AY POV
Rumah manda adalah satu satunya pilihanku saat ini. Karena dia tinggal sendirian , terpisah dari papanya , Om Bram , yang merupakan sekretaris pribadi papaku di perusahaan. Ibunya sudah lama meninggal sejak dia masih berumur dua tahun.
Aku merebahkan punggungku di tempat tidur manda yang sedang asyik bermain dengan ponselnya di sofa didalam kamarnya.
" man . . . kau masih marah ? " tanyaku melihat gadis itu sama sekali tidak menghiraukan keberadaanku didalam kamar pribadi miliknya.
Dia marah , karena aku baru saja memberitahuan pernikahanku dengan Devan. Papanya sudah tahu, tapi dia tidak. Kami tidak mengundang siapapun saat itu selain keluarga inti.
" bagaimana aku bisa tidak marah ? hal sebesar ini kau menyembunyikan nya berapa lama ? aku bahkan sering memuji dan mengatakan pak Devan itu tampan didepan istrinya , bagaimana rasanya jadi aku kau pasti tidak tahu " runtukknya. Aku mengangguk dan menjewer kedua telingaku dengan tanganku sendiri.
" aku akan membelikanmu sesuatu, jangan marah lagi . . . bantu aku, biarkan aku tinggal disini sekarang " rengekku membuat Manda membuang nafas berat dan mengangguk.
" jadi . . ." ekspresinya berubah penasaran. " karena kalian sudah menikah, apakah . . . kalian sudah "tanyanya membuatku bingung. " itu . . . itu loh , kau tahu lah pasti apa " imbuhnya terkekeh. sial, aku paham sekarang apa yang dia maksud. Aku melempar bantal tepat ke wajahnya , membuat Manda menatapku tajam dan menghampiriku di tempat tidurnya. Detik berikutnya kami berdua tertawa.
- - -
Dua hari, sudah dua hari aku disini. Aku tidak pergi kuliah ataupun menyalakan ponselku. Aku terlalu malas. Aku tahu , papa tidak akan mencariku beliau sudah pasti tahu aku ada dimana saat ini , dan akan memberikan waktu selama yang aku mau untuk bisa menerima luka atas kebohongan yang mereka lakukan padaku. Sejak kecil mereka sudah membiasakan cara itu padaku.
Tapi Devan? aku lupa kalau aku memiliki kehidupan berbeda sekarang.
Aku tidak tahu apa yang sedang di pikirkan pria itu. Dia datang sejak kemarin dengan alasan alasan untuk menemuiku.
Mulai dari membawa bunga, meminjam sikat gigi, mengatakan ini ulang tahun nya, memberiku balanjaan dan masih banyak lagi.
Bukan nya luluh, aku malah semakin kesal dibuatnya. Apa dia pikir aku ini bayi atau balita yang moodnya akan membaik dengan sebuah benda pemberian ?
dasar pria bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE TEACHER ( COMPLETED)
RomanceDijodohkan sejak kecil, sebelum ibunya meninggal , Devan yang saat itu sudah lima belas tahun , jatuh cinta dengan gadis yang sembilan tahun lebih muda darinya. Sempat tidak bertemu selama dua puluh tahun, karena sejak ibunya meninggal Devan dan a...