•Four•

447 104 21
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK BANYAK NYA :)

HAPPY READING🍁
__________________________________

Tak butuh banyak orang yang berada di sekitarku, hanya butuh sedikit namun selalu ada saat susah mau pun senang.
-LMD-

.
.
.
.

Saat ini Viola sedang berada di markas Adelaar. Sebenarnya Viola tak ingin datang kesini, apalagi sampai diobati oleh mereka.

Karena itu sama saja dia membongkar identitasnya.

"Lo gak bisa buka masker lo dulu gitu? Biar luka lo bisa di obatin." ujar Rey. Viola menggelengkan kepalanya.

Mereka menghembuskan nafasnya lelah, sudah hampir setengah jam mereka membujuk Viola untuk membuka masker agar lukanya bisa mereka obati.

"Gua bisa ngobatin sendiri nanti di rumah, gua mau balik. Thank's udh nolongin gua."

Viola mengambil tas nya dan berjalan keluar. Namun, belum sempat dia melangkah tangannya dicekal oleh seseorang.

Saat dia menengok, ternyata Rangga yang mencekal tangannya. Dengan cepat dia menghempaskan tangan Rangga yang mencekalnya.

"Knp?" tanyanya.

"Gua anter"

"Gak usah"

"Gua gak terima penolakan."

"Dan gua gak suka di perintah."

Mereka saling melayangkan tatapan dingin, membuat suasana di dalam sana benar benar mencekam. Aura mereka sama sama kuat.

Ingat. Viola paling tidak suka dirinya di perintah apalagi oleh orang yang baru dia kenal. Dan Rangga paling tidak suka perintahnya di bantah, dan dia juga tidak suka menerima penolakan.

Mereka sama sama tipikal orang yang keras kepala.

Melihat suasana semakin mencekam dengan cepat Kenzo berdeham.

"Ehm, eh neng Vio mending di anter aja sama Rangga, dari pada di jalan neng Vio di keroyok lagi gimana?"

"Nah bener tuh, mending lo di anter sama Rangga Vi dari pada lo kenapa napa di jalan." tambah Rey.

Revan yang biasanya menggoda dan tidak bisa diam seketika terdiam karena dia merasa merinding sendiri.

"Gak usah, gua bisa sendiri."

"Ck. Keras kepala!"

Viola kembali menatap tajam Rangga. "Gak sadar diri!" Setelah mengucapkan itu dia melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan orang orang disana.

Saat mendengar suara motor Viola yang mulai menjauh, barulah Revan berani membuka suaranya.

"Sumpah dah gua merinding anjing!"

Mereka kompak menengok ke arah Revan, dan seketika ruangan itu penuh dengan suara tawa yang menggelegar, kecuali Rangga dan Iqbal mereka hanya tertawa kecil.

PSEUDO [On Going - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang