19

7.6K 1.4K 56
                                    


Semilir angin menerpa surai legam Lala yang terurai. Gadis itu menikmati sejuknya angin sore dengan mata sembab yang tidak lagi berair, kini mengering sebab diterpa angin.

Menikmati kesendirian di rooftop sekolah, walau bel pulang sudah berbunyi sejak tiga puluh menit lalu. Masih ada beberapa siswa di sekolah, yang kalau Lala tebak mungkin tengah melakukan kegiatan ekstrakurikuler.

Lala sengaja menikmati waktunya lebih lama di sekolah. Ia berniat akan pulang lebih lama, kalau bisa begitu sekolah hendak akan ditutup ia pun pulang ke rumah.

Ia enggan jika menampakkan dirinya dengan tampilan mata sembab sehabis menangis beberapa jam. Ia yakin, jika ia muncul saat ini yang ia dapat adalah bisikan, nyinyiran, gunjingan yang tiada habisnya.

Apalagi peristiwa ibu Jeno yang memarahinya habis-habisan di depan ruang BK menjadi tontonan mereka. Lala tau, banyak yang saat ini tengah mentertawakan nasibnya dan mungkin, bulian yang lama tidak  Lala terima akan ia terima lagi.

Betapa lucunya sejak ia berpacaran dengan Jeno, bulian tentang dirinya yang gadis miskin ditambah wajah tidak cantik, hanya siswi penerima beasiswa yang beruntung. Tidak lupa, kan? Sekolah ini adalah sekolah keras dimana strata sosial menjadi pengukur kekuasaan.

Menghela napas panjang, Lala menyelipkan rambutnya di balik daun telinganya.

Meneliti pemandangan di bawah, ada beberapa murid berlarian entah dalam rangka apa.

Asik memerhatikan, terdengar bunyi deritan pintu akses rooftop sekolah pertanda pintu itu dibuka menarik perhatian Lala yang segera menolehkan kepalanya.

Ia pikir penjaga sekolah membuka pintu untuk mengecek situasi rooftop sekolah, nyatanya sosok Jinyoung dengan wajah datarnya datang tidak lupa membawa tas hitamnya di bahu kiri.

Pandangan mata mereka bertemu, keduanya saling diam. Sampai Lala lebih dulu memutus pandangan, ia membuang muka kembali menatap pemandangan yang disajikan dari rooftop sekolah.

Terasa langkah Jinyoung menghampiri, Lala menggeser tubuhnya memberi jarak. Ia sebisa mungkin menutupi wajah sembabnya dengan rambutnya yang terurai.

Jinyoung memandang heran Lala, sampai ia menyadari apa yang ingin Lala sembunyikan.

Laki-laki itu menghela napasnya, memandang pemandangan dengan tangan menjulur ke arah Lala. Laki-laki itu memberi sebungkus permen pada Lala.

"Enggak, makasih." Bilang Lala pelan, menolak pemberian Jinyoung.

Jinyoung melirik singkat, berdecak pelan lantas mengayunkan tangannya yang terulur pada Lala. Memberi kode, untuk gadis itu segera menerima apa yang ia berikan.

Pasrah, Lala menerima permen dari Jinyoung pada akhirnya.

"Kenapa kasih permen?" Tanya Lala bersamaan dirinya membuka bungkus permen.

Jinyoung diam tidak menjawab, membuat Lala menolehkan kepala memandang ke arahnya.

"Manis." Bilang Jinyoung pelan, tapi masih bisa didengar oleh Lala.

Lala mengernyit bingung, "siapa?"

Jinyoung menoleh, ikut mengernyit bingung, "apa?" Ia balik bertanya.

"Siapa yang manis?"

Jinyoung berdecak pelan, "permen nya, bukan Lo."

Mendengar jawaban Jinyoung yang tidak jauh dari kata menjengkelkan, Lala berdecak kesal.

"Nyebelin banget." Katanya, tidak tau saja Jinyoung tersenyum tipis karenanya.

Keduanya diam, menikmati semilir angin sejuk. Cuaca seakan mendukung keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

Lala sesekali melirik ke arah Jinyoung, sejujurnya ia sedikit heran bagaimana bisa laki-laki itu datang lalu berdiri bersamanya seperti ini.

Mau bertanya, tapi ia takut ditelan kekesalan sebab jawaban menjengkelkan Jinyoung. Alhasil, Lala hanya diam mengikuti alur Jinyoung yang diam saja.

Keduanya diam saja menikmati pemandangan.

Tidak sadar, bukan hanya mereka berdua yang ada di rooftop saling diam-diaman, tapi ada juga sosok Jeno duduk memerhatikan di bagian atap rooftop.

•••

Maaf ya update nya lama😭😭💚💚

Dingin | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang