itu Renal minta nomor Wawa boleh?" Najwa menganggukkan kepalanya, Renaldi pun memberikan handphonenya kepada Najwa, Najwa pun mengambil handphonen Renaldi dan langsung memberikan nomornya kepada Renaldi.
"Nih, udah!"
"Makasih, Wawa" Najwa hanya mengangguk.••0••
KAMU SEDANG MEMBACA
R E N A L D I (18+) [REVISI]
General Fiction[Follow dulu sebelum baca!!] Jangan lupa untuk vote dan komen ••0•• Dia adalah Renaldi Baskoro, cowok berdarah dingin, liar, suka mabuk-mabukan, obat-obatan, dan main perempuan. Tak ayal banyak yang menakuti diri...