Malam pun datang, Renaldi terbangun dari tidurnya. Ia menatap seluruh ruang kamar miliknya, ia pun mendudukkan tubuhnya di kasur dengan wajah yang berantakan namun tak mengurangi ketampanan yang ia punya. Tiba-tiba Bi Inem pun masuk ke kamar Renaldi yang memang pintunya terbuka, Bi Inem membawa makanan di sebuah nampan berikut dengan air putihnya.
"Aden, makan dulu, ya!" ucap Bi Inem, Renaldi mengarahkan matanya ke arah pintu.
"Taro di meja aja, Bi nanti aku makan. Oh iya, Papah sudah datang?" tanya Renaldi.
"Belum, Den " jawab Bi inem. Wajah Renaldi pun berubah menjadi kesal, begitulah Papahnya, selalu mementingkan urusan bisnis dari pada anaknya.
"Ya udah, Bi," ucap singkat Renaldi, Bi inem pun langsung pergi meninggalkan kamar Renaldi.Malam ini begitu dingin, mungkin karena sudah memasuki musim penghujan. Anginnya pun lebih kencang dari malam-malam biasa. Najwa yang sedang fokus menunggangi motornya untuk cepat sampai ke rumah pun harus menahan dinginnya udara ibu kota. Tak lama ia pun sampai di depan rumahnya namun, ia melihat sosok pria tinggi, putih, dan tampan sedang mengobrol bersama Mamahnya di teras rumah.
"Assalammualaikum, Mah," ucap Najwa sambil mencium tangan Mamahnya.
"Waalaikumsalam, Sayang," jawab Mamahnya
"Renal mau apa ke sini?" tanya Najwa dengan wajah lugunya.
"Sayang, jangan gitu dong, 'kan Renaldi mau main, masa gak boleh," ucap Mamah.
"Tuh, dengerin kata Mamah!" ucap Renaldi dengan senyum jahilnya, Najwa hanya mengerucutkan bibirnya yang membuat Renaldi gemas dengan bibir itu.
"Sudah, sudah, kamu ganti baju dulu sana!" ucap Mamah.
"Iya, Mah," jawab Najwa dengan nada malas.Najwa pun langsung mengganti bajunya dan membiarkan Mamahnya berbincang dengan Renaldi di teras rumah, entahlah apa yang mereka bicarakan. Tak lama Najwa pun kembali ke teras dengan pakaian rumah yang sederhana.
"Lho, kok baju tidur sih, Sayang?" kata Mamah.
"'Kan emang biasa kalo di rumah kaya gini," ucap Najwa.
"Renaldi mau ngajak kamu keluar, Sayang!" ucap Mamah, Najwa membulatkan mata dan langsung merubah pandangannya ke arah Renaldi.
"Renal mau ajak Wawa keluar?" tanya Najwa. Renaldi hanya mengangguk.
"Tuh 'kan, sudah sana ganti baju!" suruh Mamah.Tanpa perkataan iya atau tidak akhirnya Najwa pun mengganti bajunya. Mereka berdua pun langsung pergi meninggalkan Mamah sendiri di rumah. Motor Renaldi membelah jalanan, dengan cuaca yang sangat dingin, angin yang kencang, dan awan mendung yang sudah siap mengeluarkan kristal beningnya.
Dengan perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di sebuah gedung tua tak terhuni. Najwa heran sekaligus takut, untuk apa Renaldi membawa ia ke tempat seperti ini?
"Yuk, Wa!" ucap Renaldi sambil memegang pergelangan tangan Najwa.
"Renal mau apa, ya bawa Wawa ke sini? Serem tau!" ucap Najwa sambil melepaskan tangan Renaldi di pergelangannya.
"Wawa jangan mikir macam-macam, Renal cuma ingin kasih tau sesuatu dan pasti Wawa suka!" ucap Renaldi menyakinkan Najwa.
"Yuk!" Renaldi pun membawa Najwa pergi ke lantai paling atas gedung kosong itu. Sesampainya di atas, betapa takjubnya Najwa melihat indahnya kota Jakarta dari ketinggian. Mulai dari lampu gedung, lampu rumah, sampai lampu kendaraan yang tersorot. Najwa menatap semuanya dengan mata yang berbinar-binar, jujur walaupun ia tinggal lama di Jakarta ia tak pernah melihat Jakarta seindah ini, yang ia lihat hanya kemacetan di siang hari dan jahatnya ibu kota saat malam hari, hanya itu. Namun, saat ini ia berdiri di atas gedung tua yang tinggi dan melihat ibu kota dari sudut pandang yang berbeda."Renal ini indah banget!" ucap Najwa, Renaldi yang mendengar hal itu pun langsung mendekatkan dirinya ke dekat Najwa.
"Wawa suka?" Najwa hanya mengangguk tanpa melepaskan pandangannya.
"Ini yang mau Renal kasih tau sama Wawa," ucap Renaldi, Najwa tak mengubrisnya ia masih terpukau akan keindahan ibu kota Jakarta dari ketinggian itu. Melihat itu, Renaldi langsung memegang tangan Najwa, sontak Najwa menengok ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E N A L D I (18+) [REVISI]
General Fiction[Follow dulu sebelum baca!!] Jangan lupa untuk vote dan komen ••0•• Dia adalah Renaldi Baskoro, cowok berdarah dingin, liar, suka mabuk-mabukan, obat-obatan, dan main perempuan. Tak ayal banyak yang menakuti diri...