Kesan buruk diawal pertemuan

4 0 0
                                    

Seorang pria duduk memangku gitar di tengah panggung. Jari jemarinya memetik senar gitar dengan lihai bersamaan dengan lantunan suara merdu yang terasa menyatu membentuk alunan melodi yang mengalir indah memenuhi ruang cafe, menambah suasana romantis di malam hari itu semakin pekat.

Sebuah penghiburan bagi para pengunjung yang sedang sibuk saling bercengkrama dan bermesraan dengan pasangan masing-masing, terkecuali untuk seorang wanita yang duduk seorang diri tak jauh dari panggung kecil itu.

Wanita itu menopang dagu sambil asik meneliti tiap inchi wajah sang penyanyi dari rambut hitam dengan alis tebal, sorotan mata yang tajam dan dalam, hidung macung, dan bibir yang tipis, memancarkan ekspresi dingin yang mempesona. Pandangan matanya turun pada jari jemari ramping yang sedang memetik senar gitar dan berhenti pada sebuah ukiran pada gitar kayu dipangkuan sang penyanyi, ukiran beberapa huruf yang membentuk sebuah nama 'Candra'.

Lagu terakhir telah usai dinyanyikan Candra, ia memasukkan gitar kedalam tas dan menyampirkan tas gitar dibahunya, bergegas meninggalkan cafe dengan langkah terburu-buru. Langkah kakinya terhenti setelah melewati pintu utama. “Ah, kenapa tiba-tiba hujan deras sih,” keluhnya saat menatap langit malam yang menurunkan tetesan air yang dalam sekejap berubah menjadi guyuran hujan lebat.

Wanita yang tadi menatap Candra dengan lekat sedari tadi telah mengikuti langkah Candra dari belakang dan kini tengah berdiri tegap di sampingnya, sesekali melirik ke arah Candra dengan wajah berseri. “Nama kamu Candra? Kamu masih ingat aku?” tanyanya dengan sedikit antusias.

Dahi Candra mengerut, ia lantas membuang muka setelah menatap sekilas wanita yang tengah memeluk tubuhnya lantaran perubahan suhu ac cafe yang tergantikan oleh dinginnya hujan di malam hari. “Aku Citra,” lanjut wanita tersebut saat tak menerima respon yang diinginkan.

Candra mengetahui niat asli wanita itu. Hal yang tak jarang terjadi padanya sejak pertama kali mengisi lagu dicafe ini. Ia sudah muak meladeni berbagai trik dari wanita yang tertarik padanya.

Feelingnya tentang hal satu itu tidak pernah salah, Citra kembali bersuara walau tak digubris sang lawan bicara. “Aku suka sama kamu, kamu maukan jadi pacar aku?”

Candra masih diam membisu. Jika dulu ia masih menolak dengan cara yang baik namun para wanita semakin gencar mendekatinya maka belakangan ia lebih memilih tidak menghiraukan mereka sama sekali seolah para wanita itu tak kasat mata.

“Aku bilang aku suka sama kamu, mau gak jadi pacar aku?” ulang Citra dengan setengah berteriak, mengira pria yang sedang berdiri di sebelahnya tidak dapat mendengar suara Citra akibat suara bising yang ditimbulkan oleh rentetan air hujan yang terjatuh menimpa atap kanopi tempat mereka berteduh.

Tak ingin terus-terusan mendengar celotehan wanita tersebut, Candra melangkahkan kakinya memecah setiap genangan air yang dipijaknya, semakin jauh meninggalkan Citra yang masih setia mengamati dirinya hingga ia lenyap bersama sepeda motor yang membela jalan raya yang bagaikan lautan air, setelah memercik semburat air yang membasahi pakaian yang dikenakan Citra. Canda menyusuri jalanan beraspal yang berkilau memancarkan pantulan warna kekuningan dari lampu-lampu kendaraan, melawan air yang terjun bebas membasahi tubuhnya.

Sudah berhari-hari citra mengunjungi cafe yang sama menantikan kehadiran Candra untuk mengisi kekosongan panggung. Saat di rasa pria itu tak akan tampil juga hari ini ia berniat pergi tapi matanya langsung berbinar saat menemukan pria tersebut tengah menapaki tiap anak tangga menuju panggung cafe.

Wajah tampan yang tak pernah membuat Citra bosan untuk menatapnya, sesaat mata mereka tak sengaja bertatapan tapi Candra mengerutkan dahi dan segera memandang kearah lain.

Senyuman mengembang di wajah Citra saat Candra berjalan menghampirinya setelah pertunjukan usai. Citra berdiri menyambut kedatangan Candra, tapi langkah pria itu terus berlalu menghampiri meja di belakangnya yang di duduki oleh wanita berparas cantik dengan penampilan sederhana namun tampak serasi bersanding dengan candra.

“Penampilan kamu hari ini bagus banget.” Wanita itu melingkarkan tangannya pada lengan kiri Candra dengan mesra.

“Aku nyanyiin lagu itu khusus buat kamu.” Candra menatap intens ke dalam mata sang wanita.

Pemandangan itu yang tak luput dari citra yang kini menatap dengan kecewa. Matanya terasa panas, rasa panas yang menjalar turun hingga ke dadanya.

“Ih kamu gombal banget sih.” Pergelangan tangan wanita yang sedang memeluk erat lengan Candra dilepas paksa oleh Citra dengan kasar.

“Dia siapa? Pacar kamu?” tanya Citra getir, menatap Candra dengan mata yang berkaca-kaca, meminta sebuah kepastian yang tidak perlu diragukan lagi.

Candra yang kesal menggenggam kuat pergelangan tangan Citra. “Kamu apa-apaan sih?” tanyanya menaikkan sebelah alis.

“Dia siapa dra” tanya wanita itu dengan wajah sebal.

“Aku gak tau” Jawab Candra menatap Citra tajam membuat hati citra perih seakan teriris pisau.

Setelah mendengar jawaban dingin Candra, Citra tiba-tiba melangkah mendekat membuat jarak diantara mereka hanya menyisakan sekian milimeter, ia berjinjit menyelaraskan tinggi tubuh mereka, meletakkan kedua lengan dileher candra dan menempelkan bibirnya pada bibir pria dihadapannya, membuat Candra mematung akibat syok menerima kecupan mendadak. Ia baru mendorong citra menjauh setelah kesadarannya pulih.

“Aku pacarnya” Jawab Citra dengan percaya diri membuat wajah candra seketika berubah merah padam.

“Kamu sudah gila ya!” Gertak Candra tak habis pikir melihat tingkah laku ajaib Citra, tidak cukup dengan seenaknya mengecup bibirnya, wanita itu mengklaim dirinya sebagai kekasih Candra.

Plak..

Candra ditampar kekasihnya yang lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Citra merentangkan kedua tangan menghadang langkah Candra saat candra akan mengejar wanita tersebut. “jangan pergi”

“Urusan kita belum selesai, awas aja kalau aku ketemu kamu lagi!” Candra menunjuk memperingati Citra agar mempersiapkan diri, bila mereka bertemu lagi ia tidak akan bersikap lembut dengan membiarkan masalah ini lewat begitu saja karena fokus utamanya sekarang adalah menjelaskan kesalapahaman pada Renata, kekasihnya.

Citra menahan lengan candra dengan kedua tangan mungilnya menatap sendu ke dalam mata Candra. “Aku mohon jangan tinggalin aku lagi...”

“Minggir!” Candra mendorong Citra hingga ia terjatuh dan terbaring pingsan dilantai cafe. Ia yang sedari tadi sudah menjadi tontonan para pengunjung cafe yang asik bergunjing melihat perkelahian mereka seperti sedang menonton sinetron dengan candra sebagai tokoh utama pria playboy yang tertangkap basah sedang berselingkuh, sekarang harus menghadapi berpasang-pasang mata yang menatapnya, menuding Candra sangat kejam pada Citra melalui sorotan mata mereka yang menghakimi.

Candra menyenggol lengan citra dengan kakinya. “Percuma kalau mau pura-pura pingsan, cepat bangun sebelum aku buat kamu beneran gak bisa bangun lagi.” Melihat wajah pucat citra serta tidak ada respon yang muncul Candra langsung panik dan membopong Citra ke dalam mobil yang ia pinjam dari manager cafe menuju rumah sakit terdekat.

Ditengah perjalanan mata Citra terbuka. Ia memperhatikan Candra yang sedang duduk dibalik kursi kemudi membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. “Aku tau kamu pasti akhirnya milih aku.”

Candra yang mendengar hal itu langsung menepikan mobil. “Kenapa kamu gak jadi artis aja dengan akting kamu yang hebat itu?”

Citra hanya tersenyum dan berkata “aku suka sama kamu, mau gak jadi pacar aku?”

“Shit!” Candra dengan geram meninju stir mobil. ia lalu beranjak membuka pintu mobil yang diduduki Citra dan menariknya keluar secara paksa. “Awas aja sampe aku liat muka kamu lagi!”

Kali ini Candra benar-benar kesal melihat penggemar yang sepertinya sudah tidak waras. Ia bahkan tak perduli bagaimana cara Citra pulang. Candra meninggalkan Citra di pinggir jalanan yang jarang dilewati warga sekitar. Sekeliling tempat itu hanya ada pepohonan dan semak-semak belukar dengan penerangan minim dari lampu jalan berwarna orange.

Rainy Day (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang