Chapter 7• Mom's threat.

2K 208 36
                                    

Jennie kini sedang berbaring di kasur kamarnya, mengunyah semangkuk besar berisi pop corn yang ia taruh di atas perutnya seraya menatap film di televisi hadapannya dengan tak bergairah. Bahkan Jennie sama sekali tidak menyimak film vampir dan manusia serigala itu. Pikirannya entah mengapa benar benar kacau, Jennie masih emosi soal Bali.

Jennie yang hanya menggunakan bathrobe itu refleks menarik selimutnya saat melihat seseorang membuka pintu kamarnya. Petra dengan pakaian kerjanya kini memasuki kamar Jennie dan menutup pintunya. Jennie yang berusaha cuek itu kembali menatap ke arah TV sedangkan Petra berjalan dan merebahkan dirinya di samping Jennie.

"Kenapa gak ke rumah?" Tanya Petra dengan pelan.

"Lo pikir lo doang yang bisa ninggalin gue? Kan lo gak butuh gue? Ngapain gue di rumah?" Jawab Jennie tanpa melirik ke arah Petra sedikit pun.

Petra terkekeh pelan lalu mengubah posisinya berbaring ke kiri menghadap Jennie dengan tangan kiri sebagai tumpuannya lalu tangan kanannya memainkan pipi lembut Jennie yang kenyal. Jennie tetap menatap lurus ke depan, seolah tak menganggap kehadiran Petra.

"Maafin aku ya, kalo gitu." Ujar Petra dengan lembut seraya terus mengusap pipi Jennie.

Jennie tidak menggubris. Petra hanya bisa menghela nafasnya lalu berjalan ke arah pintu kamar Jennie, secara diam diam perempuan itu memperhatikan Petra, seolah ingin tahu apa yang akan dilakukan suaminya itu. Petra mengunci pintu kamar Jennie lalu melepas dasinya dan dua kancing teratas kemeja biru mudanya.

Jennie membeku saat tiba tiba Petra kembali berbaring di sebelahnya dan mendekati wajahnya dengan sangat dekat, Jennie dapat melihat Petra tersenyum tipis seraya mengusap lembut pipi Jennie. Lalu perlahan pria itu menempelkan bibirnya ke bibir Jennie. Jennie membelalak tak percaya, dengan lancangnya Petra melakukan itu tanpa seizinnya.

PLAK!

Wajah Petra tertoleh ke samping, Jennie menamparnya. Petra hanya bisa diam lalu menundukkan wajahnya, sedangkan Jennie sudah menatapnya dengan geram. Petra melakukan kesalahan besar.

"Lancang banget lo nyium gue." Desis Jennie.

Petra menatap Jennie lekat,"Kamu istri aku, apa salahnya?"

"Lo gak inget peraturan gue?"

Petra mengeluarkan sesuatu dari saku celananya seraya terus mempertahankan posisi tubuhnya saat ini. Ia menunjukkan ke Jennie cincin pernikahan milik Jennie yang saat itu ia banting. Jennie meneguk ludahnya, ia kalah kali ini.

"Kamu juga lupa sama peraturan aku? Kamu udah langgar, jadi giliran aku yang langgar." Balas Petra dengan senyum penuh kemenangan.

Petra hendak mencium Jennie kembali namun istrinya itu menahan bahu Petra dan membuat mereka bertatapan dengan lekat.

"Kalo lo masih maksa, namanya lo perkosa gue." Ancam Jennie.

Petra refleks terkekeh,"Mana ada suami perkosa istrinya?"

"Tapi-" Ucapan Jennie terpotong saat Petra mengecup bibirnya dengan lembut sekilas.

"Aku bercanda, aku gak akan lakuin itu sampe kamu yang izinin, tenang aja." Bisik Petra seraya tersenyum lembut lalu kembali menjauhkan wajahnya dan terus berbaring menghadap Jennie yang masih menatap ke langit langit kamarnya.

Petra meraih tangan kanan Jennie lalu memakaikan cincin pernikahan itu ke jari manis Jennie dan mengecupnya lembut. Jennie menatap Petra dengan tatapan datarnya, sedangkan Petra menatap Jennie penuh cinta dan senyum manisnya.

"Jangan dicopot lagi ya, gak peduli se-emosi emosinya kamu." Ujar Petra pelan.

Jennie hanya diam.

Unconditional Love (TH x JN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang