Bab 6

344 174 35
                                    

Hari mulai gelap, Aldi mengajak Clara kembali pulang. Clara merasa waktu berjalan begitu cepat, sangat berat rasanya kembali ke rumahnya seperti akan kembali ke neraka. Sehari penuh Clara tak pulang.

Aldi menggenggam tangan Clara saat akan turun ke bawah.

Tiba-tiba Clara menghentikan langkahnya, dia terlihat menunduk. Kesedihan di wajahnya begitu terlihat jelas ada rasa takut di mata Clara.

"Aldi" Panggilnya, lalu Clara melepaskan gandengannya dengan Aldi.

Aldi tau bahwa Clara sama sekali tak ingin pulang. "Apa kamu tidak ingin pulang?" tanyanya memastikan.


"Aku akan pulang, tapi kamu tidak perlu mengantarku."

"Kenapa? Bukankah kita sahabat? Aku ingin mengatarmu pulang. Aku takut kamu kenapa-kenapa nanti di jalan" jelas Aldi yang terlihat khawatir.

Clara melangkah pelan melewati Aldi, raut wajahnya begitu terlihat jelas, ada rasa takut.

"Aku hanya takut jika kamu akan terlibat masalah, kamu tidak tahu sifat Helena"

Aldi menghampiri Clara dan memegang pundak Clara sambil tersenyum.

"Baiklah, jika itu yang kamu mau. Aku tidak akan mengantarmu"

Aldi mengalah dan membiarkan Clara pulang sendiri,

'Aku harap perasaanku ini tidak akan membawa kita dalam perpisahan' Batinnya.

*********


Plak. Lagi-lagi Suara tamparan itu sangat keras mengenai wajah Clara, dia sudah menduganya pasti akan seperti ini itulah alasan Clara menolak Aldi untuk mengantarnya, jika Aldi mengantarnya bisa saja dia akan ikut terkena masalah.

"Dasar anak tak tau diri, berapa ratus kamu di bayar?" bentakan yang berasal dari mulut Ayahnya itu begitu bergumang,

Clara memandang Verdi dengan tatapan tak sangka, bagaimana hatinya tidak sakit jika cinta pertamanya(ayahnya) mengatakan hal semurah itu padanya.

"Jangan hanya diam, JAWAB!! Berapa kamu di bayar seratus,dua ratus,tig.."

"SUDAH!!" teriak Clara, air matanya sudah mengalir dia tak tahan mendengar hinaan itu terus di lontarkan ayahnya. Dia sudah tak bisa berkata-kata hatinya sudah retak.

Clara berjalan melewati mereka namun Helena datang menarik kasar tangan Clara dan menamparnya. Masalah apa lagi ini?

Clara memegang wajahnya, dua tamparan sudah mengenainya.

"Lo sengaja teror gue kan?" bentak Helena, Clara terkejut ketika Helena melemparkan parperbag yang berisi boneka yang di penuhi dengan darah.

"Boneka, darah?" ucapnya tak menyangka.

"Gak usah sok-sok gak tau deh pasti lo sengaja."

"Bukan aku" potong Clara menolak tuduhan Helena.

Tiba-tiba Kemarahan David semakin menjadi saat Clara tak sengaja melukai Helena, padahal yang sebenarnya Helena sendiri yang melukai tangannya menggunakan silet dan menuduh Clara.

"Dasar anak haram" teriak David sambil menarik Clara dan mencambuk kedua telapak tangan Clara menggunakan ikat pinggang.

"Rasakan ini, kamu itu anak pembawa sial. KAMU ANAK HARAM YANG MERUSAK KEBAHAGIAAN ORANG LAIN, KAMU ANAK YANG TIDAK PERNAH DI HARAPKAN!" bentak Verdi sembari terus memukuli tangan Clara hingga mengeluarkan darah.

Rasa sakit yang berada di tangan Clara tak sebanding dengan rasa sakit yang berada di hatinya. Helena begitu terlihat puas melihat Clara begitu menderita.

Clara mengunci kamarnya lalu terjongkok dan menyembunyikan wajahnya di kedua tangannya yang terlipat. Bendungan air mata yang dia tahan kini telah pecah menjadi derasan air mata. Hatinya bagai di cabik-cabik. Rasanya hati Clara saat ini bagaikan luka goresan yang tertutup dan kembali terbuka dengan sobekan yang lebih besar.

~Terkadang hal yang membuat kita semakin terjatuh adalah perkataan yang di ucapkan dari orang yang kita sayangi~

********

Sinar cahaya mengenai wajah Clara, membuatnya terbangung dari tidurnya. Clara berniat tak masuk sekolah, hati, pikiran, jiwa dan raganya semuanya sedang lelah biarkalah semuanya beristrahat untuk sementara waktu agar bisa kuat kembali untuk bisa menghadapi kekejaman penghuni dunia.

Clara berusaha memaksakan diri untuk bangun dari tempatnya tertidur, wajah, tangan dan seluruh tubuhnya terlihat begitu menyedihkan.

"Apakah ini diriku?" ucapnya sambil memandang ke arah cermin. Wajahnya begitu menyedihkan, matanya sembab karena menangis.

Clara mencuci tanganya yang sudah di penuhi dengan bercak darah dan ada banyak luka di tangan itu. Clara memandang ke arah kaca.

"Ada saatnya hari itu datang dan aku menantikannya"

******

Rumah terlihat sunyi tidak ada satupun orang kecuali dirinya. 'Aku tidak kesekolah pun tidak di pedulikan,mungkin kalau aku mati tidak akan ada yang datang di penguburanku'. Batinnya.

Clara bahkan tak memiliki ponsel untuk bisa saling memberi kabar dengan Aldi, orang tuanya selalu menolak membelikan ponsel untuknya. Yah setiap Clara mempunyai ponsel selalu saja Helena membantingnya padahal ponsel itu Clara membelinya dengan uang hasil jerih payahnya sendiri. Helena memanglah orang yang egois dan mau menang sendiri. Tapi? Sudahlah walaupun Helena jahat kepada Clara, dia tetap menyanyanginya karena Helena adalah anak dari Adek kesayangan ibunya.

Saat ini Clara sedang keluar rumah, tujuannya bukanlah pergi ke sekolah melainkan ke rumah Aldi. Mungkin hanya Aldi yang bisa membuatnya kembali tersenyum dan bisa merasakan kasih sayang dari orang tua Aldi. Orang tua Aldi sangat baik dan ramah berbanding terbalik dengan sifat orang tuanya.

Aldi terlihat begitu senang ketika dia melihat Clara di balik pintu rumahnya.

"Clara" panggilnya sembari memeluk Clara, namun Aldi kembali tersadar dengan keberadaan Clara saat ini.

"kamu kenapa tidak ke sekolah."

"Aku lagi tidak ingin kesekolah, aku cuman ingin disini bersamamu." jawabanya sambil kembali memeluk Aldi.

"Temani aku keluar cari angin" Aldi mengagguk, namun dia kembali terkejut ketika melihat telapak tangan Clara yang di penuhi luka memar.

"Tanganmu kenapa?" Aldi terlihat begitu khawatir dengan keadaan Clara.

"Mereka melukaimu lagi?" Clara mengagguk,

"Tolong bawa akau keluar buat aku tersenyum, buat aku melupakan semuanya"

"Aku akan membawamu kemana saja kamu mau,tapi tanganmu di obati dulu" Kata Aldi membujuk Clara. Clara hanya mengagguk mengiyakan saja.

********

Clara sama sekali tidak mengespresikan kesenangan di wajahnya, Aldi berusaha menghibur Clara agar bisa tersenyum kembali.

"Clara senyum" Seru Aldi sambil melihatkan senyumannya.

Clara sama sekali tidak tersenyum dengan usaha yang di lakukan Aldi.

"Susah ya kalau mau bujuk orang badmood?" Ucapnya, Clara melirik Aldi dengan tatapan datar.

Sekarang mereka hanya terdiam sambil berjalan-jalan kecil, Aldi sekali-kali terus melirik Clara berharap ada senyuman terhias di wajah Clara.

Akhirnya senyuman itu datang, Aldi sudah mengharapkan itu. Akhirnya Clara tersenyum, Aldi melihat ke arah pandangan Clara tertuju. Apa yang bisa membuat Clara tersenyum?.

Senyuman yang terhias di wajah Aldi sedikit demi sedikit terlihat pudar, ternyata orang yang membuat Clara tersenyum?

Siapa yang bisa buat Clara tersenyum?

Jangan lupa tinggalkan jejak:)
Biar aku makin semangat🍃

Banyak typo bertebaran><

07 Des 2020^^

Egois (Clara) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang