Chapter 4• The Worst Honeymoon(1).

2.3K 195 23
                                    

Selama menunggu pesawat di bandara, Petra hanya diam. Biasanya dia akan mengajak Jennie mengobrol atau memperhatikan istrinya itu dengan lembut. Namun, sedari tadi Petra hanya diam seperti orang tidak fokus. Bahkan David harus menepuknya untuk menyadarkan lamunan Petra.

"Kalian di Bali jaga diri ya, Jennie, kamu jangan pake bikini! Pakenya pas sama suami kamu aja, inget kamu udah nikah, gak boleh lagi umbar umbar aurat tanpa seizin suami. Aurat kamu itu untuk suami kamu." Ujar David yang hanya dibalas anggukan oleh Jennie. Dalam hati, perempuan itu merutuki semua ucapan David.

"Petra," Bisik Jevin yang memerintahkan Petra untuk menjauh sejenak dari keluarganya.

"Kenapa?" Tanya Petra bingung.

Tiba tiba Jevin meraih tangan Petra dan menyelipkan sesuatu yang terdengar seperti plastik, Petra hendak melihatnya namun Jevin langsung menahan tangannya dan memastikan tak ada yang melihat.

"Pelan pelan liatnya." Bisik Jevin.

Petra dengan hati hati mengintip isi tangannya itu, dan ternyata Jevin menyerahkan beberapa bungkus kondom kepadanya. Petra dengan cepat menutup tangannya dan membelalak tak percaya kepada Jevin, sedangkan Jevin hanya tersenyum tengil.

"Lo serius-"

"Eh, gak peduli gimana anehnya pernikahan lo, kalo cewek sama cowok udah satu kamar di pantai apalagi suami istri, gak ada yang tau kalo ada setan lewat gimana kan?" Ujar Jevin seraya menepuk nepuk bahu Petra seolah menggodanya. Sedangkan Petra hanya tersenyum canggung. Ia tahu, itu mustahil.

"Tenang aja, bikin dia luluh aja sampe dia larut dalam suasana." Lanjut Jevin.

"Liat nanti." Ujar Petra seraya menepuk lengan Jevin sekilas lalu kembali berjalan ke arah Jennie, David dan Regina. Irene tidak ikut, mengingat usia kehamilannya, Irene lebih memilih di rumah dan berjalan rutin menuju persalinan.

"Nah udah tuh, sana kalian masuk." Ujar David begitu mendengar panggilan untuk penumpang pesawat menuju Bali.

"Hati hati ya! Have fun!" Ujar Jevin seraya memeluk Jennie dan Petra secara bergantian.

Petra dapat merasakan tatapan ancaman dari Regina yang seolah mengingatkannya lagi soal ucapannya mengenai kehamilan. Regina benar benar serius dengan ucapannya. Petra yakin dengan itu.

Selama perjalanan, Petra hanya berbicara seperlunya dengan Jennie. Seperti menyuruh istrinya itu hati hati saat Jennie tiba tiba tersedak makanannya lalu bantu menepuk nepuk bahu Jennie dan menyodorkannya sebotol air. Sisanya, Petra diam, larut dalam lamunan dan musik di telinganya. Namun Jennie tidak peduli dengan sikap suaminya itu, justru ia senang karna Petra tidak bawel.

-

Sudah beberapa jam semenjak mereka sampai di Bali, dan Petra hanya bisa menghela nafasnya melihat Jennie yang lagi lagi tertidur pulas begitu mereka sampai di resort milik keluarga Jennie itu. Petra mengganti pakaiannya dengan kaos kuning polos dan celana jeans selutut berwarna biru tua.

Ia merebahkan dirinya di sebelah Jennie yang terlelap, berhati hati agar istrinya tidak terbangun. Jennie terlihat begitu pulas. Petra dengan hati hati mengusap kepala Jennie yang kali ini tertidur menghadapnya sangking lelahnya. Petra tersenyum tipis saat Jennie secara tidak sadar meracau dalam tidurnya dengan pelan.

Petra tidak peduli dengan perjodohan ini, walaupun ia tidak mencintai Jennie sejak awal, tapi kini, ia sudah peduli dengan perempuan yang ia anggap akan menjadi istrinya selamanya. Petra janji kepada dirinya sendiri akan melakukan apa pun untuk membuat pernikahannya ini berhasil dan memiliki keluarga kecil bersama Jennie, perempuan di hadapannya.

Unconditional Love (TH x JN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang