Bagian: 6

793 12 1
                                    

"Na, tolong ini untuk meja nomor 4, ya!" ucap Fifi sambil memberikan nampan yang sudah terisi pesanan pelanggang ke Najwa. Najwa langsung menanggapinya dengan senang hati.

Pagi ini Cafe tempatnya bekerja sangat ramai, mungkin karena hari minggu. Najwa, Fifi dan para karyawan yang lain pun jadi kewalahan melayaninya. Tapi mau gimana lagi, tuntutan realita. Saat Najwa sedang menaruh makanan itu ke meja nomor 4, Pak Bima dari sudut Cafe sedang memandanginya dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan. Najwa sadar akan hal itu memang, setiap Najwa bekerja dan saat Pak Bima sedang ada di Cafe, Pak Bima selalu memperhatikannya. Memang, kalau dilihat Pak Bima lumayan tampan, gagah, dan beribawa, tak kalah dengan Renaldi.

"Huuuh! Setiap minggu pasti kaya gini!" kata Najwa sambil menyapu keringat di keningnya.
"Ya, nikmatin ajalah, Na," ucap Fifi.
"Lo gak ada kelas 'kan nanti siang?" tanya Fifi.
"Nggak, sih tapi gue ambil tugas yang kemarin belum selesai," jawab Najwa, Fifi hanya mengangguk.
"Fi, Pak Bima dari tadi natapin gue mulu, gue jadi risih tau," ucap Najwa dengan nada pelan.
"Dia 'kan emang naksir sama lo!" ungakap Fifi.
"Fi, jangan ngomong gitu ih!" ucap Najwa.
"Ya emang nyatanya gitu 'kan?" Najwa hanya memutar matanya dengan malas.

"Nana?" panggil teman kerjanya Najwa yang kebetulan ia dari depan Cafe.
"Kenapa?" tanya Najwa.
"Ada yang nyariin tuh di depan," jawab teman kerjanya.
"Siapa?" tanya Najwa lagi.
"Gak tau, dia gak nyebutin nama. Baiknya lo temuin deh!" ucap temannya.

Najwa langsung berjalan ke arah depan dan menemui seseorang yang ada di depan Cafe dan, betapa terkejutnya dia saat yang ia lihat di depan Cafe itu adalah Renaldi, Najwa langsung menghampirinya.

"Mau apa?" tanya Najwa sambil menyilangkan tangannya di dada.
"Ini masih pagi, lho masa udah jutek aja,  bikin gemes tau!" ucap Renaldi dengan santainya. Najwa hanya terheran-heran mendengarnya.
"Renal ke sini cuma liat gadisnya kok," goda Renaldi dengan senyum yang merekah.
"Apaan, sih?" tanya Najwa sambil menyembunyikan senyumnya.
"Kalo mau senyum, senyum aja, gak usah ditahan. Kenapa? Takut Renal jatuh cinta, ya kalo liat senyuman Wawa? 'Kan emang udah jatuh cinta dari dulu," ungkap Renaldi dengan senyum jahil tapi manis, sontak Najwa yang mendengar hal itu pun semakin dalam menyembunyikan senyumnya.
"Siang nanti kerjanya udah selesai 'kan?" Najwa hanya menganggukkan kepalanya.
"Renal jemput, ya sambil jalan-jalan," ucap Renaldi.
"Tapi Wawa mau ke kampus dulu, mau ambil tugas,"  ucap Najwa.
"Oke, gapapa. Ya udah, nanti siang Renal ke sini lagi, ya?" Najwa hanya menganggukkan kepalanya.
"Wawa, dekatan deh!"
"Mau apa?" tanpa berkata lagi tangan Najwa langsung ditarik oleh Renaldi sampai jarak mereka dekat sekali. Renaldi mendekatkan wajahnya sambil terus menatap bibir pink menggoda itu.
"Renal, jangan, ini tempat umum!" Najwa langsung menjauhkan wajahnya.
"Berarti maunya di tempat privat, ya?" goda Renaldi. Najwa yang mendengarnya hanya bergidik geli.
"Hehehe, ya udah nanti aku jemput, ya?" ucap Renaldi lagi.

Najwa mengangguk dan Renaldi langsung menyalakan motornya dan pergi dari Cafe itu. Najwa kembali lagi ke dalam Cafe namun, Fifi sudah berdiri di depan pintu Cafe dengan senyum yang merekah dan menggoda. Najwa terkejut melihatnya, dalam hatinya sejak kapan Fifi berdiri di sana? Najwa mau tak mau mendekat dan jika Fifi bertanya tentang Renaldi, mungkin memang saat Fifi mengetahui hal itu.

"Siapa tuh tadi?" ternyata pemikiran Najwa benar, Fifi menanyakannya.
"Nanti aku jelaskan, tapi gak di sini, oke?" ucap Najwa, sedangkan Fifi terus-menerus tersenyum jahil kepadanha sampai ke dalam Cafe.

••0••

Siang pun datang Najwa, Fifi dan karyawan yang kebagian mendapatkan shif pagi sudah bersiap-siap untuk pulang dan digantikan oleh karyawan shif  siang.

Najwa dan Fifi keluar dari Cafe itu dan di depan Cafe itu sudah ada Renaldi menunggunya.

"Tuh, pangeran berkudamu udah sampe," goda Fifi. Ya, Najwa sudah menceritakan semuanya ke Fifi, termasuk tentang first kiss Najwa yang sudah diambil oleh Renaldi dan tanggapan Fifi hanya tersenyum dan terus menggodanya sampai sekarang.
"Fifi!" ucap Najwa.
"Hehehe, piiiss," Fifi hanya mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V.
"Ya udah, gue duluan, ya?" Fifi hanya mengangguk.

R E N A L D I (18+) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang