AY POV
Empat hari . Aku rasa empat hari cukup bagiku untuk menata kembali perasaanku. Aku kembali ke kampus dan berencana untuk mulai kembali bekerja besok pagi.
Kampus terasa begitu lengang hari ini. Aku melangkah menuju kelas pagiku dengan malas karena tidak ada manda, dia tidak mengambil kelas yang sama denganku pagi ini.
Aku belum melihat Devan sama sekali. Haruskah aku memaafkan nya saja ? lagi pula papa bilang , dia dan papa Rama yang memiliki idenya sejak awal. Aku akan memintanya mengajaku pergi makan siang nanti. Aku mengeluarkan tab dari dalam tasku dan menyalakan ponselku untuk pertama kalinya setelah kabur hari itu. Ini gila , batinku begitu melihat seribu pesan dan seratus panggilan masuk yang semuanya dari Devan. Pria ini sungguh, batinku merasa geli bercampur senang. Baru saja aku akan memasukan ponselku kembali ketika seseorang masuk.
Wanita itu ? kenapa dia bisa ada disini ?
" morning . . . senang bertemu kalian . . . perkenalkan nama Saya Maya Anggara , anda semua bisa memanggil saya Miss Maya , karena mulai hari ini saya yang akan menggantikan prof. Budi untuk mengajar kelas ini " ucap wanita itu memperkenalkan dirinya. Mengajar ? kenapa tiba tiba saja perasaanku menjadi tidak begitu baik ?
- - -
Aku melintasi koridor kearah ruang dosen , berusaha mencari keberadaan Devan ketika aku melihat pria itu berdiri diujung koridor. Aku tersenyum dan berniat mengejutkan nya ketika aku sadar pria itu tidak sendirian. Aku melihat wanita itu lagi Bersama nya. Dia terlihat memijit pelipisnya. Dari jauh terlihat dengan jelas kalau Devan sedang mencoba berbicara dengan nya meski tidak terdengar apa yang sedang mereka bicarakan saat ini.
Wanita itu tampak mengeluarkan sesuatu dalam tas nya. Sebuah benda kecil yang terlihat seperti . . . . tunggu jangan bilang benda itu... Dalam beberapa detik insiden itu terjadi.
Aku terkejut begitu wanita itu menyayat nadinya sendiri didepan Devan, yang langsung membuat pria itu terlihat panik.
Beberapa orang terlihat keluar dari ruangan dan menyaksikan kejadian itu. Mereka menatap Maya dan Devan dengan keterkejutan dan rasa penasaran yang berlebihan. Aku belum sempat memulihkan diriku dari keterkejutanku tadi ketika aku melihat Devan membawa wanita itu dalam gendongan nya dan berlari melewatiku dengan raut cemas yang terambar jelas diwajahnya. Apa dia masih memerdulikan wanita itu ?.
Apa yang harus kulakukan Sekarang ?
DEVAN POV
Ini adalah hal yang paling kubenci dari sikap Maya. Nekat dan tidak terkendali. Aku menunggu dengan panik di depan ruang IGD, Tapi bukan dia yang sesungguhnya aku cemaskan, melainkan Ayleen. Mengingat perkataan maya tadi sebelum insiden itu membuat fikiranku bercampur aduk saat ini.
---------- FLASH BACK ----------
" Apa yang kau rencanakan disini ? kampus ini bukan tempat main-main maya . . . pergilah " ucapku lirih berusaha tidak menarik perhatian siapapun saat ini. Wanita itu mendengus." kau tahu aku selalu mendapatkan apapun yang aku inginkan, bagaimanapun caranya . . . dan sekarang aku menginginkanmu, aku sanggup melukai wanita yang kau sebut istrimu itu kalau perlu . . . kau mau bukti ? aku bahkan sanggup melukai diriku sendiri jika itu perlu " ucapnya membuatku bergidik, sebelum akhirnya maya mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya dan merobek nadi pergelangan tangannya sendiri
---------- FLASH BACK END ----------
Ayleen. Hanya dia yang ada dalam pikiranku sekarang. Dimana wanita itu ? aku tidak bisa melindunginya selama dia tidak ada dalam pandanganku.
" devan . . ." aku terkejut begitu melihat orang yang baru saja kufikirkan muncul dan berdiri di depanku.
Ayleen. astaga kenapa aku membayangkan dia ? aku pasti begitu merindukan nya karena beberapa hari ini tidak melihat wajahnya.
Aku menutup kelopak mataku dan berusaha menjernihkan fikiranku. Tapi saat membuka mataku , aku masih bisa melihatnya.
Ayleen ? dia disini... ?
Aku buru-buru memeluk wanita itu tanpa aba-aba. " aku merindukanmu " bisiku menghujaninya dengan ciuman dalam yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE TEACHER ( COMPLETED)
RomanceDijodohkan sejak kecil, sebelum ibunya meninggal , Devan yang saat itu sudah lima belas tahun , jatuh cinta dengan gadis yang sembilan tahun lebih muda darinya. Sempat tidak bertemu selama dua puluh tahun, karena sejak ibunya meninggal Devan dan a...